Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Imamat Suci

29 September 2021   11:45 Diperbarui: 29 September 2021   12:04 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

                                                                                                                            Dok Pribadi Yubilaris

Hari ini sejumlah Imam dalam Gereja Katolik Roma memperingati Hari Tahbisan suci mereka. Ada yang baru setahun atau seumur jagung. Ada yang lima atau sepuluh tahun. Ada yang merayakan Perak atau 25 tahun imamat. Ada yang telah memasuki usia pancawindu bahkan emas dalam imamat.

Pada hari yang berbahagia ini,patutlah kita melakukan refleksi terhadap panggilan suci ini. Nas Kitab  Suci untuk direfleksikan adalah "Betapa Indahnya Kedatangan Mereka Yang Membawa Khabar Baik" (Rom 10: 15b). Ya betapa indahnya Imamat Suci itu. Sebuah tema refleksi yang bukan saja menarik , tetapi juga mengagumkan. Apalagi bila tema yang suci lagi sakral ini diulas oleh seorang Awam Katolik. Mungkin seperti Elisabet yang karena penuh kagum pada kebesaran Maria dan Bayi yang dikandungnya, spnontan berucap, "Siapakah aku ini", sehingga bisa menulis refleksi tentang imamat suci seorang Imam Tuhan?

Memang, imamat itu suci. Mengapa dikatakan suci? Karena sesuci penciptanya. Imamat itu mengalir dari sebuah kedalaman iman dan hati, yaitu dari inti kehidupan itu sendiri yaitu Tuhan. Imamat itu berhubungan dengan Tuhan untuk membawa dan mengantar manusia kepada Tuhan. Kesucian imamat juga terletak dalam relasinya dengan Ekaristi suci yang dirayakan oleh seorang imam sebagai peristiwa suci yang bertujuan untuk menyucikan manusia berdosa. Maka benar kata Santo Yohanes Maria Vianey, "Imam adalah Jantung Hati Yesus". 

Menurut catatan Thomas P. Rausch, pada abad pertengahan imamat itu terlalu eksklusif terutama dalam kerangka peran imam dalam Perayaan Ekaristi. Imam dipandang sebagai orang suci, karena ia memiliki kekuasaan sakramental sehingga dapat mempersembahkan korban Misa Kudus dan mengkonsekrasikan Ekaristi. Karena itu, Imam disebut "Alter Christus" atau Kristus yang lain. Namun, ada konsep baru imamat sesudah Konsili Vatikan II. Imamat itu terutama dimengerti dalam kerangka pelayanan dan pengabdian. Bukan kekuasaan dan otoritas semata. Imam adalah pemimpin pelayan yang dipanggil untuk pelayanan yang rendah hati menurut teladan pelayanan Sang Guru Ilahi Yesus Kristus.

Apa yang dikemukakan Rausch dan dilatari oleh amanat Kitab Suci dan Konsili Vatikan II itu semakin menegaskan kesucian imamat itu sendiri. Imamat itu suci. Sekali lagi suci bukan karena anggapan, tetapi memang demikian adanya (in se). Tugas yang dilakukan seorang imam itu pun pada hakekatnya suci berupa doa dan merayakan Ekaristi, Pelayanan Sakramen dan Bimbingan Umat. Titik. Doa menjadi nafas hidupnya. Sabda dan Ekaristi menjadi santapan utamanya setiap hari. Pelayanan kepada umat menjadi kesukaannya. Dan phoimenik menjadi dambaan setiap kelompok karena penuh gairah, inovatif, kreatif dan reflektif.

Kalaupun toh seorang imam harus turun ke lapangan misalnya  di sekolah (kampus), di kebun, di sawah atau di kandang, itu semata-mata untuk melengkapi apa yang didoakan dan dirayakan. Umat tidak pernah menuntut supaya imamnya  bekerja di kebun, atau di sawah, atau di kandang, karena semua umat tahu bahwa tugas imamat itu bersentuhan dengan yang Ilahi, yang Suci dan yang Kudus. Yang umat justru harapkan dari imamnya adalah pelayanan penuh kasih tanpa pamrih sebagaimana Sang Guru Kristus yang diikutinya. Tugasnya adalah merayakan Ekaristi untuk umat. Tugas yang lain adalah memberi semangat atau spirit dan motivasi rohani kepada umatnya, dan bukan fisik belaka. Jadi yang menjadi tidak benar adalah ketika umat meminta Misa dari seorang imam ditolak, karena alasan sedang bekerja di kebun, atau di sawah atau di kandang. 

Imam memang berasal dari manusia. Itu tidak bisa disangkal. Namun dengan menerima rahmat tahbisan suci, ia diangkat kepada martabat baru yaitu martabat ilahi. Karena itu martabat keilahian seorang imam tidak mungkin dengan gampang direnggut begitu saja. Semua umat mengakui itu. Bahkan mereka mengharapkan agar dari dalam diri seorang imam terpancar keilahian itu yang terbaca melalui aura kepribadian dan spiritualitas seorang imam. 

Secara sederhana umat beriman memberi nama atau julukan kepada imamnya sebagai manusia kaya makna atau meminjam istilah yang dipakai oleh Iwan Fals, "manusia setengah dewa". Artinya sederhana saja. Kehadiran seorang imam di tengah umat atau kelompok umat selalu menyejukkan. Kehadirannya seperti kehadiran Allah yang membawa shalom dan sukacita bagi umat. Kalau ia berbicara, kata-katanya seperti Kristus sendiri yang berbicara. Sebab terjadi sinkron antara kata-kata yang diucapkan dengan apa yang dilakukannya. Untuk itu Santo Paulus memandang indahnya kaki para utusan yaitu para imam kita sebagai kaki yang suci karena dilandasi oleh imamat itu suci.

Harus diakui bahwa zaman kita sudah semakin transparan dan hyper modern. Ia membawa serta bukan hanya segala kemudahan, tetapi terutama hal-hal yang berpengaruh kurang baik bagi kehidupan iman umat. Diantaranya adalah kurangnya respek umat kepada imam, terutama mereka yang kehidupan kerohaniannya nampak amburadul. Maka janganlah heran bila sering umat kurang 'menghargai' imam seperti itu, karena mungkin saja kerohanian umat jauh lebih dalam dari kehidupan rohani imamnya. Maka imam mesti melakukan refleksi dan introspeksi. 

Dari Santo Yohanes Maria Vianey, Figur Imam dari Ars, teladan para imam, umat dapat belajar mengenai kehidupan seorang imam dan berusaha untuk semakin mencintai mereka yaitu para imam Tuhan.  Menurut Santo dari Ars ini, kita dapat bercermin dari para imam kita, sekurang-kurangnya dari lima (5) hal berikut, yakni:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun