Mohon tunggu...
YosArianda
YosArianda Mohon Tunggu... Pelaut - Petani

Terlahir dari tangisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Bahasa Suku Timor, Nusa Tenggara Timur

11 Mei 2019   14:19 Diperbarui: 5 Oktober 2021   10:13 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket foto: pakaian Budaya (Amarasi) | Dokpri

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan budaya bahasa Timor sudah tidak asli lagi antara lain adalah sebagai berikut;

  • 1. Kawin-mawin antar suku yang berbeda budaya misalnya suku timor dan suku rote, tentu akan menyebabkan campuran antar bahasa dan dominan dalam satu bahasa tertentu.
    2. Kawin-mawin satu suku tapi berbeda dialegnya ini juga dapat menyebabkan campuran antar bahasa yang menyebabkan adanya dominan diantara salah satu dialeg bahasa.
    3. Adanya arus globalisasi yang membawah perubahan terutama pada anak muda di jaman sekarang yang justru di kampung mereka masing-masing lancar dalam mengucapkan kalimat dalam bahasa daerah lalu setelah merantau atau bekerja di kota-kota besar justru malu dan gengsi dalam berbicara bahasa timor
    4. Adanya pemikiran bahwa tidak ada guna dalam mempelajari bahasa budaya karena tidak ada manfaat dalam karier atau pekerjaan.
    5. Adanya pandangan bahwa lebih baik mempelajari bahasa asing yang menunjang karier di masa depan, ini menyebabkan dominannya bahasa asing dari pada bahasa budaya sendiri.
    6. Disanyangkan karena di dunia pendidikan, bahasa budaya lokal tidak di haruskan atau tidak di wajibkan untuk di pelajari sebagai salah satu bahasa budaya lokal yang harusnya dipertahankan sebagai identitas  kita sendiri.
    7. Mulai berkurangnya tokoh-tokoh asli bahasa budaya yang justru merekalah yang hadir sebagai guru bahasa budaya.

Baca juga :Banu, Hukum Adat Konservasi Lingkungan Hidup Suku Dawan (Timor)

Faktor-faktor inilah yang membuat perubahan pada budaya berbahasa yang  terancam akan punah bila tidak di tangngulangi.
Ini perlu menjadi perhatian dan tanggung jawab kita bersama sebagai penerus budaya.

Akhir kata...

Jangan menjadi terasing di Negri sendiri, kreatiflah dalam mempertahan budaya sendiri terutama budaya berbahasa.

Belajarlah pada orangtua terdahulu karena sebenarnya guru bahasa budaya adalah orang Tua kita sendiri, jangan malu berbicara dalam bahasa budaya karena bahasa kita adalah tanda pengenal budaya kita dan budaya kita adalah jati diri kita

UIS NENO NOKAN KIT(Tuhan memberkati kita)

sekian..

(Jegi Y A Taneo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun