Apresiasi bagi Kompasianer Rendy Artha Luvian
PERTAMA-TAMA terima kasih kepada Kompasianer Rendy Artha Luvian yang adalah juga Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), yang berkenan mengangkat tema: Efek Domino El Nino sebagai Topik Pilihan Kompasiana.
Topik Pilihan Efek Domino El Nino ini memang pantas untuk diangkat menjadi bahan diskusi pada saat ini karena memang kita sedang berada pada situasi dilematis menghadapi iklim dunia yang tak menentu.
Kekeringan akibat efek El Nino sangat kuat terasa saat ini hampir di seluruh wilayah Indonesia, terkhusus di wilayah Indonesia Timur yang selalu identik dengan kekeringan.
Sekurang-kurangnya 3 ragam kekeringan sebagaimana dijelaskan oleh Rendy Artha Luvian yakni kekeringan yang diakibatkan oleh rendahnya curah hujan, surutnya persediaan air, dan gagalnya panen karena keringnya tanah atau kandungan air, itu tidak bisa dihindari lagi saat ini.
Merilis cnbcindonesia.com, BMKG mengisyaratkan bahwa fenomena El Nino masih akan berlanjut hingga bulan Februari 2024.
Sementara itu, fenomena iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif, menyebabkan anomali kenaikan suhu permukaan yang lebih panas dan penurunan curah hujan di Indonesia.
Menurut BMKG, mulai bulan Agustus 2023 sebagian wilayah Indonesia termasuk NTT dalam kategori kuning, orange, dan merah tingkat ketersediaan air tanah bagi tanaman.
Pihak BMKG juga menjelaskan bahwa kategori merah artinya ketersediaan air hanya 0-20%; orange hanya 20-40%; dan kategori kuning 40-60% ketersediaan air.
Dalam hal ini, wilayah Timur Indonesia dan khususnya Pulau Timor yang selalu menjadi langganan kekeringan akibat efek El Nino sangat terasa betul saat ini.
Sejak akhir bulan Juni hujan tidak turun lagi. Persediaan air mulai berkurang yang ditandai dengan keringnya sumber-sumber mata air, seperti debit air di sumur-sumur warga mulai berkurang bahkan kering sama sekali; sungai-sungai kecil airnya makin berkurang dan menjadi kering, sehingga masyarakat harus berjalan jauh untuk mencari atau mengambil air.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya