Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menuju Pertemuan Keluarga Sedunia X di Roma Juni 2022

12 Mei 2022   09:12 Diperbarui: 12 Mei 2022   09:35 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: National Catholic Register

Berita Gembira

Pada tanggal 19 Maret 2021 yang lalu, bertepatan dengan Pesta Santo Yosef  sekaligus lima tahun dikeluarkannya Surat Apostolik Amoris Laetitia, Paus Fransiskus mencanangkan untuk diadakannya Tahun Keluarga Amoris Laetitia. 

Rencananya Tahun Keluarga Amoris Laetitia ini akan ditutup dalam Pertemuan Keluarga sedunia kesepuluh yang akan diadakan di Kota Roma, pada tanggal 22-26 Juni 2022.

World Meeting X ini seharusnya diselenggarakan pada tahun 2021, namun karena alasan pandemi Covid-19, maka pertemuan dunia ini diundur hingga tahun 2022.

Dalam pesan videonya, Paus asal Argentina ini menetapkan bahwa World Meeting X of Families akan mengambil tema: "Kasih Keluarga: Panggilan dan Jalan Kekudusan".

Paus yang pada Desember 2022 ini berusia 86 tahun mengajak semua keluarga di seluruh dunia untuk mengikuti Pertemuan Keluarga sedunia ini dengan cara mengadakan pertemuan di tingkat keuskupan masing-masing dengan cara-cara yang unik memanfaatkan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dengan baik  oleh Keuskupan Roma.

Tema yang menarik

Pemimpin umat Katolik sedunia di Roma itu memilih tema pertemuan keluarga yang menarik. Keluarga sebagai Jalan Kekudusan. Bahwa setiap keluarga mempunyai tujuan mulia yaitu membangun suatu komunitas yang kudus dan beriman. 

Di dalam komunitas keluarga itu, semua anggota keluarga merindukan kekudusan sebagai cara menjalani hidup dan memberi  kesaksian atas hidup yang begitu indah yang diberikan oleh Allah kepada manusia.

Ketika dua pribadi manusia, pria dan  wanita disatukan dalam suatu janji suci perkawinan di hadapan Tuhan dalam Gereja-Nya yang kudus, Tuhan menghendaki agar mereka melaksanakan dan menjalani kekudusan sebagai tujuan perkawinan yang dapat menyelamatkan kehidupan bersama mereka.

Dalam dokumen apostolik "Gaudete et Exultate", Paus Fransiskus juga menyampaikan bagaimana setiap orang dipanggil untuk menjadi kudus dalam hidup kesehariannya. Untuk itu, dunia modern dengan segala pengaruhnya, tidak boleh menjauhkan keluarga-keluarga dari Allah justru karena kita melakukan tindakan-tindakan yang tidak berkenan di hati-Nya. 

Pemimpin Gereja Katolik sedunia ke-266 itu mengutip kata-kata Tuhan Yesus dalam Mat 5:12: "Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga". Dengan kata-kata ini, Paus mengajak keluarga-keluarga untuk mengusahakan kekudusan itu. 

Untuk itu ia menambahkan, "Do not be afraid of holiness. It will take away none of your energy, vitality or joy".  "Jangan takut akan kekudusan. Itu tidak akan menghilangkan tenaga, vitalitas atau kegembiraan". 

Paus bertanya, "Lalu mengapa kita harus bersukacita? Bagaimana kita orang modern menanggapi panggilan kepada kekudusan itu?"

Pastor James Martin SJ dalam sebuah tulisannya mengenai dokumen Gaudete et Exultate yang berjudul, "Top Five Takeaways From 'Gaudete et Exultate' yang dimuat pada laman www.amaricamagazine.org menyebut adanya lima jalan menuju kekudusan keluarga sebagai berikut:

1. Jadilah diri anda sendiri.

 Dalam hal ini Paus menawarkan kepada keluarga-keluarga banyak contoh kehidupan suci dari orang-orang kudus Gereja seperti Santa Theresia dari Lisieux, seorang karmelit yang menemukan kekudusan dalam menjalankan tugas-tugas kecil; Santo Ignatius dari Loyola, pendiri Serikat Yesus yang mencari Tuhan dalam segala hal; dan Santo Philipus Neri, pendiri Oratorians yang terkenal karena selera humornya. Kita tidak perlu menjadi 'penggalan atau salinan' dari orang-orang kudus ini. Kita perlu menjadi diri kita sendiri, seperti yang dikatakan Thomas Merton: "Bagi saya menjadi orang suci berarti menjadi diri saya sendiri".

2. Jalanilah kehidupan sehari-hari apa adanya.

Bagi Paus Fransiskus, kita tidak perlu menjadi uskup atau imam atau anggota ordo religius untuk menjadi kudus. Tetapi setiap orang dipanggil untuk menjadi orang kudus entah sebagai seorang bapak atau mama, seorang guru atau murid, seorang pengacara atau petugas kebersihan. Yang paling penting adalah kita menjalani hidup kita dalam cinta dan memberi kesaksian hidup tentang Tuhan dalam keseharian kita apa adanya.

3. Hindarilah dua kecendrungan ini: sikap tahu segala-galanya (gnostisisme) dan percaya semata-mata pada kekuatan sendiri (pelagianisme).

4. Bersikap baik.

Paus Fransiskus memberi nasihat praktis sehubungan dengan kehidupan modern dewasa ini untuk menuju kepada kekudusan. Bagi paus Fransiskus, bersikap baik itu berarti jangan bergosip, hentikan sikap memberi penilaian terhadap orang lain, dan yang paling penting adalah berhenti bersikap kejam.

5.  Melaksanakan sungguh ucapan bahagia itu.

Kekudusan adalah potret Tuhan Yesus sendiri, karena itu menurut Paus, untuk menjadi kudus, kita dipanggil untuk menjadi miskin dalam roh, takut akan Allah, menjadi pembawa damai, haus dan lapar akan kebenaran sebagaimana dalam ucapan bahagia itu. Ada dua aspek yang ditekankan oleh Paus yaitu membantu dan melayani orang lain,  memaafkan dan memahami.

Dengan menjalani kelima hal tersebut dalam praksis hidup sehari-hari, keluarga-keluarga dipanggil menuju kekudusan.

Menuju World Meeting X of Families

Dalam rangka persiapan menuju Pertemuan Keluarga sedunia itu, pihak Vatikan telah membuat website yang berisi tema, logo, materi katekese persiapan dan agenda Pertemuan Keluarga sedunia X. 

Seluruh acara kongres teologi-pastoral dan perayaan itu rencananya akan disiarkan secara online. Diharapkan dengan cara demikian, sebagaimana diharapkan pihak Vatikan yaitu Diskateri untuk Awam, Keluarga dan Hidup bahwa World Meeting X of Families dapat diikuti oleh semua keluarga di seluruh dunia. 

Maka bersama Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), marilah kita bersiap-siap untuk mengikuti hajatan dunia bagi keluarga-keluarga ini dengan persiapan batin dan doa agar pertemuan keluarga sedunia kesepuluh ini dapat berjalan dengan baik dan lancar dan menghasilkan bukan hanya dokumen tetapi terutama buah-buah kekudusan bagi keluarga-keluarga di dunia. ***

Atambua, 12.05.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun