Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Supaya Tetap Menjaga Ketajaman Berpikir, Lakukan 4 Tips Berikut

10 Juli 2023   17:52 Diperbarui: 10 Juli 2023   18:06 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tips bagi Lansia agar tetap bugar otaknya (iStock)

Benar juga bunyi pepatah klasik ini: Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Atau Tua-tua kelapa, makin tua makin berminyak! Tua itu pasti, tetapi tua yang tetap energik itu pilihan, terutama energik dalam hal berpikir.

Penuaan itu bukan hanya soal fisik, tetapi merambat pada kemampuan berpikir seseorang. Sebagaimana dilansir dari Harvard Health Publishing, kemampuan berpikir manusia terus berkembang pesat terutama pada awal kehidupan dan akan mencapai puncaknya ketika seseorang mencapai usia 20-an.

Lantas, bagaimana sesudah usia 20-an? Menurut sumber itu, setelah manusia melewati usia 20-an, ketajaman mentalnya akan mulai menurun. Hal itu akan ditandai dengan semakin berkurangnya kemampuan otak.

Mungkin karena itulah maka ketika seseorang mencapai usia lansia atau di atas 50 tahun, orang akan menjadi mudah lupa dan selanjutnya mulai kurang mampu melakukan komunikasi dengan baik.

Namun sebenarnya pandangan ini tidak seluruhnya benar. Karena dalam kenyataan, ada beberapa orang yang ternyata mampu mempertahankan daya berpikirnya hingga lanjut usia.

Seperti yang dikisahkan dalam beautynesia.com pada 08 Juli 2023 yang mencontohkan dua orang bersaudara, kakak beradik yang kini berusia di atas 100 tahun, namun masih memiliki ketajaman berpikir atau ketajaman mental layaknya orang-orang yang lebih muda.

Ruth Sweedler (102 tahun) dan Shirley Hodes (106 tahun), keduanya sekarang tinggal di Panti Jompo alias rumah pensiun di Connecticut, negara bagian AS.

Kedua lansia ini masih dapat berkomunikasi dengan baik dan bahkan dikatakan bahwa mereka cukup up to date mengenai apa yang sedang terjadi saat ini di dunia. Menurut sumber ini,  keduanya bahkan tidak merasa bahwa mereka adalah orang tua.

Demikian pula dengan pengalaman penulis sendiri yang beberapa waktu lalu menjumpai seorang yang lansia yang saat ini malah tidak mau tinggal di Panti Jompo. Ia malah memilih untuk tetap tinggal di komunitas bersama orang-orang muda. Dia adalah Antonius Pain Ratu yang kini berusia 95 tahun. 

Bagi orang Indonesia, khususnya orang Timur usia ini tentu tidak dapat digolongkan muda lagi. Namun, pria kelahiran 2 Januari 1929 itu tergolong masih energik. Ia masih bisa melakukan aktivitasnya sendiri, membaca, menulis dan aktif berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. 

Bahkan sebagai seorang Uskup Emeritus, beliau masih menerima keluarga-keluarga dan pejabat pemerintah yang datang untuk berkonsultasi.

Pada suatu malam kira-kira pukul 20.30 WITA, penulis coba bertamu dan bertukar pikiran dengan beliau. Penulis merasa jalan pikirannya masih sangat bagus, dan bahasanya sangat jernih. 

Kami berdua melakukan sharing pengalaman tentang masa ketika beliau masih aktif menjalankan tugas sebagai Imam dan Uskup Gereja Katolik di Keuskupan Atambua. Beliau ingat betul setiap peristiwa pengalaman yang terjadi kala itu antara tahun 1970 hingga 2007.

Untuk itu penulis meramu kisah yang diceritakan Ruth dan Shirley sebagaimana dilansir CNBC dengan apa yang disampaikan Mgr. Anton Pain Ratu, SVD kepada penulis.

Apa rahasia mereka dalam menjaga ketajaman berpikir dan ketajaman mental mereka di usia lanjut ini. 

Di usianya yang ke-95, Mgr. Anton Pain Ratu SVD masih suka membaca dan menulis (dok.pribadi)
Di usianya yang ke-95, Mgr. Anton Pain Ratu SVD masih suka membaca dan menulis (dok.pribadi)

Berikut 4 (empat) tips agar tetap bugar pikiran dan mental di usia lansia.

1.  Tetap Aktif dan Bekerja

Kedua kakak beradik dan Uskup Anton ini adalah orang-orang yang suka bekerja dan beraktivitas. Ketiganya hampir mempunyai pekerjaan atau aktivitas yang sama. 

Ruth Sweedler seorang aktris amatir yang aktif di teater lokal dan aktif juga dalam organisasi keagamaan Yahudi. Sementara itu, Shirley Hodes merupakan seorang guru di sekolah menengah dan baru pensiun pada usia 70 tahun. Selain berminat pada pendidikan, beliau juga memiliki hoby jurnalistik. 

