minggu lalu, hampir setiap hari saya sempatkan waktu ke perpustakaan pusat kampus. dengan satu tujuan yaitu membaca ulang “neraka stalingrad” sebuah buku kumpulan surat-surat prajurit Nazi untuk isteri-isteri mereka yang terjebak antara hidup dan mati di kota stalin, Rusia. walaupun pada akhirnya saya lebih tertarik membaca perang Eropa nya P.K Ojong.
akhir-akhir ini memang saya lebh tertarik sejarah. bosan dengan pergumulan ideologi yang tak mengubah apapun. hanya mengayakan dan mengenakan di pikiran. tak punya tempat di alam realitas. jenuh pada ketidakpastian statistik politik yang seperti kembang api, padahal harapanku pada hingar bingar politik lebih cocok pada suar S.O.S yang sangat menolong untuk sebuah penghidupan.
pelesir di tempat seperti itu sangat nyaman. setidaknya sendiri berada di sebuah ruang berdebu dengan dominasi buku tua dan buku baru sebagai minoritas adalah sebuah terapi mingguan pada banyak kekecewaan diatas,menurutku. kebetulan ruang koleksi cadangan lantai 3 perpustakaan in sangat lengang. apalagi saat itu adalah libur semester.
bukanya seorang obsesif kadang saya selalu mengimpikan seperti Anton pada cintaku di kampus biru nya Ashadi Siregar. bertemu dengan perempuan spesial di perpustakaan setelah berdebat ketus perihal asumsi psikologi ataupun life style metropolis versus pola anti kemapanan. atau malah berdebat panjang tentang mana penting diagram cartesius atau teori break event point yang dipakai untuk konsep logistik rumah tangga sebuah keluarga nanti.
walaupun pilihan praktis untuk masa depan adalah pada gadget-gadget teknologi yang lebih aplikatif. persetan dengan konsep baku yang ideal. kalaupun gadget-gadget teknologi sekarang yang ada bisa diaur ulang kembali. sedikit orang mungkin akan menginginkan mereka menjadi bahan baku panser.
Guderian seorang jenderal andalan Hitler pada perang dunia II lah penemu panser sebaga instrumen mujarab dalam menginvasi sebuah teritori. walaupun seantero eropa mencemoohnya pada tindakanya itu. tapi kemudian toh terbukti seluruh eropa gugup pada keberingasan jerman. inilah bukti kepercayaan masih punya tempat pada ketidakpastian. Hitler telah membuktikan ini.
Ada adagium pesta pun pasti akan berakhir. apalagi perang ini bukanlah pesta. jenderal andalan Hitler yang lain bernama goebbels bergumam bahwa “siapa yang berani bicara pertama, ia akan menguasai dunia”. perang eropa (perang dunia II) berakhir tidak mengenakan untuk jerman. untunglah bangsa Aria in sudah berani bicara pertama. meski berakhir pecundang. tragis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H