Mohon tunggu...
Yosal Iriantara
Yosal Iriantara Mohon Tunggu... profesional -

Tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

DPR Mau Mencegah Atau Mengatur Wartawan?

17 Februari 2012   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Keluhan soal wartawan-wartawanan yang sering mendatangi berbagai lembaga mulai dari kantor kelurahan, sekolah sampai instansi pemerintah sering terdengar. Mereka ini adalah orang yang menjual profesi kewartawanan demi memperoleh uang. Bukan bekerja sebagai profesional.
DPR punya niat untuk membersihkan lembaga ini dari wartawan-wartawanan. Bukan dari wartawan. Begitu niat awal yang terdengar. Tentu siapa pun akan setuju dcengan upaya yang dilakukan DPR. Sudah terlalu banyak wartawan-wartawanan yang kerjanya memeras atau mendapatkan uang dari sumber beritanya dan tidak pernah menulis berita apa pun.
Namun manakala DPR dalam rancangan tata tertibnya dituliskan, "bagi wartawan yang akan mengajukan kartu peliputan di DPR harus menyerahkan contoh berita tentang DPR kepada Sekretariat Jenderal DPR", tentu akan muncul pertanyaan, kenapa?
Begitu juga tatkala dalam rancangan itu dinyatakan "wartawan dilarang menggunakan handphone saat rapat berlangsung." Padahal handphone adalah perangkat kerja wartawan. Bukan sekedar sarana berkomunikasi.
Apa yang hendak diatur DPR ini justru terjadi saat DPR sedang banyak disorot publik. Berbagai peristiwa menggemaskan dan melukai perasaan rakyat terus berlangsung di DPR. Mulai dari soal kursi sampai korupsi. Tentu publik tahu semua itu berkat kerja wartawan yang melaporkan bukan hanya sekedar proses sidang atau dengar pendapat belaka. Melainkan juga berbagai aspek kegiatan di DPR.
Bila DPR dalam kondisi seperti ini kemudian terkesan hendak mencegah peliputan media, dengan gampang publik pun akan menyimpulkan "apa lagi yang dirahasiakan di gedung wakil rakyat itu?" Pertanyaan berikutnya juga sederhana saja, "katanya wakil rakyat, kok kegiatannya tidak boleh diketahui rakyat?"
Maka kesan mencegah wartawan pun tidak bisa dihindari lagi muncul dari gedung parlemen. Kalau yang dicegah itu wartawan abal-abal, siapa pun tentu sepakat. karena wartawan abal[-abal itulah yang sesungguhnya merusak kebebasan pers. Namun kalau wartawan bermedia, tentu akan menjaga kebebasan pers. Kebebasan yang rupanya nmencoba dibatasi di DPR dengan bertamengkan mengatur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun