Saudara-saudari para Kompasianer dan pembaca yang budiman.
Kok, tiba-tiba saja saya bermimpi pada siang hari ini.
Ini mimpi saya di siang bolong, Kamis, 10 Agustus 2023
Saya bermimpi sedang berada di dalam sebuah mall. Namun saya sendiri lupa lokasinya.Â
Saya pun bertanya-tanya kepada penjaga mall itu, "Saya sedang berada di mana, ya?"
Jawab si penjaga mall, "Kamu sedang ada di dalam mall"
"Mall apa ini dan di mana?"
Si penjaga mall berkata kepadaku, "Mall Sehati yang ada di Atambua"
Saya bertanya lagi, "Memangnya di Atambua sudah ada mall?"
Jawab si penjaga itu, "Ya betul, kamu sedang bermimpi tentang mall di Atambua. Mudah-mudahan menjadi kenyataan".
Lalu, Saya pun terjaga dari mimpiku siang ini!
***
Topik pilihan mengenai "Menghidupkan lagi Pusat Perbelanjaan di Daerah" sangat menarik, paling kurang buat saya sendiri. Lho, kenapa menarik?
Begini bung, soalnya kami di Atambua yang namanya Kota Perbatasan itu belum punya mall.
Lalu di mana biasanya masyarakat berbelanja?
Saya mau kasih tau anda bahwa meskipun kami belum punya mall, namun paling kurang kami sudah mengalami peningkatan yang signifikan dalam hal pusat perbelanjaan.
Bila dibandingkan Atambua tempo doeloe yaitu sekitar 30-an tahun lalu, ketika saya pertama kali berada di kota ini, saat ini sudah jauh berbeda.
Perbedaannya terletak pada kemajuan di sana-sini.Â
Sekedar perbandingan antara tahun 1991 ketika saya mulai tinggal di Atambua.
Waktu itu pusat pertokoan pun belum seramai sekarang.
Pasar tradisional yang dikenal seperti sekarang ini di pusat kota Atambua, memang betul-betul tradisional. Â Sekarang biarpun diberi nama "Pasar Tradisional", namun sudah tidak semata-mata tradisional lagi.
Apalagi gedung pasarnya sudah berubah, semakin bersih dan semakin rapih.Â
Jumlah penjualnya pun makin banyak. Selain para pendatang, penduduk asli pun ikut terlibat meramaikan pasar. Mereka terlihat menjual sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain yang mereka bawa dari kampung.
Boleh dikatakan kemajuan dan perkembangan pasar tradisional di Atambua ini dimulai saat terjadinya migrasi secara besar-besaran dari Timor-Timur akibat pertikaian politik.
Namun rupanya itulah anugerah dari sebuah akibat politik. Â Sejak tahun 2000 dengan kehadiran para pengungsi yang banyak di kota Atambua, semakin menghidupkan juga dimensi ekonominya, termasuk kehidupan pasar.
Hingga tahun 2015, Pasar Kota Atambua mulai bersinar dengan adanya pembangunan gedung pasar tradisional dan adanya lapak-lapak  serta ruko-ruko di dalam pasar. Nadi perekonomian mulai hidup.
Lalu sekira tahun 2019, mulai ada mart di Kota Atambua yang diawali dengan masuknya Jabalmart yang sebelumnya sudah ada di Kota Kefamenanu, TTU.Â
Kehadiran Jabalmart tentu menjadi kompetitor tersendiri bagi para pengusaha toko di Atambua. Dengan itu banyak pengusaha mulai berbenah diri.Â
Setelah masuk Jabalmart, pengusaha lokal Atambua mulai membangun Timor Angkasa swalayan, Kreatifmart sehingga semakin ramai kota Atambua. Lalu diikuti oleh beberapa mart dan swalayan lainnya.
Atambua sebagai kota diperbatasan di mana banyak warga negara Timor Leste datang berbelanja baik sembako maupun keperluan lainnya di Atambua, semakin menarik bagi para investor untuk menanam modalnya di Atambua.
Pada  Kamis, 14 April 2022 dibuka secara resmi Gerai Minimarket Alfamart di Kota Atambua, demikian The East Indonesia memberitakan.
Geliat ekonomi di Kota kecil perbatasan makin bergeliat. Mungkinkah suatu saat nanti mimpiku di Kamis, 10 Agustus 2023 mengenai berbelanja di Atambua Mall akan menjadi kenyataan?
Untuk  membantu para pihak segera mengadakan mall di kota Atambua, saya mengusulkan kepada tiga komponen masyarakat perbatasan untuk segera merealisir mimpi ini,antara lain:
1. Mendorong Para Pengusaha Entertain di Atambua untuk membuka mall atau pusat perbelanjaan di kota Atambua.Â
Siapa cepat dia dapat, karena pasti akan menjadi rebutan pengunjung dan pembelanja. Siapa yang akan terlebih dahulu menggunakan nama "Atambua Mall", dialah yang akan menjadi orang terkaya di Atambua.Â
Ya dong, pembelanja datang dari luar negeri, Timor Leste, sudah pasti ramai sekali Atambua.
2. Mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Belu untuk melakukan terobosan dalam bidang ekonomi. Siapa tahu, "Atambua Mall" itu sebagian besar sahamnya dimiliki Pemda Belu.
3. Mendorong juga pihak swasta seperti Gereja dan kelompok-kelompok pengusaha lainnya untuk ikut berkolaborasi dalam mendatangkan mall di Atambua.Â
Saya yakin dengan kehadiran mall di perbatasan RI-TL geliat pembangunan ekonomi Indonesia makin hidup dan menambah nilai jual dan sekaligus pembanding dengan negara Timor Leste.
Saya berdoa semoga mimpi ini akan segera menjadi kenyataan.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menghidupkan gerai ekonomi di kota perbatasan Atambua.
#kotaperbatasan #pemdabelu #atambuamall
Atambua: 10.08.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H