Mohon tunggu...
Yosafat Bayu Kuspradiyanto
Yosafat Bayu Kuspradiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student

believe in yourself and you'll be unstoppable

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seberapa Gaul Anda?

2 November 2021   17:30 Diperbarui: 2 November 2021   18:40 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkembangan Bahasa Slang Dari Masa ke Masa (source: SuryaMalang.com)

"Wih, gokil banget, bokap lu plokis ya?"

"Cuma bokis, biar nyokap doski nggak marah." 

Bagi kaum milenial, pasti akan mengalami kebingungan ketika mendengar percakapan di atas. Namun, bagi anak gaul era 70-an, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah yang muncul dalam percakapan tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa sejak dahulu bahasa gaul sudah mulai digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bagaimana perjalanan  bahasa gaul ini dari dulu sampai sekarang? Mari kita ulik bersama.

Asal Usul Bahasa Slang

Bahasa slang atau bahasa gaul mulai muncul di era 70-an. Bahasa gaul ini lebih dikenal dengan istilahi bahasa prokem yang awalnya banyak berkembang di kalangan preman. Penggunaan bahasa prokem ini rasanya menarik minat remaja kala itu untuk juga menggunakannya sebagai bahasa percakapan sehari-hari. 

Bahasa prokem diinisiasi dari kata dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa dialek Betawi. Kata tersebut kemudian diambil salah satu fonemnya dan disisipi dengan kata -ok-. Sebagai contoh adalah istilah "bokap" yang diambil dari fonem depan kata bapak (bap) dan diberi sisipan -ok- didepan huruf vokal, sehingga membentuk kata bokap. 

"Berasa keren aja, sih. Banyak istilah yang asing bagi beberapa orang, kalo kita ngerti artinya udah berasa kayak detektif yang lagi ngomongin rahasia negara," ungkap Winda (41 tahun) yang menuturkan pengalamannya saat remaja ketika menggunakan bahasa prokem.

Merujuk dari penjelasan Kridalaksana (2008), memang pada awalnya bahasa prokem ini digunakan sebagai kata sandi rahasia di kalangan preman untuk menjalin komunikasi. Perkembangan bahasa prokem ini juga dibumbui dengan kreativitas para remaja yang cenderung menggunakan pemilihan diksi tak baku dalam percakapan sehari-hari. 

Perbedaan Generasi Kerap Menimbulkan Kebingunan Dalam Komunikasi (source: Hubgets)
Perbedaan Generasi Kerap Menimbulkan Kebingunan Dalam Komunikasi (source: Hubgets)
Bahasa Slang Sebagai Identitas Kronik

Seiring dengan berkembangnya zaman, bahasa slang juga mengalami banyak perubahan. Mulai muncul istilah-istilah baru seperti bucin, kamseupay, mager, sabi, yang digunakan para remaja saat ini. 

"Kadang bingung juga mengikuti perkembangan tren bahasa saat ini. Apalagi kalau dengar anak saya ngobrol dengan teman-temannya, wah saya angkat tangan, pusing," ungkap Daru (52 tahun) yang mempunyai anak perempuan berusia 17 tahun ini.

Bila ditelisik lebih lanjut, memang pemilihan diksi kata dari seseorang mampu mencerminkan era dimana ia bertumbuh. Seperti kasus Pak Daru yang kesulitan memahami percakapan anaknya, hal itu menunjukkan kalau Pak Daru memang bukan termasuk generasi milenial ataupun generasi Z. Generasi Z yang cenderung menggunakan kata tak baku dan dicampur dengan istilah asing, akan memunculkan istilah-istilah baru sebagai identitas generasinya. 

Begitu pula dengan Pak Daru yang mengaku pernah menggunakan bahasa prokem, pasti juga akan kesulitan bila menggunakan istilah di bahasa prokem untuk berkomunikasi dengan anaknya. Realitas tersebut seperti ingin menunjukkan bahwa bahasa juga menunjukkan identitas era tumbuh seseorang sesuai dengan lingkungan pergaulannya.

Hal tersebut akan sangat menarik apabila dipahami secara lebih mendalam. Menurut pengalaman saya, ketika seseorang dari era yang berbeda berusaha memakai istilah dari era tertentu untuk menjalin komunikasi, hal ini akan menimbulkan dua pandangan yang berbeda. Ada orang yang merasa terkesan karena mereka berusaha menjalin keakraban dengan menggunakan bahasa pada eranya. 

Atau malah ada yang beranggapan bahwa orang tersebut "sok asik" atau tidak pantas untuk menggunakan istilah dari era tertentu. Fenomena ini semakin meyakinkan bahwa penggunaan dan pemilihan diksi dapat menjadi penanda identitas waktu dari seseorang.

Bahasa Slang Dahulu vs Bahasa Slang Sekarang

Meskipun penggunaan bahasa slang masih tetap tubuh subur hingga saat ini, namun tak semuanya masih tetap bertahan hingga sekarang. Pakem bahasa prokem sebagai asal mula bahasa slang sudah banyak tergantikan dengan istilah asing yang dianggap lebih keren. 

"Mungkin yang masih sering terdengar sampai sekarang ya sebatas bokap, nyokap, bokis, bokek. Selain itu sudah jarang digunakan," kata Winda.

Masih digunakannya kata-kata tersebut, bahkan beberapa ada yang masuk dalam KBBI, seperti ingin menunjukkan penghormatan bagi budaya yang berkembang pada era 70-an. Penggunaan secara turun temurun juga menjadi alasan bahasa gaul tersebut masih dipakai hingga saat ini. Selain itu, masih adanya relevansi antara makna dan pemakaian istilah di masyarakat menjadikan istilah tersebut ikonik dan menarik untuk tetap digunakan.

Sangat menarik memahami bentuk-bentuk bahasa verbal yang muncul dalam ragam bahasa slang. Meskipun berbeda era, namun masih ada pula bahasa slang era dahulu yang tetap eksis sampai saat ini di tengah bermunculannya bahasa-bahasa slang baru. Menurut saya, bahasa slang adalah salah satu bentuk ekspresi remaja pada era tertentu. 

Seperti yang diungkapkan oleh Samovar (2017) bahwa yang perlu diingat dalam bahasa gaul adalah sifatnya yang berubah-ubah. Hal tersebut dikarenakan esensi dari kata slang sendiri sebagai bahasa verbal non-formal yang hanya bertahan dalam rentang waktu tertentu. Bagaimana mereka merangkumnya dalam suatu ragam bahasa patut diapresiasi sebagai bagian dari identitas kronik suatu budaya.   

Jadi, seberapa gaulkah Anda?

Penulis: Yosafat Bayu Kuspradiyanto

Daftar Pustaka:

Krisdalaksana, H. (2008). Kamus linguistik edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia.

Samovar, L.A. (2017). Communication between cultures. Boston, USA: Cengage Learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun