Kepindahan Evan Dimas dan Ilhamudin Armayn ke klub Liga Super Malaysia, Selangor FA baru-baru ini menjadi perbincangan hangat publik sepakbola baik di Indonesia maupun Malaysia. Terlebih, soal pernyataan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi bahwa Evan dan Ilham terkesan tidak patriotik dan alasan kepindahan mereka adalah perihal materi semata. Menurutnya, wajar bila pemain ingin bermain diluar negeri, khususnya Malaysia. Beliau menyebutkan bahwa di liga Indonesia pemain lokal dengan kualitas baik hanya akan digaji 750-800 juta rupiah per tahun. Sedangkan di liga Malaysia, mereka akan digaji hingga 3M per tahun.
Lalu, saat diwawancara oleh TV ONE beberapa waktu lalu, Edy menyampaikan bahwa event besar menanti Timnas Indonesia tahun depan sehingga seharusnya pemain tetap berada di Indonesia agar bisa dipantau oleh pelatih Tim Nasional. Edy juga berujar, bila dirinya akan memperbolehkan pemain Indonesia bermain diluar negeri apabila bermain di Spanyol dan Belanda, namun tidak dengan Malaysia. Edy berpendapat bahwa tidak ada pemain Indonesia yang menjadi lebih baik selepas bermain di Malaysia. Apa benar?
Beberapa pernyataan Ketum PSSI tadi seakan membuat penulis ingin sekali mengomentari hal yang nyatanya bertolak belakang dengan apa yang beliau katakan, sebagai berikut:
- Format dan Regulasi Liga- Wajar bila pemain muda ingin bermain di luar negeri, dalam kasus ini liga Malaysia. Terlebih bila melihat kualitas liga yang lebih terstruktur dan terjadwal. Bagaimana tidak, bila dibandingkan dengan Liga Gojek Traveloka kemarin, Liga Super Malaysia jelas lebih terstruktur baik secara regulasi dan format liga. Dengan regulasi dan format yang jelas, kompetisi jelas akan lebih sehat dan terorganisir.
- Self-Confidence - Bila benar apa yang dikatakan oleh Edy soal Evan dan Ilham yang bisa digaji hingga 3M per tahun, sudah jelas bahwa talenta mereka lebih dihargai di negeri orang. Selain itu, dengan banderol mahal, maka secara tak langsung mereka dianggap sebagai pemain berstatus bintang, pemain yang bisa mengangkat kualitas tim. Rasanya, dengan begitu bukan hanya pengalaman yang didapat oleh Evan dan Ilham, tetapi juga kepercayaan diri bahwa mereka adalah pemain yang dianggap mampu meningkatkan kualitas tim Selangor FA. Kepercayaan diri tadi juga tentunya akan berimbas pada permainan mereka di Tim Nasional nantinya.
- FIFA International Day - Jika kalender Timnas seperti Asian Games nanti menjadi alasan Evan dan Ilham untuk tidak bermain di luar negeri, rasanya justru kita yang terlalu egois untuk menghambat potensi mereka untuk berkembang. Faktanya, ajang sebesar Asian Games merupakan pertandingan yang masuk dalam kalender FIFA. Dan klub tentunya tidak mungkin menahan pemainnya untuk tidak membela Tim Nasional.
- Berkaca pada Bambang Pamungkas dan Ellie Aiboy - Bila Edy mengatakan bahwa tidak ada pemain yang menjadi lebih baik setelah bermain di Malaysia, saya pikir beliau harus meluangkan waktunya untuk mencari informasi seputar Bambang Pamungkas dan Ellie Aiboy. Bagaimana kiprah  Bepe dan Ellie di Malaysia sudah benar-benar menjadi simbol perjuangan Indonesia di Malaysia. Dua musim berseragam Selangor bersama Ellie, Bepe mengemas 42 gol dan meraih juara Liga Premier Malaysia, Malaysia Super League, hingga Malaysia Cup. Dan, apakah Bambang dan Ellie tidak menjadi lebih baik setelah kembali dari Malaysia? Di musim-musim berikutnya selepas meninggalkan Selangor, Bepe mengemas 78 gol Bersama Persija, menjadi kapten Tim Nasional, serta memegang rekor caps dan gol terbanyak untuk Timnas Indonesia. Faktanya, bila Edy menganggap liga Malaysia tidak sebagus itu, apa yang mendorong Edy menaturalisasi Illija Spasojevic yang jelas-jelas hanya bermain di kasta kedua Liga Malaysia? Sudah jelas, kualitas! Kesimpulannya, dimanapun pemain tersebut bermain, bila punya kualitas, mereka tetap akan bermain baik.
Singkat kata, sebaiknya kita tidak menahan pemain muda untuk mencari pengalaman dan mengembangkan bakat mereka. Dimanapun mereka berada, bila diminta bergabung oleh Tim Nasional, mereka akan dengan senang hati datang dan bermain untuk negaranya. Kemanapun mereka pergi, selalu ada waktu untuk berjalan pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H