Siapa pecinta sepakbola nasional yang tak kenal Persib Bandung, Sriwijaya FC, Arema, atau Semen Padang? Tim-tim dengan nama besar dan sejarah di liga Indonesia yang kini justru terpuruk di papan tengah klasemen Gojek Traveloka Liga 1 hingga pekan ke-32. Khusus untuk nama terakhir, bahkan harus mati-matian kabur dari zona degradasi.
Persib dengan pemain mahal dan nama mentereng sekelas Michael Essien yang diboyong dengan biaya hampir 10 Miliar rupiah nyatanya tak mampu berbicara banyak di kompetisi kali ini dengan hanya lebih sering meraih hasil imbang. Atau Arema dan Sriwijaya yang bermaterikan pemain-pemain senior yang sudah malang-melintang di persepakbolaan Indonesia yang justru nampak tak terlalu diperhitungkan musim ini.
Tahun ini seakan menjadi angin segar bagi tim-tim seperti Bali United, Bhayangkara FC, atau Madura United. Khusus untuk Bali United, dengan manajemen yang apik dan finansial yang kuat, jelas menjadi keunggulan mereka sejak liga bergulir. Terbukti dengan pencapaian mereka di klasemen Liga 1 pada pekan ke-32 Â dimana mereka mampu berada di puncak klasemen meskipun pada akhirnya disalip Bhayangkara FC di akhir kompetisi.
Bali, dengan keunggulannya tadi, berhasil menarik minat pemain-pemain lokal dengan nama besar seperti M. Taufiq, Irfan Bachdim, dan Stefano Lillipaly. Ditambah dengan amunisi muda seperti Yabes Roni, Miftahul Hamdi, dan Ricky Fajrin. Gede Sukadana, Made Wardana, Agus Nova dan Ngurah Nanak sebagai pemain asli Bali yang diboyong ke Stadion Kapten I Wayan Dipta.Â
Ditambah pemain asing berkualitas, Ahn Byung Keon, Nick Van der Velden, Marcos Flores dan Sylvano Comvalius. Untuk nama terakhir jelas menjadi perbicangan hangat publik sepakbola tanah air setelah Sylvano mampu menjadi topskorer sementara dengan 35 gol, melewati rekor gol liga Indonesia yang dipegang Peri Sandria dengan 34 gol. Dengan materi yang sudah disebutkan tadi, sudah jelas bagaimana ambisi manajemen Bali United untuk dapat berprestasi di Liga 1 kali ini.
Sempat terseok di awal musim saat kursi kepelatihan dijabat oleh Hans Peter Schaller, manajemen langsung bergerak cepat dengan mendatangkan pelatih muda yang juga mantan striker andalan Tim Nasional Indonesia, Widodo C. Putro. Hasilnya? Tak usah ditanya, biar klasemen yang berbicara. Kedatangan Widodo benar-benar mengubah skema dan gaya bermain Bali United menjadi cepat dan atraktif. Irfan, Stefano, Nick VdV, dan Sylvano pun membuat publik sepakbola Bali jatuh hati.Â
Julukan "The Dutch Connection" disematkan untuk kuartet keturunan Belanda ini. Keempat pemain ini seakan menyihir pertahanan lawan dengan umpan-umpan kombinasi yang sulit diantisipasi. M. Taufiq yang diawal musim lebih banyak duduk di bangku cadangan pun diberi kepercayaan lebih oleh Widodo. Efeknya brilian! Bersama sang kapten Fadhil Sausu dan Marcos Flores, Taufiq menjadi mesin penggerak di lini tengah Bali United.
Widodo dianggap mampu membangkitkan mental para pemainnya serta mampu memotivasi pemain-pemain muda Bali United. Terbukti dengan performa apik Ricky Fajrin, Made Andhika Wijaya, dan Yabes Roni, dan Miftahul Hamdi. Jika fit dan siap bertanding, Gentong, sapaan Ricky, pasti menjadi pilihan utama di sektor kiri pertahanan.Â
Made Andhika yang juga merupakan anak kandung dari Asisten Pelatih Bali United, Made Pasek Wijaya, adalah produk Bali United U-21 menjadi pemain muda yang paling bersinar di Liga 1 kali ini. Permainan lugas dan disiplin dari Andhika mampu menyingkirkan nama besar seperti Hasim Kipuw di posisi kanan pertahanan Bali United. Sedangkan Yabes Roni dan Miftahul Hamdi yang lebih sering masuk dari bangku cadangan juga selalu memberikan performa memuaskan tiap kali dipercaya tampil di babak kedua.
Mendulang Prestasi dan Mengambil Hati
Manajemen Bali United, khususnya Yabes Tanuri sebagai pemilik klub jelas tak main-main menghadapi Liga 1 tahun ini. Targetnya jelas, menjadi klub papan atas di Indonesia. Tak hanya finansial dan pemain, Bali United juga serius dalam hal mendekatkan diri dengan supporter melalui media sosial seperti Instagram.