Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengisi Nyepi dengan Makan Sirih Pinang, Menjaga Budaya Atoin Meto di Timor

3 Maret 2022   08:43 Diperbarui: 3 Maret 2022   08:50 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Kamus Uab Meto yang ditulis oleh  Andreas Tefa Sa'u, SVD  dan diterbitkan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia, di sana dapat kita baca pada hal. 108-109 bahwa tulisan yang benar adalah 'atoune atau atouen Meto' sebagai nama yang biasa digunakan oleh ahli ilmu etnologi untuk menyebut orang-orang Dawan. Nama lain dari orang Dawan yang selama ini ditulis 'atoni '.

Sudah banyak tulisan tentang keunikan-keunikan dari suku Dawan yang mendiami sebagian besar wilayah Pulau Timor khususnya Timor di Kompasiana ini. Sebut saja Neno Anderias Salukh, Frederikus Suni, Yohanes Manhitu. Namun pada kesempatan ini, ketika merenung bersama saudara-saudariku umat Hindu Bali yang merayakan Hari Raya Nyepi,  saya menurunkan tulisan sederhana dengan judul "Mengisi Nyepi Dengan Makan Sirih Pinang Menjaga Budaya Atoin Meto di Timor".

Makan Sirih Pinang

Salah satu kebiasaan yang telah menjadi budaya Atouen Meto adalah Makan Sirih Pinang, "Tmam puah-manus" atau biasa disingkat saja dengan "Tmam atau Mam". 

Setiap orang atau tamu yang datang ke rumah seorang Dawan atau Atoen Meto, pertama-tama akan disuguhkan "Mamat" atau sirih pinang dan diikuti dengan sapaan atau silah "Tmam tan fe atau Ta' Mam Ok" artinya silahkan  atau kita makan sirih dulu. Sesudah itu baru diikuti dengan pembicaraan atau sajian kopi atau teh.

Biasanya sebagai basa-basi pada saat makan sirih pinang, orang akan mengatakan "Mamte Alekot" artinya sajian sirih pinangnya bagus atau  "Mam te Aminat" artinya sajian sirih pinangnya enak. Selain sebagai ungkapan basa-basi, sering juga bisa bernilai kiasan.

Sirih pinang juga biasa dipakai untuk urusan-urusan adat lainnya. Misalnya ketika melakukan undangan atau pemberitahuan resmi kepada seorang petinggi atau pejabat; atau mau memulai suatu urusan peminangan, yang pertama-tama disajikan adalah sirih pinang. 

Biasanya sirih dan pinang ditempatkan pada "Oko' mama" atau  "Alu' mama". Dan sebagai temannya ditempatkan juga di atas meja sebotol sopi atau "Tua' botel mese", baru diikuti dengan penyampaian berupa kata-kata sapaan adat.

Kebiasaan makan sirih bukan hanya menyebabkan orang yang makan itu bibirnya merah, tetapi mengandung kesehatan mulut dan gigi tersendiri. Bagi laki-laki atau perempuan Dawan atau Atoen Meto yang gemar makan sirih sering disebut sebagai orang yang beradat, karena menjaga kelestarian budaya.

Merayakan Nyepi dengan Makan Sirih Pinang

Tidak banyak orang Dawan atau Atoen Meto yang menjadi penganut agama Hindu Bali. Tapi karena kita tinggal di bumi Indonesia dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka saling menghargai di antara umat beragama lain sudah menjadi keharusan. Karena itu pada hari Nyepi ini, saya pun ikut menyepi. 

Bersyukur kemarin umat Kristiani baru saja memasuki Masa Puasa. Jadi pas hari ini Nyepi, kesempatan untuk mengintrospeksi diri dan mengevaluasi kehidupan bersama saudara-saudari umat Hindu.

Jadi kalau saudara-saudariku umat Hindu Bali pada hari ini Nyepi, tidak melakukan segala aktivitas artinya menyepi demi sesuatu yang lebih tinggi, saya pun sebagai anak budaya Atoen Meto, pada hari ini duduk sendiri (menyepi) sambil makan sirih pinang demi menjaga dan mempertahankan budaya Atoen Meto , meskipun tidak ditemani dengan 'Tua e botel mese' sebagaimana dalam urusan adat, "Oko'mama atau Kabi" tidak bisa dipisahkan dari "Tua e boetles".

Kepada saudara-saudariku Umat Hindu Bali, Selamat Hari Raya Nyepi. Dan kepada saudara-saudariku Ateon Meto di seantero Timor Barat dan di mana saja, jangan lupa makan sirih pinang untuk menjaga dan melestarikan budaya kita!

Tabe

Atambua, 03.03.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun