Mohon tunggu...
Yos Asmat Saputra
Yos Asmat Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Announcer

terus menulis, Penyiar Radio, motivator & Mc

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Ada Nikah Dini, yang Ada Zina Dini

28 September 2015   06:24 Diperbarui: 28 September 2015   07:19 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="komunitas yang menyerukan indonesia tolak pacaran (foto:sintanews.com)"][/caption]
Selama ini banyak orangtua yang terjebak dengan istilah pernikahan dini sehingga tidak mau anaknya menikah di usia muda atau usia dini. Alasannya, anaknya masih harus belajar , belum bekerja, belum mapan, usianya masih muda dan lain sebagainya, sehingga melarang anaknnya menikah muda. Tapi anehnya, banyak orangtua yang tidak melarang anaknya berpacaran. Padahal berpacaran adalah gerbang perzinahan karena sering bertemu dan selalu berduaan. Saat berduaan, yang ketiga adalah setan yang bisa menggoda dua insan yang sedang dimabuk cinta untuk melakukan hubungan yang lebih jauh lagi dan akhirnya melakukan zina.

Bahkan ada orang tua yang gusar seandainya anaknya belum memiliki teman dekat dan takut anaknya tidak laku. Sering kali ada anak yang kesal karena orangtuanya selalu menanyakan siapa teman dekatnya, padahal anaknya ingin fokus belajar. Padahal jika anaknya terjemus ke dunia pacaran yang lebih jauh, maka yang akan malu dan menyesal adalah orangtua itu sendiri.

Yang lebih miris lagi, ada seorang ibu saat dilaporkan anaknya yang baru duduk dikelas 6 SD sudah pacaran dan ber-SMS sayang-sayangan dengan temannya yang lain jenis. Apa jawaban ibu itu “biarkan aja biar tambah semangat belajar”. Bisa dibayangkan jika masih sekolah dasar, seorang anak sudah kenal dengan dunia pacaran, akibatnya saat dewasa pacara itu menjadi biasa dan bukan hal yang istimewa. Berduaan dengan lawan jenis sudah biasa dan tidak tabu, padahal mereka masih dibawah umur.

Jika memang orangtua ingin anaknya memiliki pasangan, dan sudah cukup umur serta sudah suka dengan lawn jenisnya, maka sebaiknya nikahkan saja. Seandainya mereka sudah menikah saat usia muda , maka mereka terhindar melakukan zina karena mereka sudah resmi dan sah sebagai pasangan suami istri. Masalah kemapanan bisa di cari setelah mereka menikah dan dibantu sampai mereka mapan. Bahkan mereka masih tetap bisa melanjutkan kuliah sambil berumah tangga. Jadi pernikahan dini itu tidak ada, yang ada perzinahan dini. Dengan membiarkan anak berpacaran maka sudah membiarkan mereka melakukan perzinahan dini.

Lalu bagaimana menghindari anak nikah dini? Bekali anak kita dengan ilmu agama. Beri pemahaman agar menjauhi zina dengan tidak melakukan proses pacaran. Orangtua harus menyakinkan agar anaknya tidak menjalin hubungan yang spesial dengan lawan jenisnya dengan status berpacaran. Beri pengertian pada anak-anak tentang bahaya pacaran dan yang paling penting dekatkan anak pada agama. Dengan berpegang pada agama maka anak akan memiliki benteng untuk tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang sangat bebas.

Jadikan anak sebagai teman, sehingga mereka mau bercerita bagaimana pergaulannya dengan teman-temannya. Jika ada hal yang menyimpang, orang tua dapat dengan cepat mengarahkan ke hal yang baik. Saat ini, tidak sedikit anak dan orang tua yang tidak mengenal satu sama lain. Anak sibuk dengan dunianya dan orangtua sibuk dengan pekerjaannya, sehingga jika ada perubahan pada anaknya mereka tidak mengetahuinya.

Kini kesadaran dari sekelompok pemuda yang ingin terhindar dari perzinaan dengan tidak berpacaran. Mereka membentuk kelompok komunitas yang menolak berpacaran. Bahkan sekarang sudah ada komunitas yang menolak berpacaran. Melalui jejaring sosial, pelopor gerakan #IndonesiaTanpaPacaran mereka menjelaskan bahwa Indonesia sangat rawan "bencana" zina akibat banyaknya remaja pacaran. Lebih parah lagi, pacaran dilakukan di tempat umum tanpa rasa malu pada pelakunya. Kondisi itulah yang mendorong mereka mengajak masyarakat berjuang bersama mewujudkan Indonesia tanpa pacaran.

Gerakan ini mendapat tanggapan beragam dari pengguna jejaring sosial. Ada yang mendukung dan memuji gerakan ini, namun ada pula yang mengatakannya sebagai gerakan yang mengada-ada.
Namun apapun tanggapan di masyarakat, yang paling terpenting adalah anak merupakan permata bagi orang tua yang harus dijaga, jangan sampai rusak agar tetap memiliki nilai yang tinggi. Jangan sampai permata yang indah jatuh pada orang yang tidak tepat sehingga tidak bisa menghargai nilai permata itu. Begitu juga anak kita, jangan sampai jatuh ke tangan orang yang tidak tepat dan disaat yang belum tepat. Semoga kita bisa menjaga permata dan belahan jiwa kita. @Yos

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun