Menulis di Kompasiana itu gampang-gampang sulit. Mengapa dikatakan gampang, karena seseorang menulis sesuai dengan apa yang dimauinya sendiri. Artinya menulis mandiri: sendiri menentukan temanya. Mengapa dikatakan juga sulit? Karena penulis sulit menilai sendiri tulisannya apakah layak atau tidak? Sulit juga karena harus menyesuaikan dengan pilihan topik yang ditawarkan Kompasiana.
Sekurang-kurangnya ada lima alasan mengapa saya ikut menulis di Kompasiana.
Pertama: Keinginan yang kuat untuk belajar
Pada awalnya saya penasaran, ingin tahu saja bagaimana tulisan kita bisa ditampilkan di Kompasiana. Sebagai seorang penulis pemula, saya selalu mau belajar untuk menulis, terutama dari para penulis senior. Saya telah mengikuti kursus jurnalistik meskipun saya bukan seorang jurnalis. Ya sesekali baru bisa mengirimkan tulisan atau liputan berita ke beberapa majalah berita seperti Educare, Kana, Ekawarta dan Berkat.Â
Saya juga telah menerbitkan beberapa buku. Tapi lagi-lagi sebagai seorang penulis pemula, saya merasa belum cukup dengan pengalaman-pengalaman itu. Maka ketika menemukan link untuk bisa menulis di Kompasiana, saya berusaha menangkap peluang ini, lagi-lagi dengan maksud untuk belajar. Karena itu, sesuai catatan, saya mulai bergabung di Kompasiana pada tanggal 17 Januari 2021.Â
Hampir genap setahun usia saya bersama Kompasiana. Memang belum apa-apa, tapi setidak-tidaknya alasan pertama sudah terpenuhi. Saya bisa belajar dari banyak penulis dengan berbagai tulisan yang luar biasa dibandingkan dengan tulisan saya.
Kedua: Memiliki banyak teman
 Siapa yang tidak senang bila memiliki banyak teman? Apalagi bukan teman asal teman, tetapi teman-teman yang luar biasa. Apalagi pada zaman seperti sekarang ini, memiliki teman itu susahnya bukan main. Karena masing-masing oirang sibuk dengan dirinya sendiri. Teman dekat saja dirasa jauh, apalagi teman yang jauh? Ternyata sebaliknya. Justru melalui Kompasiana, teman yang jauh menjadi dekat. Senangnya bukan main, ketika tulisanku mendapat rating dari seseorang yang saya sendiri tidak mengenalnya.Â
Ketika membaca profilnya, baru saya kaget ternyata penulisnya seorang Doktor atau Peneliti yang sebenarnya bukan letingnya saya. Tapi itu justru terjadi berkat menulis di Kompasiana.Â
Jadi terima kasih Kompasiana, meskipun saat ini saya baru memiliki point 1.100 yaitu Kompasiana Yunior. tapi saya percaya, begitu melangkah ke jenjang berikut, temanku pasti bertambah lagi.
Ketiga: Tulisan makin berbobot