Meskipun kita seharusnya senantiasa mencoba untuk mengekspresikan diri dengan sejelas-jelasnya agar dengan demikian bisa menghindari kebingungan dan kesalahpahaman, berkomunikasi pada prinsipnya lebih dari sekedar berbicara (Terry Hampton & Ronnie Harper, 99 Ways to be Happier Every Day, 1999).
Setiap orang atau keluarga selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Itu adalah bagian dari manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan. Bantuan yang dibutuhkan itu bermacam-macam. Salah satu bantuan yang dibutuhkan adalah menjadi pekerja di rumah.
Seorang pekerja di rumah adalah saudara kita sendiri. Karena itu ia harus mendapatkan perlakuan yang baik dan manusiawi. Salah satu perlakuan yang diharapkan adalah komunikasi yang baik antara kita dan pekerja di rumah.
Seputar Komunikasi
Komunikasi yang baik dan efektif sebagaimana dikatakan oleh Terry Hampton dan Ronnie Harper adalah lebih dari sekedar berbicara. Seorang pekerja di rumah yang telah berkorban untuk kita, meskipun ia diberi upah, namun upah itu tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak berkomunikasi dengannya dengan baik dan efektif.
Sebab dengan uang kita dapat membeli segala sesuatu. Namun segala-galanya tidak dapat dibeli dengan uang.
Pada dasarnya kita sebagai keluarga apalagi dengan berbagai kesibukan karena pekerjaan, membutuhkan seorang pekerja di rumah.
Ada begitu banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh seorang pekerja di rumah. Sebab ada banyak dan bermacam-macam pekerjaan di rumah yang bisa dikerjakannya. Ada yang bekerja di kebun. Ada yang bertugas mencuci pakaian. Ada yang membantu memasak di rumah, menyeterika, ngepel lantai, dan lain-lain. Namun semua pekerjaan itu tentu saja tidak boleh dilakukan hanya oleh satu orang.
Kitab Suci mengatakan, "Setiap pekerja patut mendapatkan upahnya". Upah yang dimaksudkan tentu saja bukan hanya uang. Seorang pekerja di rumah kita, dia tidak hanya membutuhkan uang. Tetapi selain uang, ia juga membutuhkan perlakuan yang adil, pengakuan sebagai manusia, dan kasih sayang dari tuannya.
Salah satu perlakuan yang adil adalah komunikasi yang baik dan efektif. Sekali lagi, komunikasi tidaklah sama dengan sekedar berbicara dengan dia saja. Apalagi bukan berbicara dengan dia, tetapi berbicara tentang dia.
Maksudnya hal-hal yang menjadi kekurangannya, tidak disampaikan kepadanya secara langsung, tetapi justru menceritakanya kepada orang lain, sehingga ia sendiri mendengarnya dari orang lain tersebut.
Berbicara tentang komunikasi atau relasi kita dengan pekerja di rumah kita sebenarnya adalah relasi atau komunikasi personal. Sebab komunikasi yang dimaksudkan adalah kebersamaan yang bersifat korelatif dan relasional antara satu dengan yang lain, dalam hal ini kita dengan pekerja di rumah sendiri.
Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan oleh orang yang memulai komunikasi itu dapat diterima dengan baik atau sama oleh orang yang menerima pesan atau komunikasi itu sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Maka, berkomunikasi yang efektif berarti bahwa komunikator dalam hal ini kita atau keluarga dan komunikan yaitu pekerja di rumah kita sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.
Bagaimanakah komunikasi yang baik dan efektif itu?
Kiranya 5 (lima) langkah berikut bisa membantu kita dan pekerja di rumah kita untuk berkomunikasi dengan lebih baik dan lebih erat satu sama lain, yakni:
1. Menjadi pendengar yang aktif
Perlu diingat bahwa pekerja di rumah kita sudah pasti merasa canggung untuk berkomunikasi dengan kita. Karena itu sikap yang mesti kita bangun terlebih dahulu adalah mendengarkan dia berbicara dan menyampaikan aspirasinya.
Apabila si dia yaitu pekerja di rumah kita tahu bahwa kita mendengarkan dia, maka kita sesungguhnya telah mememangkan dia. Karena sebagai seorang 'majikan' yang baik, tentu kita mesti mendengarkan setiap cerita dan keluhan yang disampaikannya.
Sebab apabila si pekerja di rumah tahu bahwa kita menghargainya dengan mendengarkan dia, yakinlah bahwa ia pasti selalu ada di pihak kita.
2. Melakukan Komplain tanpa menyalahkan
Kita harus memahami perasaan pekerja di rumah kita. Kalau kita mau memprotes apa yang dikerjakannya karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, kita hendaknya melakukan komplain sedemikian sehingga ia tidak tahu bahwa kita sedang melakukan protes terhadapnya.
Karena itu baiklah kalau kita memilih menggunakan kata-kata yang umum yang tidak menyinggung perasaannya. Sebab pada umumnya para pekerja di rumah itu sangat tipis perasaannya.
3. Mengakui kesalahan sendiri
Berhadapan dengan pekerja di rumah, kita mesti jujur mengakui bahwa kita keliru dalam hal ini. Dan kata yang paling tepat kita gunakan adalah kata "Maaf". Dengan kata maaf, kita sudah mengakui kesalahan kita di hadapannya. Asal kita dengan berani dan rendah hati mengakuinya.
4. Melupakan masa lalu
Setiap orang punya masa lalu. Namun di sini yang dimaksudkan adalah kesalahan yang pernah dibuat oleh pekerja di rumah pada beberapa waktu lalu.
Untuk itu dalam membangun komunikasi yang baik dan efektif, sebaiknya kita melupakan masa lalu dari partner pembicara kita. Karena yang kita hadapi dalam komunikasi ini adalah pekerja di rumah kita, maka baiklah dalam komunikasi itu kita tidak boleh mengungkit atau menyinggung kesalahan yang pernah dibuatnya pada waktu lampau.
5. Tunjukkanlah rasa terima kasih
Dalam komunikasi kita dengan pekerja di rumah jangan lupa kita juga perlu mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah memberikan pertolongan kepada kita pada waktunya. Sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus, salah satu kata yang sulit diungkapkan saat ini adalah kata 'terima kasih'.
Dengan memanfaatkan kelima bentuk komunikasi yang efektif ini, kita dapat mencapai tujuan dari komunikasi yang efektif antara kita sebagai keluarga, pekerja di rumah, dan komunikasi itu sendiri.
Semoga bermanfat bagi kita.
Atambua, 30.08.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H