Dalam pekatnya malam
gemelisik patahan ranting usang
bersama luruhnya daun-daun kering
bagaikan alunan nada diatonis hingga pentatonik
lalu membentuk sebuah shimphoni shadu
hingga lelapmu menemukan hamparan lautan mimpi
Akupun membiarkan lelapmu berkelana
mengarungi setiap gelorah kehidupan dalam tidur malammu,
Mencoba membantu mewujudkan
mimpimu agar menemukan fase terindah
karena bagiku terlalu rumit untuk dijelaskan
bahwa semestamu bukanlah hal yang mudah
untuk diselami..
Bagaikan dokumentasi sejarah yang tersimpan rapi dalam sebuah ilusi,
Yang memaksaku untuk mengetahui jejak histori napaktilas kehidupanmu dalam bayang -bayang ilusi
Karena bagiku meraih hayalmu bukanlah hal yang mudah
Seperti dipaksa untuk menyelami dasar palung samudera atlantik
Kucoba untuk sejenak memejamkan netraku
hanya untuk memberi kenyataan dalam hayalku
Agar aku bisa menyelami dalamnya hayalmu,
Begitu besar aku memendam perasaan yang selalu begelayutÂ
Mencoba untuk membebaskan diri dari jerat perasaan yang setiap saat membelengguku
namun ku tak mampuh..
Dirimu mungkin tidak pernah tau
Seberapa hebatnya gejolak jiwaku yang setiap saat menggelitik intuisiku,
Membuat aku tidak nyaman disetiap momen- momen yg kulalui
Berharap engkau bisa memahami walaupun sebatas imajinasi
Hingga akhirnya..
Waktu demi waktu telah kulewati
Jejak jejak tapakku telah tercipta
Dan aku masih berada dilautan hampah
Aku tetap tidak bisa menemukan fase terindah dalam hidupmu,,,
jakarta 3 mei 2020
@m'abstrak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H