Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Money

Hujan Sore-sore dan Nikmatnya Gorengan Tempe

23 Februari 2022   05:05 Diperbarui: 23 Februari 2022   05:08 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat ini di mana-mana hujan turun tiada henti. Apalagi di Timor wah banjir di mana-mana. Semua jalanan banjir. Air meluap menutupi badan jalan karena rusak atau tiadanya drainase.

Kemarin dikhabarkan seorang ibu hanyut terbawa banjir. Nah kalau sudah begini orang Malaka mulai waspada bencana banjir bisa datang sewaktu-waktu.

Tapi sudahlah kita tinggalkan banjir. Mungkin akan solusi untuk itu. Baiklah kita beralih topik biar selaras dengan topik pilihan Kompasiana.

Topik pilihan yang menarik. Tempe Tahu Langka. Tapi lebih menarik lagi justru kalau di China kedelai jadi makanan babi. Yang benar saja dong. Masya ...manusia harus tahan perut sementara babi berfoya-foya.

Katanya menurut data eksport import, Indonesia selalu mengimport kedelai dari Amerika Serikat. Sementara kebutuhan kedelai di Indonesia makin tinggi. Karena produksi kedelai Indonesia tak sebanding dengan kebutuhan dan konsumsinya.

Mengapa demikian? Bagi kita orang Indonesia tiada hari tanpa tempe dan tahu. Sebagai contoh saja. Gorengan pak Joko paling laris sore-sore. Bayangkan, ia dan istrinya mulai buka di pinggir jalan depan Paris Indah setiap jam 4 sore. Tapi baru saja jam 5 sore semua gorengannya sudah ludes. Para pelanggan gorengan sampai antrean panjang. Bahkan ada yang tak kebagian.

Tempe dan Tahu makin jadi makanan favorit. Dulu sewaktu saya masih kecil saya sangat tidak suka tempe tahu. Kami selalu saling mengganggu dengan gurauan "tempeleng baru tahu". Atau kalau ditanya makan dengan apa, selalu jawabnya "tante tempe dan om alex tahu".

Tapi akhir-akhir ini saya malah doyan tempe tahu. Padahal justru kedelai makin langka. Anak-anak selalu minta dibelikan gorengan dari pak Joko yang enak, gurih dan nikmat itu. 

Nah ketika kita doyan gorengan tempe tahu sementara kedelai langka, apa yang harus kita buat? Haruskah kita berhenti makan gorengan tempe tahu dari mas Joko? Tentu saja tidak. Kita hatus mencari solusi. 

Bagaimana mungkin orang China menjadikan kedelai makanan untuk babi karena mereks lebih suka makan babi, sementara kita di Indonesia lebih doyan makan tempe tahu. Apakah manusia harus mati kelapran sementara babi berfoya-foya?

Pemerintah Indonesia harus melakukan negosiasi supaya kedelai dari Amerika Serikat itu diimport ke Indonesia. Demikian pun China tidak boleh ingat diri. Jangan gara-gara babi di China yang makan kedelai, orang Indonesia harus mati menahan perut karena kelangkaan tempe tahu.

Para petani kedelai Indonesia ayo tingkatkan produksi kedelai. Supaya manusia Indonesia tidak boleh berebutan kedelai dengan babi di China. Hanya dengan itu kita akan tetap menikmati tempe tahu yang enak dan gufih apa lagi pada waktu hujan sore-sore seperti ini, menikmati sajian kopi nikmat dengan gorengan tempe tahu dari pak Joko sambil mendengarkan musik ringan dan membaca Kompasiana. Aduh enaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun