Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

#Cinta Putih

14 Maret 2022   22:19 Diperbarui: 14 Maret 2022   22:35 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto dari Wimer

"Kita sudah berbeda alam, Sinta!" kata Andre pada Sinta di suatu mimpi.

Cinta dan kasih sayang yang sudah terajut bersama semasa kuliah, dan terukir indah di pucuk-pucuk lontar antara Penfui dan Lasiana menjadi bingkai beramanah.

Jubah putih itu rela ditinggalkan Andre untuk menggapai cinta putih tak bernoda. Mendayung mahligai cinta menuju tepian janji dan ikrar. Cinta putih seputih salju akhirnya berbingkai mawar. Harum semerbak masuk ke dalam relung hati.

Pilihan hidup cuma satu untuk selamanya. Bersama membangun dan saling melengkapi, saling menyempurnakan dan saling percaya. Berjanji setia  untuk sehidup semati dalam untung dan malang.

Indah nian jika dikenang.

Bahwa cinta putih tak mengenal perbedaan usia. Cinta putih tak memperhitungkan dari mana kau berasal. Cinta putih tak membedakan suku dan ras. Cinta putih tak memandang status, kedudukan dan jabatan. Cinta putih cuma mengharapkan saling menerima apa adanya.

***

Awalnya Andre seorang pengangguran. Cuma berpenghasilan seduit. Tak punya apa-apa. Orang tua bukanlah  orang kaya. Apa adanya. Tapi Andre mampu menerobos semuanya dalam kekurangannya. Tak seberapa. Namun ia mampu berbagi. Karena memang cinta putihlah kekuatannya.

Kau hebat Sinta. Engkau tidak takut badai. Engkau menghadang siapa saja yang ingin menghalau cinta putih.

"Aku yang nikah, bukan kamu. Andre pilihanku! Tinggal merestui, bukan menolak. Siapa yang berhadapan dengan Andre, berarti berhadapan dengan saya!" Begitulah kata Sinta di  hadapan orang-orang dekatnya.

Tapi apalah daya. Ketika Sinta lemah, Andre tidak punya sandaran. Tak ada lagi yang siap menghadang di depan. Bisikan Sinta malam itu menjadi bisikan terakhir. Mungkin juga itu merupakan kata-kata perpisahan Sinta buat Andre.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun