Ketika itu kami diajarkan untuk memulai menciptakan asset dengan terlebih dahulu melakukan pinjaman yang nama kapitalisasi, yaitu meminjam untuk menyimpannya kembali. Artinya tidak membawa pulang uang dalam bentuk tunai. Resikonya setiap bulan haarus mengangsur sesuai perjanjian.
Ada yang setia mengangsur kapitalisasi setiap bulan. Hasilnya sekarang sudah bisa menikmati tabungan kapitalisasi itu. Tetapi ada juga yang tidak setia, karena mereka berprinsip, 'kalau meminjam harus bawa pulang uang tunai'.
Untunglah saya ada di pihak yang pertama, meminjam untuk menyimpan dalam bentuk kapitalisasi. Dan hasilnya kini sudah bisa dinikmati. Simpanan makin bertambah.
Hal kedua yang diajarkan adalah bahwa untuk menambah asset atau modal, kita juga bisa melakukan kredit atau pinjaman. Yang namanya pinjaman atau kredit harus dikembalikan dalam bentuk angsuran. Yang menjadi menarik adalah bahwa ketika kita mempunyai kebutuhan, kita tidak boleh mengambil simpanan kita untuk digunakan, tetapi kita sebaiknya mengajukan kredit. Dengan itu, kebutuhan kita bisa diatasi dan simpanan kita bisa menjadi jaminan. Cukup kita mengangsur setiap bulan. Tentu saja harus tepat waktu dan jumlah angsuran. Disiplin itu kata kunci.
Kalau dulu, kita dianjurkan untuk membuat celengan. Celengan artinya setiap uang sisa belanja baru dimasukan dalam celengan itu. Itu dulu. Tetapi sekarang, yang baru dan kalau dipraktekkan justru itu yang bisa jadi kaya, yaitu setiap kali terima uang entah honor atau gaji, yang pertama-tama dilakukan adalah bayar utang (angsuran) dan menabung. Sisanya baru belanja. 10% dari penghasilan harus ditabung. Itu baru jalan menuju kaya dengan berproses.
Dari kecil kita sudah kenal ungkapan yang mengatakan: "Hemat pangkal kaya!" Sayangnya ungkapan ini hanya sekedar ungkapan. Tapi kita tidak praktekkan dalam hidup. Untuk itu mulai sekarang, kalau mau jangan tua sebelum kaya, sebaiknya kita mulai hidup hemat. Â Kata kunci untuk kaya dan sukses adalah hemat, hemat dan hemat.
Akhirnya...