Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Remah-Remah Kehidupan (2)

16 September 2021   07:49 Diperbarui: 16 September 2021   07:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HIDUP ADALAH ANUGERAH

 KISAH

Bertahun-tahun sudah, keluarga Alpino menghayati hidup dan perkawinan mereka sebagai anugerah Tuhan. Mereka jalani hidup ini apa adanya. Tertawa, menangis, jatuh, bangun, susah dan senang datang dan pergi silih berganti. Terkadang mereka rasakan bahwa hidup ini mengalir bagaikan air. Kadang mereka rasakan beratnya hidup ini seperti berton-ton beban yang tak dapat diangkat. Namun mereka jalani hari demi hari, minggu demi minggu, bulan lepas bulan, tahun lepas tahun. Dan tak terasa hampir memasuhi lima puluh tahun sudah bahtera keluarga mereka mengarungi samudera.

Suatu hari Bapak Pino berkata kepada isterinya Barbara, "Bara (demikian biasa disapa), kita makin hari makin bertambah umur. Anak-anak kita makin dewasa dan mandiri. Untunglah bahwa kita punya Tuhan. Kalau tidak mungkin kita sudah mati, atau mungkin cerai". Mendengar kata-kata suaminya itu, Ibu Bara langsung menyambung, "Betul, pak. 

Saya rasakan begitu besar kasih Allah akan keluarga kita. Lihatlah, anak kita lima orang semuanya lahir selamat. Usaha kita biar kecil-kecilan, toh tetap berjalan lancar saja.... ." Belum selesai bicara, Pak Alpino langsung menyambar lagi, "Bu, saya rasa kita harus bersyukur untuk semuanya itu. Tapi bagaimana caranya? Coba kita omong dulu dengan pak Katekis di sebelah rumah kita".

Besok paginya kebetulan hari itu hari libur suami istri ini bertandan ke rumah pak Katekis. Mereka membicarakan bagaimana caranya keluarga Alpino mau bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang mereka peroleh. Pak Alpino bertanya kepada pak Katekis, "Apakah kami mesti menyelenggarakan pesta dengan undangan yang banyak bila mau bersyukur kepada Tuhan?"

Katekis menjawab dengan terlebih dahulu mengutip Mzm 107:1 yang berbunyi: "Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik".  Lebih lanjut pak Katekis berkata: "Bapak Alpino dan ibu Barbara yang baik, segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini, termasuk hidup kita adalah milik Tuhan, tetapi terlebih kita bersyukur karena kemuliaan Tuhan dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus yang dianugerahkan kepada kita. Karena itu, kita harus selalu bersyukur kepadaNya setiap saat. 

Syukur kita tidak perlu harus selalu dengan pesta. Kita dapat bersyukur dengan banyak cara, seperti: hidup baik, membantu sesama yang membutuhkan bantuan kita, berdoa setiap waktu, dan mengikuti perayaan Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan kristiani."

Setelah mendengarkan siraman rohani pagi dari bapak Katekis, pak Pino dan ibu Bara pun kembali ke rumah mereka dengan hati yang gembira sambil memuji Tuhan. Mereka sadar bahwa hidup ini adalah anugerah yang senantiasa harus disyukuri melalui kehidupan setiap hari.  

Pesan Untuk Hidup:

1.    Hidup manusia adalah anugerah Tuhan semata-mata. Anugerah berarti pemberian secara cuma-cuma, gratis, tanpa bayar. Kita     tak perlu keluarkan uang untuk membelinya, karena Tuhan sudah mengatur dan membayar semuanya dengan Darah Putera-Nya sendiri. Maka kita syukuri saja. Jalani hidup ini apa adanya dan berjuanglah terus tanpa kenal lelah.

2.    Kata Santu Paulus: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu" (Gal 6:2), terutama ketika saudaramu menemui jalan buntu bagaimana seharusnya bersyukur kepada Tuhan. Bantulah saudaramu memberikan jalan keluar yang tepat, sebagaimana Tuhan sendiri membantunya.

3.    John Henry Newman (1801-1890) pernah berkata: "Aku dipanggil melakukan sesuatu atau menjadi apa yang bukan panggilan orang lain. Aku punya tempat dalam rencana Allah di dunia, yang tidak dimiliki orang lain. Entah kaya atau miskin, dihina atau dihormati orang, Allah mengenalku dan memanggilku dengan namaku".

Atambua, 16 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun