Setiap pengalaman hidup sesederhana apapun pasti mempunyai makna yang kiranya bisa menjadi guru yang baik untuk kehidupan. Pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan bertetangga ala kami di Kampung Batu Merah adalah sebagai berikut:
Satu: Tetangga adalah saudara. Seperti yang dikatakan Marilyn Lacey di atas, perjumpaan yang sederhana namun luar biasa itu menciptakan hidup bertetangga yang rukun sehingga menjadikan kami satu Rukun Tetangga (RT).
Dua: Kehidupan bertetangga yang guyub dan rukun tidak bisa dihargai dengan uang dan harta. Karena keluarga dan tetangga adalah harta yang tak ternilai.
Tiga: Bertetangga yang baik dalam suka dan duka mencerminkan kehidupan iman yang dewasa. Saling menyapa dan memperhatikan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan bertetangga.Â
Empat: Tak ada pagar tembok yang tinggi yang menjadi pemisah antara kami bertetangga menunjukkan bahwa kesederhanaan, kekeluargaan, dan persaudaraan yang akrab menjadi moto dan slogan utama yang harus selalu kami wartakan.Â
Kebanggaan utama kami bersama adalah bahwa kami bertetangga dan tak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kami.
Itulah situasi kehidupan bertetangga yang kami alami dan hidupi hingga saat ini di Kampung Batu Merah. Kami selalu berdoa dan berharap sebagai generasi yang tidak muda lagi, semoga praktek baik hidup bertetangga yang sudah dimulai puluhan tahun silam ini, tidak terkikis oleh kemajuan dan perkembangan zaman ke depan.
Semoga sharing pengalaman hidup bertetangga dan praktik baik yang terjadi ala kami di kampung ini bisa menjadi bahan refleksi bagi kehidupan bertetangga di kota, bukan untuk menggugat namun untuk menguatkan.Â
Semoga roh hidup bertetangga ala kami di kampung dapat menguatkan roh bertetangga bagi para saudara di kota sana. Salam santun untukmu semua!
Atambua, 29.10.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H