Kamu mungkin kerap mendengar bahkan merasakan langsung tentang apa yang namanya shock culture pada perjalanan yang telah dilakoni selama ini. Tidak harus di luar negeri, bahkan kala kita traveling di dalam negeri pun kerap kali kita mendapati beberapa hal yang aneh, unik, dan tidak umum (menurut pribadi kita), baik itu dalam bentuk budaya maupun kebiasaan dari masyarakat setempat. Misalnya saja apabila plesir ke tanah Sunda, sudah mafhum rasanya apabila kita mendapati banyak orang lokal yang tidak bisa melafalkan huruf ‘F’ secara benar, mayoritas mereka melafalkan huruf ini menjadi “EP”.
Contoh lainnya apabila kita berkunjung ke Suku Baduy, kita akan mendapati sebuah aturan adat yang melarang penggunaan sabun, sampo, odol dan amenitis lainnya ketika kita mandi di kawasan Baduy tanpa terkecuali untuk para pelancong juga. Kadang hal-hal yang kita temui tersebut membuat kita merasa disusahkan namun tak jarang juga malah menjadi sesuatu yang berkesan dan menyenangkan untuk di-eksplor lebih dalam.
‘Shock culture’ adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tentang perasaan terkejut yang dirasakan oleh kita ketika kita berada di lingkup kebudayaan yang berlainan dengan budaya yang kita anut. Perasaan ini timbul akibat perbedaan yang ekstrim dengan kebudayaan baru, yang menyebabkan kita terkadang sulit untuk mengenali bahkan membedakan apa yang wajar dan tidak wajar pada tempat baru di mana kita berada pada saat itu.
Dan dalam artikel ini saya ingin berbagi sedikit cerita tentang beberapa shock culture yang saya dapat ketika saya berkesempatan untuk mengunjungi India beberapa waktu lalu.
1. Chai
India merupakan negara penghasil teh peringkat kedua di dunia setelah Tiongkok, maka tak aneh apabila aktivitas minum teh begitu membudaya di negara ini. Teh atau lebih dikenal dengan nama ‘chai’ di negeri terpadat kedua di dunia ini merupakan sebuah minuman wajib bagi tiap warga India. Rasanya tiada hari terlewat tanpa menenggak segelas chai di negeri ini.
Cara meminum teh di India berkiblat kepada mantan penjajahnya yakni Inggris. Penyajiannya bisa dibilang sama dengan ‘english tea’, di mana teh diramu dengan campuran susu dan gula. Bedanya di India ada resep tambahan yang disebut dengan nama masala untuk melengkapi rasa dari teh yang disajikan ini. Masala tersebut adalah campuran dari beberapa jenis rempah-rempah seperti cengkeh, biji pala dan kayu manis.
Di India kita akan mudah sekali menemukan penjual teh di tiap-tiap sudut kotanya, mulai dari yang berbentuk kedai mewah sampai kaki lima pun ada, bahkan saya juga sempat menjumpai penjual teh asongan di dalam sebuah kereta yang saya tumpangi. Rasanya penduduk India tak mengenal tempat dan waktu dalam hal mengkonsumsi teh.
2. Hobi nimbrung
Salah satu hal yang awalnya membuat saya dan mungkin para traveler lainnya merasa cukup risih ketika berada di India adalah kebiasaan masyarakat lokal yang seringkali ‘nimbrung’, terutama apabila sedang ada turis asing yang tengah berbincang ataupun bertanya kepada masyarakat lokal lainnya. Bisa dipastikan orang-orang yang berada di sekitarnya akan mendekati kita dan ikut berkumpul.
Namun tak perlu khawatir kepada mereka semua yang berada di sekeliling kalian, mereka hanya penasaran saja dengan apa yang sedang kita bicarakan. Mereka hanya sekedar ingin mendengar dan melihat kita ‘orang jauh’ yang tengah mengunjungi negaranya. Tak jauh berbeda dengan perlakuan beberapa orang di kawasan Indonesia kepada warge negara asing yang sedang mengunjungi daerahnya.
Selain suka nimbrung, saya amati orang India sering SKSD-nya alias ‘Sok Kenal Sok Dekat’ terutama kepada turis asing. Beberapa kali mereka memanggil saya dengan ungkapan ‘my friend’ bahkan ‘my brother’.
3. Senang Difoto
“Snap me sir!” atau “take a picture of me please” dan beberapa kalimat lainnya akan sering kalian dengar apabila berjalan-jalan di India sambil menenteng kamera. Ya, masyarakat India sangat senang sekali di foto. Gaya andalan mereka adalah pura-pura candid. Ganjilnya mereka tidak meminta foto tersebut untuk menjadi miliknya. Mereka melakukan ini hanya untuk bersenang-senang saja hanya sekedar ingin kita sang turis asing memiliki gambar dari mereka walaupun tidak kenal.
Namun terkadang ada juga yang meminta uang setelah kita memotret dirinya, rata-rata yang melakukan hal ini adalah para bocah dan juga orang-orang tua yang menggunakan pakaian lusuh dan nyentrik. Mereka meminta uang sebagai imbalan karena kita telah memiliki gambar dari mereka. Maka ada baiknya ketika ada seseorang meminta di foto kalian tanyakan dulu apakah harus membayar atau tidak.
