Menurut saya, tanpa mengatakan apa-apa pun, kedua pemimpin negara Ukraina dan Rusia, sudah harusnya tahu apa yang menjadi tujuan lawatan Presiden Republik Indonesia itu.
Seorang Joko Widodo, bukanlah tipe seperti "Rocky Gerung" yang ahli Filsafat itu. Joko Widodo adalah sosok yang sederhana. Namun penampilannya membuat hati semua pemimpin menjadi dingin. Yang sedang panas berkecamuk menjadi dingin dan tenang. Bahasanya sederhana. Â Semuanya serba sederhana. Itulah "Misionaris" Perdamaian yang sejati.
Kehadiran Joko Widodo (bila kita ikuti laporan lewat media sosial) di Ukraina membuat Presiden Zelenskyy bermain piano dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Demikian pun Presiden Rusia.Â
Kantor Berita Rusia TASS melaporkan berbagai kegiatan yang dilakukan Presiden Widodo di sana.
Lantas apakah misi yang dibawa oleh Presiden kita untuk perdamaian dunia, khususnya di Rusia dan Ukraina berhasil?
Hati pemimpin siapa yang tak luluh kalau didatangi dan disapa dengan senyum kesederhanaan baik Presiden Jokowi maupun Ibu Negara Iriana yang terlihat anggun mengikuti perjalanan sang suami sebagai Kepala Negara. Kesederhanaan Nyonya Iriana Jokowi juga pasti menjadi "voice of the voiceless".
Dalam hal ini saya sepaham dengan apa yang dikatakan Teuku Rezasyah, Pengamat Politik dari  Unpad itu bahwa "Sekecil apapun, potensi damai haruslah diusahakan. Apalagi oleh Indonesia yang konstitusinya mensyaratkan itu" (detikNews, Jumat, 1 Juli 2022).Â
Karena kita sebagai bangsa Indonesia yang mencintai perdamaian dunia, sikap kita adalah:
Pertama, hendaknya mendukung upaya yang dilakukan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo ini sebagai misionaris perdamaian. Misi yang dibawa oleh Jokowi dan Ibu Negara itu adalah misi yang berat, suatu perjalanan panjang dan membahayakan, tetapi itu dilakukan oleh seorang Jokowi, yang justru tidak bisa dilakukan oleh pemimpin yang katanya 'hebat' lainnya. Luar biasa.
Kedua, kita sebagai bangsa Indonesia harus ,mendoakan agar misi ini berhasil. Sebab kalau misi tersebut diterima oleh Ukraina dan Rusia, bukan hanya nama Jokowi yang menjadi besar, tetapi bangsa dan negara Indonesia, di mata dunia.
Ketiga, saya mengajak para pemimpin Indonesia dan kaum cerdik pandai seperti RG dan lain-lain, apa yang harus dipelajari oleh kaum milenial dan anak-anak bangsa ini dari Anda, karena hanya selalu memandang orang lain dari segi negatif. pada hal ilmu anda mengajarkan tentang possitive thinking. Â Kita gampang berteori tentang peran Indonesia dalam misi perdamaian dunia, tetapi kita sendiri tidak menyentuhnya.