Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fole Mako, Tradisi Makan yang Unik dan Kedaulatan Pangan

26 Agustus 2022   07:55 Diperbarui: 26 Agustus 2022   09:24 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Makan Fole' Mako': kebersamaan dan solidaritas (sumber: NTTOnline)

Sejak kecil, kami telah mengenal tradisi Fole Mako sebagai kesempatan untuk makan banyak nasi dan daging. Praktek ini sudah ada di daerah kami mungkin sejak sebelum kami lahir . Kami sendiri tidak tahu kapan tradisi ini dimulai dan oleh siapa? Yang kami tahu tentang Fole Mako adalah acara makan minum bersama secara adat.

Untuk mengetahui sedikit lebih detail tentang tradisi Fole Mako, alangkah baiknya kalau kita telusuri arti kedua kata ini.

Arti Kata

Fole Mako terdiri dari dua kata Bahasa Dawan (Uab Meto), yaitu kata 'Fole' dan 'Mako'. Kata 'Fole' artinya memutar dengan menggunakan tangan; dan 'Mako' artinya mangkuk atau piring besar. Kata Fole Mako' berarti mengisi makanan ke dalam piring dengan menggunakan ukuran sebuah mangkok besar dengan cara menekan dan memutarnya sedikit sehingga memadat (Sa'u: 2020, 192).

'Fole mako' sebagai sebuah tradisi yang berhubungan dengan pesta orang mati atau kenduri di Kefetoran Noemuti  dalam bentuk sajian makanan yang ukuran hidangannya menggunakan sebuah mangkok besar (mako) dengan cara memutar atau menekan (fole).

Dikatakan sebagai sebuah tradisi unik, karena praktek tradisi yang berhubungan dengan pesta orang mati atau kenduri dengan makan adat ini hanya terdapat di wilayah Kefetoran Noemuti. Praktek ini tidak bisa ditemui di tempat lain di Pulau Timor.

Apa yang dilakukan pada pesta orang mati?

Perlu diketahui bahwa praktek 'fole mako' ini juga tidak biasa dilakukan oleh semua suku di Noemuti. Ada suku-suku tertentu di Noemuti (Timor Barat) seperti Ninu, Metkono, Tnone, Bani dan Laot yang apabila mereka membuat hajatan/pesta entah sukacita seperti pesta perkawinan atau dukacita seperti kematian, tidak boleh membunyikan musik dan membunuh binatang yang berdarah. Apabila mereka melanggar (tan hai' na'), mereka akan mendapatkan kutukan ('takaf).

Kalau salah seorang anggota suku: Ninu, Metkono, Tnone dan Laot, yang laki-laki menikah, mereka tidak ada musik dan tidak membunuh binatang yang berdarah (sapi, babi, ayam). Demikian pun kalau ada kematian anak laki-laki, selama jenazah masih disemayamkan di tengah keluarga, tidak boleh ada acara makan/minum dengan daging. Oleh anggota suku, hal ini dilarang atau disebut pemali.

Ada apa dengan keempat suku ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun