[caption id="attachment_370426" align="aligncenter" width="546" caption="Sumber: KOMPAS/WISNU WIDIANTORO"][/caption]
Sejak di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan, perkembangan kereta api sangat pesat, hal tersebut nampak dari perubahan pelayanan maupun bangunan fisik stasiunnya. Penertiban pedagang dan bangunan liar di sekitar stasiun dan di sisi kiri kanan jalan rel kereta api, yang dilanjutkan dengan penataan stasiun terus dilakukan. Hasilnya kini sudah bisa dinikmati penumpang KA, terutama di Jabodetabek.
Namun ada satu bagunan yang belum mengalami perubahan dan masih nampak kumuh yakni bangunan penjaga pintu perlintasan KA. Hasil jalan-jalan saya menyusuri rel KA, mendapati beberapa bangunan gardu penjaga perlintasan yang kondisinya memprihatinkan dan tidak layak disebut sebagai tempat kerja.
Seperti bangunan penjaga perlintasan KA yang saya kunjungi di sekitar stasiun Angke, tepatnya di pintu PJL 05 Angke. Nampak dari luar kondisi bangunan sangat kumuh dengan perpaduan cat warna abu-abu, biru dan orange yang mulai pudar. Karena penasaran, saya minta ijin kepetugas untuk melihat ke dalam bangunan yang berukuran 2 x 1.5 meter persegi tersebut.
[caption id="attachment_331920" align="aligncenter" width="300" caption="kondisi PJL 05 Angke (foro:yos Asmat)"]
Kondisinya memprihatinkan, daun jendela kropos dan hampir lepas, langit-langit bocor dan jika ada getaran kereta yang melintas lapisan temboknya lepas. Untuk mengurangi udara panas diruangan, para pegawai patungan membeli exhaust fan. Jumlah pegawai ada 4 orang yang dibagi dalam 3 shift dan 1 orang libur dengan jam kerja tiap shiftnya 8 jam.
Saya masuk lebih dalam lagi ke ruang toilet yang berukuran 1 x 2 meter persegi. Kondisinya sangat kotor dan saluran air tersumbat sehingga pembuangan air tidak lancar. Airnya kelihatan jernih tapi rasanya agak asin.
[caption id="attachment_331924" align="aligncenter" width="300" caption="kondisi toilet di pjl 05 angke. (foto: Yos Asmat)"]
Dalam sehari di PJL 05 Angke, KA yang melintas lebih kurang sebanyak 90 perjalanan ka dengan jarak waktu antar KA tidak terlalu lama. Sehingga jika berdinas sendiri dan saat sholat tiba maka pegawai harus pandai mencari waktu yang agak lama. Dan sholatnya di ruang kerja tersebut dengan alas sajadah yang dialasi seadanya.
Kondisi perlengkapan kerja yang sudah lama tidak diganti dan nampak kusam. Prasarana minimal yang harus miliki sebuah gardu perlintasan KA, antara lain; Jadwal Perjalanan Kereta Api, Alat Komunikasi, Traffic Cone, Bendera Merah dan Hijau, Handlamp, Senter, Jam Dinding, Backup Batery, Emergency Lamp, Peralatan Kebersihan, dan Ruangan Memadai.
Disamping itu ada kelengkapan jas hujan yang digunakan saat hujan turun, namun kondisinya juga sudah lusuh, bahkan jika dipakai akan gatal-gatal. Petugas yang saya temui kadang menggunakannya karena terpaksa.
Harapan penjaga pintu KA, dengan dilantiknya Ignasius Jonan sebagai menteri perhubungan maka kondisi gardu perlintasan ikut diperhatikan. Karena keberadaan tugas mereka adalah untuk mengamankan perjalanan kereta api.
Menurut undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian menyatakan tanggung jawab pintu perlintasan adalah pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Selama ini memang ada beberapa bangunan gardu perlintasan ka di Jabodetabek sudah diperbaiki, namun sebagian besar belum. Semoga harapan mereka didengar Jonan...@ yos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H