Hari-hari belakangan ini mainan jadul berupa latto-latto atau nok-nok makin populer. Bukan hanya di kalangan anak-anak, remaja dan orang muda, tetapi para orang tua pun tidak ketinggalan.
Kemarin sore saya bersama si bungsu ke pasar. Ada seorang ibu  -yang tidak muda lagi-, asyik bermain latto-latto. Sampai-sampai barang jualannya pun tidak diperhatikan. Si mama tua penjual sirih pinang itu asyik bermain latto-latto. Ia sampai tak menggubris orang yang datang hendak membeli sirih pinang.
Pemandangan pun mulai berubah. Kalau kemarin-kemarin itu ibu-ibu di pasar berkelompok menonton film di gadget sambil ketawa-ketiwi, hari-hari ini beralih ke nok-nok. Saking asyiknya mereka bermain, sampai-sampai barang jualannya tak mendapat perhatian. Kedua-duanya memang punya minus mallumnya. Baik gadget maupun latto-latto mempunyai daya pikat pengaruhnya tersendiri.Â
Dibandingkan dengan gadget, latto-latto adalah sebuah permainan (game). Sebagai permainan, latto-latto lebih mengaktifkan fisik, emosi dan sekaligus melibatkan komunikasi antara sesama pemain. Misalnya dikalangan anak-anak, mereka berkerumun dan saling menawarkan nok-nok atau berdiskusi bagaimana seharusnya bermain.Â
Bahkan mereka saling mengajarkan atau melatih teman yang belum bisa untuk bisa bermain. Bermain nok-nok atau lato-lato gampang-gampang sulit. Kalau melihat saja kita yakin bisa memainkannya, namun ketika memegang dan mulai bermain, eh ternyata sulit juga ya....
Sementara, gadget lebih membuat anak menyendiri. Anak bahkan tidak mau diganggu oleh orang lain ketika ia sedang asyik menikmati permainan di gadgetnya berupa game ini dan itu.Â
Karenanya kehadiran permainan latto-latto sebagai mainan jadul yang kembali populer sangat diminati banyak orang.
Pertanyaan kita: berasal dari manakah permainan latto-latto, dan siapakah yang pertama kali mempopulerkan permainan latto-latto itu?Â
Ada yang mengatakan bahwa latto-latto itu adalah permainan khas dari daerah Bugis, Makassar, karena kata latto-latto sendiri adalah kata bahasa Bugis.
Namun dari berbagai sumber lain menjelaskan bahwa permainan latto-latto itu sendiri bukanlah permainan asli Indonesia. Â Latto-latto merupakan permainan tradisional anak-anak di Amerika Serikat yang mulai dikenal sejak tahun 1960-an.
Lantas mengapa latto-latto atau nok-nok atau katto-katto menjadi mainan yang populer sekaligus viral di Indonesia hingga pelosok-pelosok saat ini?
Berikut ini ada sekurang-kurang 3 (tiga) alasan yang menjadikan mainan jadul latto-latto menjadi mainan yang populer di tanah air :
Pertama, Mainan jadul latto-latto bisa jadi mainan yang populer lagi melalui media sosial, terutama TikTok. Seperti yang dilansir dalam Kilas Klaten baru-baru ini bahwa permainan latto-latto mendadak viral di berbagai media sosial, khususnya TikTok sehingga menyebabkan banyak anak-anak yang berburu mainan ini.
Memang betul, saat ini kalau kita membuka media sosial seperti TikTok, Facebook, Instagram,kita akan menjumpai berbagai konten mengenai permainan latto-latto. Â Ada yang mengenalkan cara bermain latto-latto yang benar. Ada pak polisi yang kesal karena tangannya kena biji latto-latto, dan lain-lain.Â
Saat ini medsos menjadi media pilihan yang dapat dipakai untuk mempopulerkan sesuatu, apalagi suatu permainan seperti latto-latto yang gampang dikenal  itu.
Kedua, dalam waktu sekejap mainan latto-latto menjadi mainan yang bukan hanya viral tetapi populer di pasaran mulai dari anak-anak hingga kakek-kakek dan nenek-nenek juga asyik bermain latto-latto karena bentuknya yang unik, harganya yang terjangkau, dan suaranya yang menarik perhatian. Bentuk mainan lato-lato berupa 2 biji keras hasil daur ulang plastik padat (polimer) yang memberikan efek bunyi khas dan asyik sehingga bisa dimainkan dan digemari baik laki-laki maupun perempuan, muda maupun tua.
Ketiga, permainan lato-lato makin populer hari-hari belakangan ini di Indonesia karena bukan hanya dimainkan oleh anak-anak atau orang-orang biasa, tetapi bahkan juga oleh Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ketika keduanya melakukan kunjungan kerja ke Subang, Jawa Barat baru-baru ini.
Untuk saat ini memang apa saja yang dilakukan Presiden Joko Widodo pasti dengan cepat akan menjadi viral. Dan itulah suatu keuntungan tersendiri bagi para pedagang lato-lato, yang tentu saja dengan sendirinya menjadikan permainan lato-lato sebagai mainan jadul makin terkenal.
Selain ketiga alasan populernya permainan latto-latto, ada dua (2) hal yang sekurang-kurangnya bagi saya sangat terkesan yaitu:
Satu : permainan latto-latto menguji kesabaran dan memacu daya juang seseorang.
Saya memperhatikan anak saya yang berlatih terus menerus dengan penuh kesabaran untuk bisa memainkan latto-latto itu seperti yang dilakukan oleh mereka yang sudah bisa. Mula-mula ia hanya menggerakkannya saja
Selain itu saya juga memperhatikan bagaimana upaya dan daya juangnya sampai dia bisa memainkannya. Lalu saya memujinya, "Kamu hebat, ternyata kamu juga bisa!" Dan ia pun tersenyum-senyum puas.
Dua: permainan latto-latto melatih seseorang untuk tenang, konsentrasi, Â dan berhati-hati.
Tanpa ketenangan dan konsentrasi, permainan latto-latto tidak bisa terjadi dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari gerakkan dan bunyi yang dihasilkan. Semakin tenang dan konsentrasi seseorang baik, dapat menghasilkan permainan yang baik pula.Â
Orang yang bermain latto-latto juga harus berhati-hati supaya kedua biji nok-nok itu tidak mengenai tangan atau anggota tubuh yang lain karena dapat menyebabkan sakit. Apabila tidak hati-hati, biji lato-lato itu terlepas dan bila terkena kaca bisa pecah, misalnya kaca televisi, atau kaca jendela.Â
Permainan latto-latto memiliki nilai-nilai tertentu yang berguna bagi anak-anak seperti nilai pendidikan; karakter dan rekreatif. Maka permainan latto-latto bisa dianjurkan untuk menjadi media pendidikan, namun tentu juga perlu pengawasan dari orang tua dan guru-guru di sekolah.Â
Misalnya pada jam pelajaran di sekolah tidak boleh ada siswa yang bermain latto-latto di luar kelas, karena selain suaranya mengganggu juga akan mempengaruhi konsentrasi siswa lain dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan di rumah orang tua mesti mengawasi agar tidak mengganggu orang lain yang melakukan sholat atau berdoa atau mengganggu orang sakit di sekitar rumah. ***
Atambua: 07.01.2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H