Saat hari raya tiba, seperti hari raya Idul Fitri, mendadak anak-anak banyak mendapatkan uang dari orang tuanya atau saudara- saudaranya. Mereka kebanjiran rezeki karena tradisi yang dari tahun ke tahun sudah seperti menjadi keharusan jika anak kecil mendapatkan amplop yang tentunya berisi uang.
Dan biasanya anak-anak menghabiskan uangnya dengan membeli berbagai mainan yang mereka suka. Saat seperti itu, penjual mainan ikut panen tahunan karena mainan apa pun yang dijual pasti laku dan keuntungan yang diperoleh cukup lumayan.
Namun. Anak -anak sekarang sudah bergeser kesukaannya, tidak lagi mainan yang dibeli tetapi hanphone atau smartphone yang menjadi pilihannya. Bahkan anak-anak memilih smartphone yang fiturnya lengkap. Tidak hanya bisa untuk komunikasi tetapi juga bisa mengakses social media dan games.
Kenapa anak-anak memilih smartphone dibanding mainan? Ternyata mereka lebih suka memainkan game yang berada di dalam aplikasi smart phonenya. Banyak pilihan games terbaru dan mereka dapatkan hanya dengan mendownload di playstore secara gratis.
Tanpa sengaja saya memperhatikan kondisi penjualan mainan dan penjual hanphone di tempat tinggal kami. Di beberapa toko dan penjual mainan di pinggir jalan yang kami jumpai nampak sepi. Hanya beberapa anak saja yang sedang asyik memperhatikan mainan yang dijajakan. Tidak tampak dari mereka membeli mainan yang disuka, mereka masih sibuk memilih dan melihat-lihat mainan yang ada.
Lain halnya di beberapa toko yang menjual handphone, saya memperhatikan beberapa anak usia sekolah dasar yang didampingi orang tuanya membeli hanphone baru. Anak-anak itu memilih handphone yang mereka suka dengan fitur yang lengkap termasuk games serta sosial media. Handphone android menjadi pilihan mereka tanpa memperhatikan Merk. Yang penting smartphone bisa dipakai untuk aplikasi social media dan games.
Sebenarnya ini merupakan tantangan buat orang tua agar lebih waspada untuk memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Karena dengan smartphone yang fiturnya sudah lengkapi dengan internet membuat anak akan menjelajah di dunia maya yang bisa mendapatkan informasi yang tidak layak buat anak-anak. Yang lebih parah., orang tuanya “gaptek” alias gagap teknologi. Anak lebih pintar menggunakan smartphone dibanding orang tuanya. Bagaimana orang tua bisa mengontrol anaknya, mengerti handphone saja tidak.
Jika terpaksa anak memang meminta dibelikan handphone maka sebagai orang tua harus ikut memperhatikan dan mengawasi penggunaan smartphonenya. Batasi waktu-waktu menggunakan hanphone sehingga tidak selalu main hanphone sehingga anak menjadi pribadi yang tertutup dan kurang komunikasi langsung dengan orang tua dan teman-temannya. Jika anak memiliki salah satu jejaring sosial maka orang tuanya harus menjadi pertemanan dan mengetahui apa nama anaknya di media sosial dan apa passwordnya. Sehingga kita bisa mengecek apa yang dilakukan anak kita dengan media sosialnya. Kita juga harus tahu siapa-siapa saja teman anak kita yang ada dibuku teleponnya. Sehingga jika ada sesuatu, kita bisa menghubungi teman anak-anak kita.
Di era saat ini, kita orang tua tidak bisa membatasi anak untuk menggunakan alat komunikasi berupa smartphone. Namun jika kita bisa menjelaskan dengan baik bagaimana penggunaan smartphone yang baik dan dapat mengawasinya sehingga anak –anak kita tidak masuk dalam pergaulan yang salah. Semoga… @yos, Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H