Setelah beristirahat sekitar 40 menit untuk makan dan menarik rokok bagi yang memiliki kebiasaan itu, mesin bus dihidupkan lagi. Semua pemumpang bergegas naik ke bus. Perjalanan hendak dilanjutkan lagi.
Dari Niki-niki, sebuah kota kecamatan, perjalanan dilanjutkan menuju Soe, kota Dingin itu. Hari sudah pukul 13.40 namun udara masih terasa dingin. Mobil tak perlu menghidupkan AC. Cukup membuka pintu dan jendela, "Wah...rasanya sejuk, angin  berhembus masuk ke dalam bus".
Di sepanjang jalan menuju Soe, di kiri kanan jalan, orang menjual Jeruk manis katanya "khas Soe". Selain rasanya yang sudah pasti manis, bentuknya pun sudah menggoda mata dan rasa.
Apalagi 'godaan' ibu-ibu penjual jeruk Soe yang menawarkan jeruknya dengan kata-kata yang manis dan lembut. "Pak,pak, ini jeruk yang paling manis di kota Soe, kalau sudah makan satu buah, maunya tambah lagi!"
"Jangan lupa bawa juga untuk para kekaksih di rumah sana, untuk istri tercinta dan buah hati", kata seorang ibu yang tidak mau menyebutkan namanya ketika penulis mencoba menanyakan namanya.
Setibanya di kota Soe, mulai dari sepanjang trans Timor, mata dan rasa para penumpang tergoda oleh warna dan bentuknya jeruk Soe yang sudah pasti enak dan manis rasanya.
Pak sopir menawarkan kepada para penumpang, "Adakah yang mau membeli jeruk Soe?"
Seorang penumpang mengatakan "ya" dan bus pun berhenti. Â
Setelah membeli beberapa tumpuk jeruk soe dan menikmatinya, bus mulai berpacu lagi menuju Kupang.
Perjalanan berakhir di Kupang. Penulis pun diturunkan di terminal bus pada pukul 15.30. Sesaat lagi penulis harus menggunakan grab menuju Hotel untuk pertemuan.
***