Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Atambua Eden dan Para Petani Milenial

22 November 2021   10:25 Diperbarui: 22 November 2021   10:58 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uskup Atambua di tengah peserta panen perdana anggur Pantura (foto oleh Credit Union Kasih Sejahtera)

Adalah Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, pada suatu kesempatan rapat evaluasi program pastoral tahunan, mengagetkan para peserta  rapat dengan sebuah pernyataan: "Kita tidur di atas lahan tidur?" Padahal kita dapat karunia dari Allah Pencipta kita, lahan seluas 5200 km2. Dari lahan seluas ini lahan yang dibiarkan tidur sekira 78%. Lahan yang digarap hanya sekira 22 %. "Menurut hitungan sederhana 80% lahan tidur, sedangkan 20% lahan bangun", katanya. 

Menurut bahasa biblis, demikian Uskup Dominikus, talenta berupa rahmat dari Tuhan, 10 talenta, kita hanya bungakan 2 talenta, sedangkan 8 talenta yang lain kita sembunyikan, kuburkan dan tidurkan. Pertanyaan bagi kita, kita tidur?

"Sebagai Uskup, air mata saya jatuh. dengar dan lihat kita lapar. Dengar dan lihat orang-orang kita lari tinggalkan lahan ini untuk cari lahan lain di tempat lain, menjadi kuli, pergi sehat pulang mayat. Orang masih cap kita bodoh dan miskin. Kita sendiri juga sering 'iya' kan cap ini", kata Uskup dengan nada meninggi.

"Stop. Berhenti sandang cap itu. Sahabat-sahabatku, setiap orang ada saatnya dia tidur, ada saatnya dia bangun. Sekarang saatnya kita bangun. Kebas selimut, tinggalkan tempat tidur, ambil alat kerja, olah lahan. Kita yang kebanyakan petani, peternak dan nelayan, garap tanah, piara hewan, tangkap ikan. Kita tidak bodoh, kita tidak miskin", tandas Uskup Dominikus.

Ajakan  untuk Para Milenial

Program "Atambua Eden" bukan cita-cita! tapi kenyataan. Eden yang penuh dengan segala ciptaan yang baik menjadi rusak. Sekarang ini kita huni Eden yang sudah rusak, dirusak oleh siapa? Kita sendiri. 

Kata Uskup keempat Keuskupan Atambua itu, "Syukur pencipta kita Yang Maha Mengerti, belum usir kita dari Eden ini.  Atambua Eden adalah tempat kita tinggal.  Maka mari kita tata ulang, kita kembangkan jadi lebih baik, kita perbaiki yang rusak. Jangan kita tambah 'bikin' rusak", kata Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi Waligereja Indonesia itu.

Untuk itu, kelompok yang pertama diajak untuk bangkit adalah kaum muda, kaum milenial.  Kaum muda keuskupan Atambua yang merupakan kelompok terbesar harus bangkit untuk merawat bumi.  

Unit pendidikan Atambua Eden sepatutnya memberi pembekalan plus kepada putra-putri Gereja agar mereka tidak hanya puas karena menyelesaikan pendidikan formal di sekolah, tetapi karena dilatih menjadi lebih berkarakter, berkeutamaan, cerdas, trampil dan cekatan bekerja, kreatif dan produktif dalam hidup, dan terpanggil untuk saling berbagi.

Dalam hal ini kaum muda harus mulai bangkit menjadi petani milenial. "Ya, jadi petani, siapa takut? Para Frater diajak masuk kebun, para seminaris masuk kebun. Orang Muda Katolik  harus menjadi pelopor pertanian milenial. 

Untuk itu Keuskupan Atambua kini telah memiliki Pilot Project percontohan Mix Farming di Peternakan terpadu Pertanian Haliwen yang dikepalai oleh seorang Imam muda bernama Romo Zeferino Afat.  Di sana, kelompok-kelompok petani peternak silahkan belajar terus menerus agar semakin trampil, produktif, berdaya dan makin mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun