Kehidupan di zaman global ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita untuk mempraktekkan gaya hidup minimalis, namun hidup yang berkelimpahan.
Secara praksis, gaya hidup minimalis mengajarkan kepada manusia untuk selalu hidup dalam solidaritas, sebab tidak ada jarak yang memisahkan karena tidak ada yang miskin dan tidak ada yang kaya. Semua hidup yang berkualitas.
Demikian pun orang yang hidup dalam kelimpahan selalu menyadari bahwa kita diciptakan dan hidup, pasti bukan untuk diri sendiri tetapi bagi yang lain (man for others).
Dengan gaya hidup minimalis, juga membuka kemungkinan kepada seseorang untuk menyadari dan memberi tempat khusus kepada Allah sebagai pemberi kehidupan. Demikian pun hidup dalam kelimpahan berarti hidup dari, oleh dan untuk Allah. Dengan kata lain, suatu gaya hidup yang menghidupi Allah dalam praktek hidupnya.Â
Kalau kita menjalani gaya hidup manimalis dan hidup dalam kelimpahan, kita sebenarnya menghayati apa yang diajarkan Santo Paulus, "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalam-Nya" (Ef 2:10).
Jadi hidup dalam kelimpahan atau mempraktekkan gaya hidup minimalis sebenarnya adalah mendasarkan hidup kita pada keterbukaan hati untuk menerima dan menjadikan Allah sebagai pusat dan tujuan dari seluruh kehidupan kita sebagai manusia.***
Atambua, 17.17.22
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI