PGI & KWI mengangkat tema Natal 2024: "Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem". Saya membayangkan, tentu akan banyak "tenaga ahli" Indonesia yang akan terlibat. Karena ketika banyak orang ke suatu tempat, tentu akan banyak kendaraan di sana. Dengan begitu, akan perlu banyak "kang parkir" dan "pak ogah", yang mana Indonesia punya stok tenaga ahli dalam hal ini. Jadi selain tenaga ahli kesehatan (karena ada rumah sakit), kontribusi Indonesia ke Palestina juga termasuk tenaga ahli dalam perparkiran dan pengaturan lalu lintas. (oke ini hanya joke, yang setelah saya baca ulang, saya sendiri bingung apa lucunya)
Sebelumnya kita bisa memulai dari pertanyaan: Kenapa Yesus lahir di Bethlehem? Kenapa tidak di Yerusalem sebagai pusat Yahudi pada masa itu, ibukota Kerajaan Israel Bersatu masa Dinasti Daud? Kenapa juga tidak di Roma sekalian, sebagai pusat Kekaisaran Romawi? Kita harus memahami bahwa kelahiran Yesus di Bethlehem sudah dinubuatkan dalam Mikha 5:1-2. Inilah yang disampaikan ahli Taurat kepada Herodes ketika dia kepo di mana Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu (Matius 5:1-12).
Selain alasan nubuatan, kita juga bisa memahami bahwa kelahiran Yesus mengisyaratkan mengenai kelahirannya dari kesederhanaan, sebagaimana nenek moyang-Nya, yaitu Daud, lahir di Bethlehem. Bukan lahir di pusat kekuasaan seperti Yerusalem atau Roma. Bahkan kelahiran-Nya pun di dalam palungan, saking tidak adanya penginapan kosong saat itu untuk mereka menginap.
Ini harus jadi pengingat penting dalam pelaksanaan Natal saat ini, yang justru berlomba-lomba dengan kemewahan. Seringkali ini dibungkus dengan motivasi rohani seperti "memberi yang terbaik untuk Tuhan", yang sebenarnya ingin cari nama, adu siapa yang jadi "EO Natal" paling mantap, dan sebagainya. Motif materialistik ini seringkali jadi kesenjangan krusial ketika mereka yang kurang mampu, yang buat makan sehari-hari saja susah, "dipaksa" untuk ikut keluar uang lebih demi atribut natal dengan alasan rohani di atas. Yang kalau kesulitan pun malah dibilang "wah kurang iman", untuk sesuatu yang tidak esensial. Padahal natal seharusnya jadi momen berbagi untuk merangkul semua kalangan agar tersenyum lebar.
Uniknya perayaan natal sendiri dirayakan seringkali jauh lebih meriah (dan konsumtif) dibandingkan paskah. Meski Natal dan Paskah sama-sama penting, namun ketika merujuk ke Alkitab, justru Paskah adalah momen kunci dalam karya keselamatan. Karena berita kelahiran Yesus hanya diceritakan dalam Matius dan Lukas, sedangkan kebangkitan Yesus dibahas dalam keempat Injil. Karena kelahiran itu adalah hal yang lumrah, semua orang pasti dimulai dari lahir, semua orang pasti mati (kecuali Henokh dan Elia), tapi hanya Yesus yang bangkit dari kematian dan kemudian naik ke Surga.Â
Kembali lagi ke Bethlehem, kita bisa melihat bahwa ada 2 golongan tamu yang hadir dalam kelahiran Yesus, yaitu orang-orang majus dari Timur (Matius 2:1-12) dan gembala-gembala di padang (Lukas 2:8-20). Kedua pihak ini menggambarkan dua golongan, yaitu golongan atas (orang majus, yang biasa juga disebut sebagai raja-raja dari Timur) dan golongan bawah. Kedua kisah yang saling berbeda namun ketika kita hubungkan secara paralel, di mana mereka menemui Yesus yang baru lahir, menyembah-Nya, dan bersukacita serta memuliakan Allah.Â
Momen seperti ini juga sebenarnya juga terjadi ketika Yesus menyembuhkan anak kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan (Matius 9:18-25). Di mana dalam satu perikop, ada 2 kejadian yang terjadi, yang sebenarnya bisa saling terpisah. Namun disatukannya kedua kisah tersebut memberi pesan penting bagaimana seorang laki-laki dan kepala rumah ibadat (golongan atas), dan seorang perempuan yang sakit pendarahan (golongan bawah) bertemu. Yang mana dalam kondisi normal, hampir tidak mungkin kedua golongan ini bertemu secara langsung. Tetapi kehadiran Yesus, membuat itu semua terjadi.
Kesimpulannya, pastikan momen yang terjadi di Bethlehem, di mana kelahiran Yesus merangkul segala golongan, itu juga terjadi dalam segala perayaan natal yang kita adakan. Bukankah perayaan natal merujuk pada kelahiran Yesus?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H