Tentu saja menulis skripsi di era tahun 1996 itu tidak sama dengan menulis skripsi pada tahun 2023. Bagi saya ada banyak sekali kesulitan atau tantangan yang dihadapi pada penulisan skripsi  di era tahun 1996 dibandingkan dengan penulisan skripsi pada era tahun 2023 ini.
Berikut ini saya paparkan suka duka penulisan skripsi pada era tahun 1996, silahkan menemukan perbandingannya dengan era sekarang ini:
Satu: Terbatasnya Menemukan Buku Sumber atau Referensi.
Skripsi merupakan karya ilmiah. Sebuah karya ilmiah membutuhkan referensi-referensi ilmiah. Terbatasnya akses untuk menemukan sumber bacaan juga menjadi salah satu kesulitan. Berbeda dengan sekarang ini di mana internet memudahkan pencaharian sumber bacaan. Pada era tahun 1996, kami hanya mengandalkan perpustakaan dengan jumlah buku yang terbatas. Sering kali satu buku sumber harus dipakai oleh beberapa mahasiswa bergantian. Kesulitan lainnya yang tidak boleh dilupakan adalah terbatasnya akses kami sebagai mahasiswa dalam menemukan sumber bahasa asing.
Dua: Pengetikan Skripsi masih menggunakan Mesin Tik
Berbeda dengan sekarang ini di mana penggunaan komputer sangat membantu dalam penulisan atau pengetikan skripsi. Mengetik skripsi pada era 1990-an boleh dikatakan sangat menarik. Waktu itu di Flores, kami harus membeli mesin Tik dengan merek Olympic yang dipesan dosen kami dari Jerman. Ketika mesin tik itu tiba, betapa senangnya kami. Maklum, tidak semua mahasiswa bisa memiliki atau membeli mesik tik itu. Maka kami harus mengetik bergantian.Â
Teman dari mesin tik adalah tip-ex. Anda bisa membayangkan, menyusun skripsi setebal 150-an halaman. Pertama-tama ditulis tangan, kedua diketik dengan mesin tik, ketiga harus menggunakan margin 4-4, 3-3. Maka supaya rapih, kita harus menghitung huruf pada akhir atau ujung margin kertas. Kalau tidak, ya, salah di tip-ex dulu.
Tiga: Pembimbingan yang super teliti
Tidak gampang menulis dan menyelesaikan skripsi.Kalau tidak mau dikatakan menghadapi tipe-tipe dosen pembimbing yang bervariasi. Bersyukur sekali kalau mendapatkan dosen pembimbing yang baik yang sabar, tenang dan setia mendampingi mahasiswa. Tapi kalau mendapatkan dosen pembimbing yang agak killer ya resiko, beliau bukannya periksa, tapi mencoret bahkan membuang ke sampah. Tapi mau apa? Ya udah.....
Empat: Terbatasnya data penelitian
Saya mengalami kesulitan untuk mengumpulkan data penelitian. Data-data itu harus dikirimkan dari Atambua-Timor dengan menggunakan Pos dan Giro. Bisa dibayangkan berapa lama tiba di Flores. Bagaimana kalau kurang atau bahkan salah? Ya... tunggu lagi satu atau dua bulan.
Lima: Bagaimana Membuat Cover Skripsi?
Isi yang bagus mestinya dimasukkan dalam cover yang bagus pula. Tapi apa boleh buat. Semuanya masih manual. Maka setelah ujian skripsi, saatnya skripsi harus dijilid, kami mengalami keterbatasan dalam mebuat cover skripsi. Maka seadanya saja. Biarpun penampilan cover yang biasa, namun tentu isinya tidak biasa-biasa saja.
Itulah sedikitnya lima hal yang dapat saya syeringkan sebagai pembanding bagi adik-adik pada era saat ini di tengah berbagai kemudahan, tetapi mengalami kesulitan untuk menyelesaikan skripsi.
Bagi saya menulis skripsi sebagai tugas akhir bagi seorang calon sarjana itu mutlak penting, karena dari sanalah kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan sebagai seorang calon sarjana diuji. Maka kepada adik-adik para mahasiswa-mahasiswi yang sedang siap-siap untuk menyusun skripsi atau tugas akhir, saya mau katakan demikian: