Mohon tunggu...
Yosafat Bayu Kuspradiyanto
Yosafat Bayu Kuspradiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student

believe in yourself and you'll be unstoppable

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misinformasi Berita, Bukti Rendahnya Disiplin Verifikasi pada Media Online

17 Oktober 2022   09:52 Diperbarui: 17 Oktober 2022   10:14 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari buku Noronha, Richard L. Johannsen menyatakan bahwa kode etik memiliki tiga fungsi. Fungsi pertama yaitu sebagai fungsi kemanfaatan di mana kode etik akan membantu anggota untuk memahami cara yang relevan agar dapat melakukan pekerjaannya secara profesional. 

Fungsi selanjutnya, sebagai fungsi argumentatif. Fungsi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perdebatan publik apabila terjadi kesimpangsiuran pemahaman perilaku etis dalam sebuah profesi. 

Terakhir, sebagai fungsi penggambaran karakter di mana kode etik bertujuan untuk membentuk sosok ideal profesi tersebut bagi masyarakat luas.

Pada Pasal 3 KEJ disebutkan bahwa, "wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah". Berkaca dari pasal ini, makin rendahnya kesadaran jurnalis online untuk melakukan verifikasi, dapat menjadi indikator yang kurang baik terhadap kualitas jurnalis online. 

Secara jelas telah disampaikan dalam KEJ bahwa menguji informasi adalah salah satu sikap yang harus dipenuhi oleh jurnalis dalam menjalankan profesinya. Sehingga noktah hitam fenomena ini mampu disimpulkan sebagai menurunnya fungsi kemanfaatan seorang jurnalis dalam menjalankan profesinya.

Verifikasi, Jantung Berita

Fenomena ini tentu menjadi pekerjaan rumah bersama antara Dewan Pers, pelaku jurnalisme online, dan juga masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap dinamika jurnalisme online di Indonesia. Sebagai masyarakat, tentu kita tidak ingin apabila setiap hari hanya disuguhi berita yang jauh dari kata akurat dan tidak dapat diketahui kebenarannya. 

Suatu berita tak boleh hanya berhenti di permukaan saja namun perlu didalami kembali keabsahannya dengan lebih teliti. Berita yang akurat hanya dapat dihasilkan dengan mengedepankan proses verifikasi. 

Analogi yang tepat untuk menjelaskan cara kerja jurnalis yaitu apabila jurnalis diberi tahu kalau di luar hujan, jurnalis tidak boleh langsung mengutip mereka, karena tugas jurnalis adalah keluar dan melihat, apakah benar hujan, mendung, gerimis, atau bagaimana? Hal ini harus dilakukan karena verifikasi adalah jantung dari berita. 

Tentu harapannya dengan adanya kasus pelanggaran yang terjadi di suatu media bukan menjadi ajang untuk saling menyalahkan satu sama lain. Hal terpenting dalam memaknai fenomena ini adalah agar seluruh pelaku jurnalisme online mampu saling belajar dan terus memperbaiki diri untuk mempertahankan kepercayaan publik. Hanya dengan disiplin verifikasi, citra jurnalisme online dapat terselamatkan dan tak lagi hanya menuruti keinginan untuk cepat saja tanpa verifikasi yang tepat. 

Sumber Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun