Dari Atambua, Kota Perbatasan dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste.
Kutuliskan surat ini untukmu berdua pasangan suami istri (Ferdy-Putri) yang hari-hari ini (sejak 18/10/2022) sedang menghadapi sidang perkara pidana di PN Jakarta Selatan.
Memang secara pribadi kita belum pernah berjumpa apalagi saling kenal. Akan tetapi sejak merebaknya kasus yang kamu lakoni, saya pun akhirnya mulai berusaha mengenalmu.
Surat ini kutuliskan bukan bermaksud untuk memberikan pembelaan kepadamu berdua, namun semata-mata ikut prihatin atas kasus yang sedang kamu hadapi. Sayang sekali bahwa Anda berdua sebagai pasangan suami istri telah secara sepihak mengambil keputusan untuk menghilangkan nyawa orang lain dalam hal ini Brigadir Yoshua, nyawa seseorang yang selama ini bukan hanya ajudanmu tetapi menjadi pelayanmu. Tega nian kalian berdua.
Untuk itu sebagai seorang pemerhati keluarga, saya mau menyampaikan isi hati dan perasaan saya untukmu berdua dan berharap kiranya bisa membantumu berdua untuk menemukan dirimu:
Dalam surat ini, saya akan menyoroti beberapa pokok, antara lain:
1. Relasi sebagai Suami Istri.
Saya betul-betul merasa prihatin dengan keadaanmu berdua saat ini. Sejak kasus anda merebak bulan Juli lalu, praktis anda berdua sebagai suami istri tidak bisa menjalankan fungsi sebagai suami istri. Itu berarti dengan sendirinya semakin merenggangkan relasi cinta Anda berdua. Dalam kehidupan ini, relasi suami istri sangat penting sebab di sana keduanya saling menguatkan dan mendukung. Di sinilah keprihatinan saya terusik.
2. Relasi  Orang tua - Anak
Melihat foto-foto keluargamu sebelum adanya kasus ini, saya membayangkan betapa eratnya relasi keluargamu antara suami istri, anak-anak dan bahkan dengan para ajudanmu. Suatu keluarga yang terlihat dalam foto begitu harmonis dan kompak. Namun sejak kejadian perkara ini, saya membayangkan betapa sedihnya anak-anakmu berdua. Mereka bagaikan anak-anak ayam tanpa induk. Karena secara fisik anda tidak mungkin bisa berelasi dengan mereka seperti semula. Betapa mereka sungguh terluka: mereka harus menanggung malu kedua orang tuanya; mereka harus hidup dalam kesendirian. Selama tujuh turunan mereka akan selalu mendengar cerita bahwa orang tua, kakek dan nenek mereka adalah pembunuh dan berbagai stigma lainnya. Pada titik ini saya merasa kasihan akan masa depan keempat putra dan putrimu.
3. Â Relasi Kekuasaan
Saya juga mendengar bahwa keterangan atau kesaksian yang kamu berikan berubah-ubah baik di depan polisi sebagai penyidik, maupun di depan pengadilan. Kadang anda terlihat sangat menyesal, tetapi kadang terlihat anda begitu arogan. Ingatlah bahwa di atas langit masih ada langit. Ketika kita berkuasa haruslah ingat bahwa di atas kita masih ada orang lain yang mungkin lebih berkuasa. Saya kasihan saja bahwa anda begitu mempengaruhi banyak orang untuk jatuh dalam dosa yang sama. Lihat saja, begitu kasus FS merebak, banyak perwira polisi ikut menjadi korban. Inilah yang namanya 'gurita kejahatan'.
4. Uang dan Harta tidak abadi
Dari berbagai pemberitaan, entah itu benar atau hoax, namun telah beredar bahwa FS itu memiliki uang dan harta yang mungkin tak habis dimakan tujuh turunan. Namun apalah gunanya semua uang dan harta itu, pak Ferdy jika kita sendiri tidak menikmatinya? Di sinilah akan terbukti bahwa uang dan harta tidak abadi. Maka siapa pun anda pendekatan kita adalah kemanusiaan bukan uang atau harta.
5. Keputusan Pengadilan
Ya itu semua asal omong atau sekenanya saja. Tapi kita tunggu persidanganlah yang akan membuktikan tuan Ferdy Sambo dan nyonya Putri Candrawathi bersalah atau tidak? Hukumannya apa? Kita semua serahkan kepada pengadilan, kiranya dapat memutuskan dengan seadil-adilnya dan seberat-beratnya. Bukan prinsip nyawa ganti nyawa, tapi kebenaran demi kebenaran.Â
Saya berharap Anda berdua dapat menerima putusan pengadilan dengan tenang sebagai hasil dari keputusan dan perbuatanmu sendiri. Apabila pengadilan memutuskan Anda berdua dihukum mati, terimalah itu dengan tenang karena mungkin itulah hukumannya untukmu!
Saya mendoakan anak-anakmu supaya mereka mampu menerima nasib  sebagai anak-anak FS dan PC dengan tetap tegar. ***
Atambua, 20.10.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H