4. Khat
Jangan kaget apabila kalian menemukan para pria dewasa dan juga lansia yang tersenyum kepada kalian dengan gigi berwarna merah dengan ceceran cairan merah disekitarnya. Tenang, mereka bukanlah drakula yang baru saja menghisap habis darah korbannya, mereka hanya manusia biasa yang sedang mengkonsumsi ‘khat’.
Hingga saat ini masyarakat India terutama kaum pria dewasa memiliki kebiasaan mengunyah khat. Khat adalah nama dari sebuah daun yang khasiatnya utamanya adalah untuk memperkuat gigi, cara konsumsinya sendiri adalah seperti nginang yang dilakukan oleh para nenek-nenek di Indonesia beberapa puluh tahun lalu. Kemungkinan besar apabila kalian adalah generasi 90-an pernah menyaksikan nenek kalian melakukannya.
Namun ternyata fungsi khat di India bukan hanya tunggal untuk merawat gigi saja, berdasarkan hasil tanya-tanya saya kepada masyarakat lokal di sana fungsi lain dari khat antara lain adalah untuk menggantikan rokok dan juga mendapatkan sensasi “fly” dari daun tersebut, namun bukan mabuk.
5. BABS
Jangan terlalu antusias ketika kalian melihat orang-orang yang sedang berjongkok sambil melambai-lambaikan tangannya kepada kereta yang kalian tumpangi di India, terutama pada pagi hari.
Pengalaman ini saya dapat ketika saya berada di kereta yang akan mengantarkan saya ke Agra, kota di mana Taj Mahal berdiri. Ketika itu pagi hari, saya berdiri di pintu bordes untuk menikmati udara segar India yang dibalut nuansa fajar merekah setelah semalaman suntuk berada di dalam kereta. Suasana begitu indah dan memukau. Sampai akhirnya kereta kami memasuki kawasan Yamuna, satu stasiun sebelum Agra, dari atas kereta saya melihat banyak orang jongkok berjejer di kejauhan sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah kereta, ada sebagian mereka yang berjongkok sambil merokok, ada juga yang sambil berbincang-bincang dengan teman seperjongkokannya.
Awalnya saya membalas lambaian mereka, layaknya Jack yang melambaikan tangan ketika Kapal Titanic akan segera berlabuh dari pelabuhan Liverpool, sampai pada akhirnya ada seorang lokal yang berdiri di dekat saya bertanya kepada saya, “kamu tahu apa yang mereka lakukan? Mereka sedang buang hajat!”. Mendengar ungkapannya saya tertawa sekeras-kerasnya. Miris sebenarnya mendengar dan menyaksikan peristiwa buang air besar sembarangan (BABS) ini secara langsung, namun yang membuat saya tertawa adalah karena saya tak habis pikir mengapa mereka bisa melakukannya dengan cara “berjamaah” dan juga melambaikan tangan kepada orang-orang di kereta.
Peristiwa ini jadi mengingatkan saya atas pernyataan teman perjalanan saya dari Rusia yang mengatakan bahwa di jalanan India kita tidak bisa membedakan mana itu kotoran sapi, monyet, dan manusia.
6. Serba Pakai Tangan Kosong
Sebenarnya yang satu ini tidak begitu mencengangkan. Saya juga pernah mengalaminya saat membeli sego pecel di Yogyakarta. Kala itu si ibu pemilik lapak menyajikan segala lauk-pauk di atas nasi saya dengan tangan kosong.
Nah hal itu juga saya dapati ketika saya traveling di India. Nyaris semua lapak terutama steet food di sini cara penyajiannya adalah menggunakan tangan kosong, walau ada juga yang menggunakan sarung tangan plastik. Namun yang paling ekstrim adalah ketika saya berada di Srinagar, bukan hanya lauknya saja yang disajikan dengan tangan kosong ke atas piring saya, nasinya juga. Namun hal ini tidak terjadi secara menyeluruh, tenang saja di India juga banyak rumah makan yang sangat bersih dan menyajikan makanannya dengan cara yang wajar.
7. Goyang Kepala
Nampaknya yang satu ini sudah sangat familiar bagi kita yang sering menonton film Bollywood di televisi. Dari menonton film-film yang ada kita bisa tahu bahwa orang India memiliki gestur yang cukup intens pada bagian kepalanya. Hampir semua ekspresi mereka tunjukan dengan goyangan kepala mereka.
Walaupun sudah tahu dengan kondisi ini dari jauh hari, namun ternyata hal ini cukup membingungkan juga bagi saya ketika awal-awal berada di India. Kebiasaan gerakan kepala orang di Indonesia masih melekat begitu kental di benak saya. Kejadiannya adalah pada saat saya akan memfotokopi paspor saya, kala itu saya menanyakan kepada staff yang bertugas apakah saya bisa melakukannya di tokonya, pria tersebut hanya menggelengkan kepalanya. Saya bertanya kembali, alih-alih takut si petugas tersebut tidak mengerti dengan bahasa Inggris saya yang berantakan. Dia kembali menggelengkan kepala. Sampai akhirnya kali ketiga saya bertanya pria tersebut berkata :
“Acha Sir, give me your pasport please!” sambil menggelengkan kepala.
Oh ternyata gelengan kepala berarti ya, bertolak belakang dengan di Indonesia yang mengartikan gelengan kepala adalah tidak. Tidak hanya sekedar untuk menyatakan ya dan tidak, bisa dipastikan setiap berbicara orang India akan menggoyangkan kepalanya di tengah dan di akhir kalimat seakan-akan goyangan tersebut adalah penegasan dari apa yang mereka ucapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H