Dalam berkatekese komunikasi yang efektif sangat penting untuk menyampaikan pesan iman dengan jelas dan membangun pemahaman yang baik ( Paus Yohanes Paulus II: Catechesi Tradendae)
Seorang fasilitator katekese itu dibentuk, bukan dilahirkan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh si jenius, Thomas Alfa Edison (1847-1931) yang menegaskan bahwa menjadi jenius itu adalah 1 % inspirasi dan 99% keringat. (Robert Bala, 2017).
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia kedua yang diadakan oleh Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia di Wisma Samadhi Klender Jakarta pada tanggal 29 Juni sampai 5 Juli 1980 pada akhirnya merumuskan katekese sebagai komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman antar anggota jemaat atau kelompok umat. Dan diharapkan melalui kesaksian iman itu, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.
Untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan seorang fasilitator katekese yang handal dan terampil. Sementara persoalan tetap yang dihadapi adalah kita kekurangan fasilitator yang diharapkan itu. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator katekese umat adalah terampil berkomunikasi, khususnya komunikasi iman.
Dalam hal ini komunikasi yang seharusnya terjadi dalam suatu katekese umat adalah komunikasi antara orang-orang dengan pengalaman tertentu yang dilaterbelakangi oleh kebudayaan tertentu. Dan komunikasi yang terjadi itu hendaknya menjadi komunikasi iman.
Lantas, apa yang dimaksudkan dengan keterampilan komunikasi dalam katekese itu? Seperti dirilis dalam komkat-kwi.org, keterampilan komunikasi dalam katekese adalah keterampilan atau kemampuan seseorang, dalam hal ini pemandu katekese untuk mengolah dan menyampaikan pesan secara efektif dalam suatu pertemuan iman atau ketekese sehingga maksud dari suatu pesan tersampaikan dengan baik, dan dengan demikian dapat memberikan dampak tertentu kepada orang lain.
Berikut ini 5 (lima) tips yang bisa dikembangkan oleh seorang fasilitator agar terampil berkomunikasi dengan baik dalam berkatekese.
Satu: Â Mengenal peserta katekese atau audiens yang dihadapi.
Seorang fasilitator yang baik mesti mengenal terlebih dahulu siapa yang menjadi peserta katekese itu. Apakah anak-anak, remaja, muda-mudi atau orang dewasa. Bagaimana tingkat kemampuan mereka, termasuk latar belakang keagamaan mereka. Dengan pengenalan awal ini akan membantu sang fasilitator untuk menyusun bahan atau menyiapkan bahannya dengan baik yang sesuai dan relevan.
Dua: Menggunakan bahasa yang baik, sederhana dan jelas.
Seorang fasilitator yang baik  hendaknya menghindari pemakaian istilah-istilah teknik dan teologis yang sulit dipahami oleh peserta. Malah seorang fasilitator yang terampil harus bisa menyederhanakan pesan-pesan sehingga mudah dipahami oleh semua peserta katekese. Apalagi dalam hal ini mereka yang pengetahuan iman dan keagamaannya masih kurang.
Tiga: Pandai menggunakan contoh dan ilustrasi.
Pemandu yang terampil dan komunikatif sangat familiar dengan contoh dan ilustrasi menarik. Ia hendaknya menggunakan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu memperjelas konsep-konsep yang kompleks.Â
Misalnya  menggunakan cerita, analogi atau gambaran visual yang tujuannya membantu para peserta katekese memahami pesan yang disampaikan.
Selain itu, dengan contoh dan ilustrasi yang menarik akan membantu mencairkan suasana pertemuan sehingga tidak menjadi tegang, melainkan hidup dan familiar.
Empat: Menggunakan Media yang relevan
Paus Fransiskus dalam mirifica.net mengungkapkan bahwa jejaring sosial dapat memperlancar hubungan dan memajukan kebaikan masyarakat, tetapi juga dapat menghantar pada polarisasi dan pemisahan dalam masyarakat.Â
Karena itu kita mesti bijaksana dalam memilih media yang tepat. Dalam hal ini, bila kita dapat menggunakan media yang sesuai seperti gambar, video atau presentase visual yang tepat untuk memperkuat pesan yang hendak kita sampaikan.
Lima: Berinteraksi dengan peserta dan trampil mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Suatu katekese yang baik harus melibatkan semua peserta dalam proses katekese. Karena itu hal yang ditekankan adalah keaktifan fasilitator untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mendengarkan tanggapan atau jawaban mereka. Dan juga memberikan kesempatan kepada para peserta untuk saling berbagi pengalaman iman di antara mereka.
Bulan September sudah di depan mata. Bagi umat kristiani, bulan september identik dengan bulan Kitab Suci. Dalam pada bulan ini ada ketekese bulan Kitab Suci. Diharapkan banyak yang terlibat sebagai fasilitator katekese kitab suci.Â
Untuk itu semoga kelima tips ini bisa membantu para pemandu katekese kitab suci agar semakin terampil berkomunikasi dalam katekese umat.
Atambua: 13.08.2023
Referensi:
1. https://123dok.com/article/pendamping-katekese-umat-katekese-umat-katekese-upaya-untuk.qmjrm28q
2. https://www.victorynews.id/humaniora/3319706585/fasilitator-kitab-suci-regio-nusra-harus-terampil-dan-kreatif-dalam- Â Â Â Â berkatekese
3. https://www.mirifica.net/katekese-hari-komunikasi-sosial-sedunia-2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H