Sedangkan Anton Pain Ratu adalah seorang Uskup dalam gereja Katolik yang aktif hingga berusia 77 tahun. Selain mengajar, beliau juga seorang penulis, bahkan sangat menyukai olahraga khususnya Yoga.

Kini di usia mereka yang sudah uzur dan tak aktif lagi bekerja, ternyata mereka masih tetap mengeksplorasi dan menerapkan kemampuan mereka masing-masing sebagaimana ketika mereka masih aktif bekerja.

Ruth Sweedler (102) dan Shirley Hodes (106) kakak beradik yang masih tetap aktif dan bekerja (beautynesia.com)
Ruth Sweedler (102) dan Shirley Hodes (106) kakak beradik yang masih tetap aktif dan bekerja (beautynesia.com)

2.  Tetap Terkoneksi dengan Orang lain di sekitarnya

Ketiga tokoh ini sampai dengan usianya yang kesekian ini, mereka masih aktif menjalin pertemanan dan komunikasi dengan siapapun karena menurut mereka, hal itu akan membuat mereka merasa tetap dicintai dan karena itu mereka berbahagia.

Menurut Sweedler dan Hodes, kunci utama untuk menjalin hubungan dengan orang lain adalah kepedulian terhadap sesema. Demikian pun Mgr. Anton Pain Ratu, tidak mau tetap duduk dan menyendiri di kamarnya. Ia malah masih menjalankan tugas memimpin Misa dan Doa di komunitasnya.

Sementara kebanyakan lansia seperti mereka mungkin hanya tertarik dengan diri sendiri, ketiga tokoh ini justru selalu bersedia mendengarkan  kisah dan pengalaman orang lain, dan berusaha untuk memahami kehidupan orang lain di komunitas atau pun di panti jompo.

Karena aktivitas inilah membantu mereka membuka pikirannya dan terus membuat otak dan mental mereka tetap aktif berpikir baik tentang dirinya sendiri, tetapi terutama orang lain, termasuk komunitasnya.

3.  Membaca  dan Belajar Terus 

Usia bukan menjadi batasan untuk terus menerus belajar, dan terutama selalu membaca. Sebab dengan membaca, pikiran dan mental kita akan terus diasah. Dengan demikian tidak mudah menjadi pikun, sehingga otak tetap aktif dan segar.

Uskup Anton, meskipun harus membaca menggunakan kaca pembesar, namun kaca itu tetap setia di atas mejanya sebab sesewaktu mesti digunakan, terutama untuk membaca dan menulis.

Banyak pengalaman membuktikan bahwa hanya orang yang terus giat membaca meskipun di usia tua akan tetap bugar pikirannya karena selalu mengikuti perkembangan zaman. Selalu meng up date informasi dan pengalaman. Sebaliknya bila tidak membaca dan belajar akan cepat tua. Sebab tua itu selalu mulai dari pikiran.

4.  Selalu Bersyukur dan Menghargai Hidup

Menurut tiga tokoh ini, hal terpenting yang selalu  disharingkan adalah perlunya terus bersyukur kepada Tuhan untuk rahmat kehidupan yang telah diterima dan untuk itu mereka juga mengajarkan pentingnya menghargai hidup ini.

Menurut mereka, hidup ini adalah kesempatan untuk melayani dan bersyukur, supaya ketika sudah mencapai usia lanjut tidak merasa menyesal, tetapi sebaliknya merasa telah melakukan sesuatu demi orang banyak. Itulah hidup yang harus disyukuri.

Menurut Mgr. Anton Pain Ratu, SVD ketika didatangi penulis pada Rabu (05/7/2023) di kamarnya di Komunitas SMK Santo Pius X Bitauni, Timor Tengah Utara, mengatakan, "Sampai saat ini saya masih sehat dan masih bisa makan jagung titi yang dikirimkan dari kampung halaman. Karenanya saya bersyukur  untuk segalanya".

Ketika penulis mengundang beliau untuk menghadiri acara syukuran perak perkawinannya pada Kamis (06/7/2023) dengan  terus terang Mgr. Anton menyadari bahwa beliau sudah mengalami kesulitan untuk berjalan sendiri, dan terutama yang berhubungan dengan pencernaannya.

Demikianlah kisah Ruth Sweedler (102), Shirley Hodes (106) dan Mgr. Anton Pain Ratu SVD (95) yang bisa menjadi inspirasi bagi kita. Utamanya kita yang masih aktif menjalankan tugas bahkan yang sudah mencapai usia di atas 50 tahun, bahwa meskipun penuaan itu adalah hal yang tidak dapat kita hindari, namun setiap orang bisa memilih untuk tetap berjiwa muda. 

Sebab selalu ada cara untuk menjaga ketajaman berpikir bahkan ketika kita sudah mencapai usia yang mulai lanjut. 'Tua itu pasti, namun tua yang berkualitas itu adalah pilihan".

Semoga tulisan ini bermanfaat membantu kita mempersiapkan diri menyongsong saatnya yang akan tiba bagi kita!

Atambua, 10.07.2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun