Kata orang, bergaul dengan orang bebal akan menjadi orang bebal. Tapi bergaul dengan orang bijak akan menjadi bijak juga. Apalagi bergaul dengan orang berilmu, pastinya mendapat banyak ilmu.Â
Manusia itu makhluk yang selalu ingin berkembang, dinamis. Berkat belajar terus menerus. Membaca terus menerus tulisan-tulisan yang berbobot dari penulis-penulis maestro, lama-lama kita juga bisa menjadi penulis yang berbobot.Â
Maka alasan ketiga mengapa saya mau menulis di Kompasiana adalah supaya pada suatu saat, saya juga memiliki tulisan-tulisan yang makin berbobot dan berkualitas.
Keempat: Menjadi orang yang berguna bagi orang lain
Setiap tulisan yang kita sumbangkan sebagai seorang Kompasianer sudah pasti punya tujuan tertentu. Biasanya mulai dengan tujuan yang biasa-biasa saja atau dangkal. Tapi lama-lama bukan tidak mungkin tulisan kita akan berguna bagi orang lain karena kita turut menyumbangkan sesuatu bagi dunia.
Seorang penulis terkenal pernah katakan, "tulis saja apa yang bisa kamu tulis. Mungkin sekarang belum atau tidak berguna. Tapi suatu saat mungkin tulisanmu akan berguna bagi orang yang membacanya". Inilah motivasi yang penting agar seseorang  mau menjadi seorang penulis. "Tulis saja apa yang bisa ditulis".
Kelima: Menjadi Pencipta sejarah
Jangan hanya belajar dari sejarah, tetapi jadilah juga seorang pencipta sejarah. Menciptakan sejarah melalui tulisan. Dengan menulis di Kompasiana, kita juga bisa menjadi pencipta sejarah.Â
Dahulu, orang-orang seperti Cristofer Colombus, Magelhaens, tidak pernah berpikir bahwa kelak mereka akan tercatat dalam sejarah sebagai penemu Benua Amerika dan penjelajah dunia. Demikian pula apa yang kita buat sekarang ini atau kita tulis kelak bisa menjadi sesuatu yang berguna atau tercatat dalam sejarah.
Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) pernah berkata, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." ***
Atambua, 06.01.2022