Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Bapak/Ibu Guru, Kami Rindu Sekolah Kembali!"

30 Agustus 2021   11:37 Diperbarui: 30 Agustus 2021   13:07 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak sekolah mulai dari SD, SMP hingga SMA seolah-olah tak bergairah menatap masa depan. Seakan-akan mereka sudah lupa pada jam sekolah, bunyi lonceng akan mulai maupun pertukaran jam pelajaran. Sebab hampir dua tahun sudah mereka tidak familyar lagi dengan hal-hal tersebut. Mereka sudah lupa mengenakan seragam bahkan hampir tak pernah memegang alat tulis. Selama hampir dua tahun ini, alat tulis sudah diganti dengan Handphone (HP). Ballpoint telah diganti dengan jari jemari mereka. Sedangkan buku atau kertas telah diganti dengan tuts-tuts dan layar hp untuk menulis. 

"Entah sampai kapan, hal ini akan terus terjadi?" Sebuah pertanyaan yang hampir tidak bisa dijawab oleh siapa pun. Bahkan Pak Menteri Pendidikan pun. Sebab siap yang bisa memprediksi, kapan berakhirnya masa pandemi ini? Bahkan melalui berbagai media sosial dan elektronik, kita mendengar pernyataan para pejabat, "Pandemi ini masih panjang"; "Mungkin kita terpaksa harus bersahabat dengan pandemi ini", dan lain-lain pernyataan yang membuat anak-anak semakin bingung.

Saya memperhatikan anak-anak yang setiap hari terpaksa harus bermain-main saja di halaman rumah. Mereka berkejaran seperti kami dulu ketika liburan. Pada hal sekarang sudah akhir bulan Agustus. Seharusnya sudah siap-siap untuk menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS). Tapi apa yang terjadi, sekolah belum dibuka. Kita masih takut dengan pandemi. Kemarin saya dengar seorang Camat mengajukan pertanyaan kepada masyarakatnya. "Kamu pilih saja, mau bodoh atau sakit?" Sebuah pertanyaan bagi saya masih retoris. Sang camat bahkan menjawab sendiri, "Lebih baik bodoh daripada sakit atau mati!"

Anak saya yang kelas V Sekolah Dasar, pada suatu pagi bertanya kepada saya, 

"Bapak, hari ini kami sekolahkah?" 

Saya menjawab, "Masih pandemi nak, jadi kamu belum sekolah!" 

Ia melanjutkan dengan bertanya lagi, "Kalau begitu kapan ya kami bisa sekolah?"

"Tunggu saja nak,  kalau pandemi ini betul-betul sudah hilang, kamu pasti sekolah lagi!"

"Kapan ya, kami sudah rindu untuk sekolah lagi!"

"Mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang" seperti yang disenandungkan Ebiet G. Ade.

Bagi orang dewasa, seperti mereka yang kuliah, belajar mandiri mungkin tidak jadi soal. Tetapi yang menjadi persoalan adalah anak-anak. Bayangkan saja ketika masa normal saja guru mengalami kesulitan untuk membimbing mereka, apalagi mereka harus belajar mandiri. Tambah lagi belajar menggunakan HP. Selain terpengaruh dengan aplikasi dan notifikasi lain dalam HP, tetapi banyak anak tidak memiliki HP. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun