Namanya pekerjaan rumah (PR), artinya tugas yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah. Tugas itu bisa dikerjakan secara individu, bisa juga secara gotong royong atau bersama-sama dengan teman lainnya.Â
Semua yang pernah menjadi siswa punya pengalaman mengerjakan PR. Ada PR yang mudah sehingga bisa dikerjakan sendiri dan dalam waktu yang tidak begitu lama. Namun ada juga PR yang sangat sulit, terutama yang berhubungan dengan ilmu pasti seperti Matematika, Kimia dan Fisika sehingga sering sulit diselesaikan.
Betul apa yang dikatakan admin Kompasiana bahwa apabila siswa mendapat tugas rumah atau PR, bukan hanya siswa sendiri yang mengerjakannya, tetapi biasanya meminta bantuan orang tua.Â
Bahkan banyak orang tua memiliki pengalaman mendampingi anak mengerjakan PR-nya. Demikian banyak siswa yang kini bukan siswa lagi mempunyai pengalaman menarik seputar mengerjakan PR.Â
Ada anak yang menangis sesugukan karena tidak bisa mengerjakan PR-nya. Bahkan anak saya sendiri sampai tertidur di lantai lantaran PR-nya belum selesai.Â
Ada anak atau siswa yang akan berjuang mati-matian sampai PR-nya selesai. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada siswa yang takut ke sekolah, kalau tidak menyelesaikan PR-nya atau tahu bahwa PR yang dikerjakannya itu salah. Sebab apabila tugas yang diberikan itu tidak bisa dikerjakan atau salah, ketakutan berikutnya adalah pada guru mata pelajaran tersebut. Bisa saja ia takut karena akan dimarahi atau bahkan mendapatkan pukulan dari gurunya.
***
Maka di sini sebenarnya ada  soal plus minusnya PR bagi siswa. Karena itu ada pro dan kontra terhadap persoalan ini. Di antaranya, beban tugas atau pemberian PR yang terlalu banyak merupakan salah satu hal yang dikeluhkan baik oleh siswa maupun oleh orang tua sebagai pendamping belajar anak. Di lain pihak, bila tidak ada tugas atau PR, maka siswa tidak akan belajar di rumah.Â
Sebagai contoh, pada saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena pandemi covid-19 yang lalu, siswa merasa terlalu banyak PR yang diberikan guru dan lebih berat lagi karena anak atau siswa harus mencari jawabannya sendiri. Hal ini tentu saja memberatkan siswa dan dengan sendirinya tugas orang tua sebagai pendamping lebih berat lagi. Kalau orang tua tidak bisa membantu, maka akibatnya siswa takut tidak bisa ke sekolah atau mengirimkan tugasnya.