Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kandungan Gizi pada Tahu dan Tempe yang Kita Makan

17 Maret 2022   11:53 Diperbarui: 17 Maret 2022   12:06 5706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produksi tahu (foto dikredit dari republika.com)

Dewasa ini Tahu dan Tempe telah menjadi makanan favorit hampir seluruh penduduk Indonesia. Padahal dulu, Orang Timor tidak tahu makan tempe apalagi tahu. Tidak tahu persis, sejak kapan tahu dan tempe mulai menjadi makanan kesukaan masyarakat? Kedua makanan ini dibuat dari kacang kedelai. Tahu dan tempe merupakan makanan sumber protein nabati yang murah, bergizi, dan lezat. 

Kemarin (Rabu, 16/3/2022), secara tidak sengaja saya mendapati seorang ibu sedang membeli tempe dan tahu yang dijual oleh seseorang yang biasa menggunakan sepeda motor. 

Lalu saya bertanya kepada ibu Veronika, bukan nama yang sebenarnya, "Sejak kapan kamu mulai makan tempe dan tahu?"

Ibu Veronika menjawab, "Sejak orang-orang mulai berjualan tempe dan tahu masuk ke kampung ini!"

Dari pembicaraan sepintas ini, saya lantas berkesimpulan bahwa tempe dan tahu kini menjadi lauk pauk favorit sejak  adanya keterbukaan komunikasi dan pasar bebas. Dengan itu tahu dan tempe yang dulunya tidak dikenal oleh masyarakat Timor, kini tiada hari tanpa makan tahu dan tempe.

Pertanyaan berikutnya adalah mengapa orang suka makan tahu dan tempe? Apakah tahu dan tempe mempunyai kandungan gizi tertentu, sehingga menjadikannya makanan kesukaan atau favorit sebagian besar masyarakat Indonesia?

Untuk mencari tahu kandungan gizi yang terdapat dalam tahu dan tempe yang kita makan, saya secara bebas menemukannya pada beberapa situs online. Saatnya saya bagikan kepada kita sekalian, biar tahu agar semakin suka makan lauk dan berbagai produk dari tahu dan tempe.

Menurut www.kompas.com, sebanyak 3 ons tempe mengandung 140 kalori, 16 gram protein, 10 gram karbohidrat, 7 gram serat, 5 gram lemak, kalsium, zat besi, kalium dan sodium. Sedangkan 3 ons tahu mengandung 80 kalori, 8 gram protein, 2 gram karbohidrat,  2 gram serat, 5 gram lemak, kalsium, zat besi, kalium dan sodium.

Dari kandungan gizi yang ada pada tahu dan tempe di atas, sebuah pertanyaan dapat diajukan lagi di sini, dari keduanya: tahu dan tempe manakah yang lebih kaya atau lebih tinggi kandungan proteinnya?

Jawabannya jelas, menurut sumber tadi, dari 3 ons tahu dan tempe, tahu mengandung 8 gram protein, sedangkan tempe mengandung 16 gram protein. Itu artinya tempe lebih kaya protein daripada tahu. Kandungan protein pada tahu merupakan separuh dari total kandungan protein pada tempe.

Ilustrasi produksi tahu (foto dikredit dari republika.com)
Ilustrasi produksi tahu (foto dikredit dari republika.com)

Nah, sekarang baru kutahu mengapa kedelai langka di tanah air kita?

Gakoptindo atau Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia memprediksi bahwa produksi tahu tempe di Indonesia makin menurun karena akibat  dampak PPKM sejak  akhir Juni 2021.  Menurut Aip Syarifudin sebagaimana diberitakan Tempo.co produksi tahu dan tempe pada tahun 2021 hanya mencapai 3 juta ton dibandingkan dengan realisasi produksi tahu tempe pada tahun 2020 yang mencapai 3,3 juta ton.

"Kenaikan harga kedelai, ikut melengkapi penurunan daya beli masyarakat saat ini", kata Ketua Umum Gakoptindo itu.

Untuk itu, ke depan kita perlu mendorong masyarakat kita khususnya para petani kedelai untuk semakin meningkatkan produksi kedelainya, dengan melakukan intensifikasi pertanian kedelai. Sebab, industri tahu tempe nasional mengonsumsi sekitar 3 juta ton kedelai pertahunnya. Dan dari konsumsi 3 juta ton kedelai itu, sekitar 2,7 juta ton berasal dari import, hanya sekitar 0,3 juta ton saja yang berasal dari dalam negeri. 

Langkah berikutnya adalah mendorong semakin banyak keluarga untuk meningkatkan konsumsi tahu tempe. Selain dikonsumsi langsung sebagai lauk pauk, juga berbagai olahan tahu tempe lainnya, terutama di daerah-daerah dengan prosentasi stunting yang masih tinggi seperti di NTT. 

Bukankah dengan semakin banyak mengonsumsi tahu tempe dapat mengurangi atau menurunkan angka stunting tersebut.  Sebab kita tahu semua kandungan gizi yang berhubungan dengan pencegahan stunting, hampir semuanya ada dalam tahu tempe. ***

Atambua, 17.03.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun