Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ART Sosok Penting dalam Urusan Rumah Tangga

21 November 2021   21:59 Diperbarui: 21 November 2021   22:06 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak kami menikah tahun 1998, kami memutuskan untuk  memiliki seorang ART. Mula-mula kami menawarkan kepada anggota keluarga yang ada di kampung. Tapi tidak ada yang bersedia. Setahun kemudian, setelah anak pertama kami lahir, kami mendapatkan seorang ART yang rajin dan cekatan. Ia masih muda, namun enerjik. 

Semua urusan dalam rumah diselesaikannya dengan baik. Mulai dari masak memasak, memandikan bayi dan mengurusnya dengan sangat telaten. Sayang setelah putera kami yang pertama berusia dua tahun, ia meminta ijin untuk pulang kampung dan menikah.

Pada tahun ketiga kami mendapatkan lagi seorang asisten rumah tangga yang baru. Hampir sama dengan ART yang pertama. Ia memiliki waktu lebih lama dengan kami. Kami sekeluarga sangat bersyukur memiliki seorang ART seperti dia. Anak-anak kami sangat senang dengannya. Bahkan ketika ia meminta ijin untuk pulang ke rumah, anak kami yang cewek menangis untuk ikut. Kami pun mengizinkan putri kami ikut, dengan alasan supaya mereka bisa secepatnya kembali sesuai waktu yang ditentukan.

Sampai dengan tahun 2021 ini, kami sudah berganti Asisten Rumah Tangga 5 (lima) orang. Dari lima orang ini, ada yang masih muda, artinya yang belum berkeluarga. Tetapi ada juga yang sudah berkeluarga. Umumnya mereka yang sudah berkeluarga lebih bertahan, karena mereka umumnya punya rumah atau tempat tinggalnya dekat. Sedangkan yang masih muda umumnya memilih cepat pulang ke kampung dengan berbagai alasan, diantaranya mau pergi menjadi TKW. 

Lamanya mereka menjadi asisten rumah tangga bervariasi. Yang paling lama sekarang ini adalah Tanta Vero (51 tahun), sudah hampir  10 tahun. Kami sudah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga kami sendiri.

Dari pengalaman kami bersama ke-lima ART, kami pada akhirnya sampai pada suatu kesimpulan tertentu bagaimana harus memperlakukan seorang ART dalam rumah kita. Berikut ini kami menyampaikan beberapa kiat agar ART tetap betah dengan kita:

Satu, kenali dahulu baik-baik ketika seseorang melamar atau meminta untuk menjadi ART di rumah kita. Kenal itu penting. Sebab tak kenal maka tak sayang. Bukan sekedar kenal namanya saja. Kita juga perlu mengenal lebih jauh tentang keluarganya. Sebab dengan mengetahui latar belakang keluarganya, kita bisa memastikan, ART kita orang baik.

Kedua, Perlakukan dia seperti 'anak sendiri' kalau masih muda; atau 'keluarga sendiri' kalau sudah berkeluarga atau berumur. Dengan memperlakukan dia sebaik-baiknya, ia akan merasa dekat dengan kita. Karena itu, ia tidak mungkin merencanakan sesuatu yang jahat dengan kita. 

Cerita pengalaman seorang teman saya yang pernah ditinggalkan oleh ARTnya pada saat mereka suami istri sedang pergi bekerja sebagai guru di sekolah. ART mereka meninggalkan rumah dan dua orang anak yang masih kecil sendiri. Rumah mereka ditinggalkan tanpa kunci. Untunglah bahwa kedua anaknya tidak kenapa-kenapa dan tidak ada pencuri yang masuk. Ketika mereka pulang mendapati anak-anak sendiri. Sementara ART sudah kabur membawa beberapa 'mainan' anak-anak mereka.

Ketiga, Berikan gaji atau honor sesuai perjanjian dan sesekali beri dia tambahan. Sebagai seorang ART, ia pasti senang karena diperlakukan dengan baik, termasuk memberi tambahan pada gajinya. Bukan soal berapa besarnya, tetapi suatu pemberian dari hati sangat berarti baginya.

Keempat, Kalau ia masih berasal dari satu kota atau kampung terdekat, sempatkanlah untuk sekedar mengunjungi keluarga atau rumahnya. Sebagai seorang ART betapa senangnya ia ketika melihat bahwa kita sangat memperhatikannya. Apalagi kalau kedatangan kita diketahui atau dilihat oleh masyarakat sekitar (maaf ini pengalaman kampung!) hal ini akan menjadi catatan positif yang akan menambah kecintaannya pada kita sebagai 'boss' nya.

Perhatian kita kepada ART kita semata-mata supaya rumah dan keluarga kita aman  dalam perannya. Supaya cerita pengalaman temanku di atas atau kisah-kisah miris lainnya seputar ART yang membunuh atau mencuri barang milik tuannya tidak terjadi pada kita. 

Sebab mau tidak mau, ketika seorang ART masuk dalam keluarga kita, ia memiliki peran yang besar. Dialah yang menyiapkan makanan dan minuman untuk kita. Menjaga anak-anak. Membersihkan rumah. Mencuci pakaian  dan tugas-tugas lainnya.  Artinya di dalam genggaman tangannya, hidup dan mati kita.  

Karena itu, kita tidak boleh berdalih bahwa kita sudah membayarnya mahal. Kita tidak boleh mengeluarkan kata-kata kasar yang menyakiti hatinya. Sebab semua hal negatif itu akan menjadi boomerang bagi kita. Sekali lagi ART kita memiliki peran yang besar dalam rumah tangga kita. Karena itu hanya perhatian dan kasih sayang yang diharapkan dari kita. Mudah-mudahan tips ini membantu kita.

Atambua, 21 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun