Mohon tunggu...
Yosafat Bening
Yosafat Bening Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Corona dan Pentingnya Peran Orangtua di Rumah

30 April 2021   03:37 Diperbarui: 30 April 2021   03:59 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merebaknya wabah Covid–19 di tanah air tampaknya berakibat luas terhadap kegiatan warga di bermacam bidang. Roda perekonomian ditentukan lumpuh bersamaan diberlakukannya pembatasan mobilitas masyarakat dalam skala yang lebih luas.
Mereka yang bekerja satu hari– hari bagaikan pegawai maupun orang dagang wajib rela buat senantiasa terletak di rumah hingga waktu yang belum dapat didetetapkan. Kebijakan tersebut terpaksa dikeluarkan mengingat jumlah masyarakat yang terkena virus mematikan tersebut terus menjadi hari makin meningkat banyak. Harapannya, dengan menghalangi kegiatan masyarakat secara tegas, kemampuan penularan virus juga bisa ditekan secara signifikan.
Demikian halnya dengan bidang pembelajaran, pemerintah memutuskan buat menghentikan aktivitas belajar secara tatap muka di sekolah– sekolah hingga batasan waktu yang belum dapat didetetapkan. Tidak cuma itu, bermacam jadwal berarti tahunan semacam Tes Nasional( UN) juga kesimpulannya ditiadakan.
Ada pula buat mengantarkan modul pelajaran, aktivitas pendidikan jarak jauh diberlakukan walaupun dengan konten yang sangat terbatas. Buat itu, pemanfaatan teknologi data buat keperluan pendidikan dikala ini jadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar– tawar lagi.

Kebijakan pemerintah yang sudah merumahkan para guru pada kesimpulannya memunculkan konsekuensi yang tidak simpel. Di tengah keterbatasan pendidikan yang dicoba secara daring, orangtua dikala ini mempunyai tanggungjawab yang lebih besar daripada tadinya dalam perihal pembelajaran anak. Bapak serta bunda dituntut buat berfungsi bagaikan orangtua seutuhnya dalam makna bukan cuma berkewajiban buat penuhi kebutuhan anak dalam perihal papan, sandang serta pangan saja.
Lebih dari itu, berupaya buat membagikan bekal berbentuk pengetahuan serta keahlian supaya anak sanggup hidup mandiri kala berusia nanti nampaknya jadi perihal yang tidak terhindarkan, paling tidak buat sebagian bulan ke depan. Tidak hanya itu menanamkan nilai– nilai kepribadian lewat pembiasaan aktivitas ibadah yang bertabiat harus maupun sunnah butuh dicoba orangtua sepanjang“ liburan” panjang tersebut.
Bercermin pada pengalaman 2 minggu tadinya dimana pemerintah memutuskan menghentikan aktivitas belajar tatap muka buat awal kalinya, begitu banyak cerita yang di informasikan oleh para oangtua kala mereka wajib membimbing anaknya belajar di rumah. Sebagian orangtua merasa“ tersiksa” dengan kegiatan membimbing anak– anaknya dalam mengerjakan tugas– tugas yang diberikan oleh gurunya.
Aktivitas pendidikan yang dilaksanakan secara daring tampaknya tidak lebih gampang dibanding dengan pendidikan secara tatap muka. Orangtua dituntut buat sanggup berfungsi bagaikan guru untuk anak– anak mereka, serta perihal tersebut bukanlah gampang. Orangtua wajib belajar kembali tentang modul pelajaran yang tengah dipelajari oleh anak. Perihal ini pastinya jadi tantangan yang tidak hendak gampang buat dilalui mengingat modul pelajaran dikala ini jauh berbeda dengan apa yang dipelajari oleh para orangtua kita dulu.

Untuk orangtua dengan latar balik pembelajaran yang mencukupi dan didukung dengan sarana ataupun fasilitas yang lengkap, mendampingi anak buat belajar di rumah bisa jadi tidak hendak sangat berat. Yang dibutuhkan merupakan kesediaan serta kesabaran buat senantiasa terletak di samping anak- anaknya. Lain halnya dengan orangtua yang tingkatan pendidikannya kurang mencukupi, jadi guru untuk anak– anak mereka tidaklah masalah gampang. Tidak hanya itu keterbatasan akses data pula jadi hambatan tertentu untuk sebagian orangtua dalam membimbing anak– anaknya.
Beratnya tantangan dalam mendidik anak sendiri di rumah pada kesimpulannya membuat sebagian orangtua bereaksi terhadap kebijakan sekolah yang membagikan tugas sangat banyak kepada anak– anak mereka. Sebagian apalagi melapor kepada pihak Komisi Proteksi Anak Indonesia( KPAI) sebab anak dan orangtua hadapi stress dengan banyaknya tugas yang wajib dituntaskan. Sementara itu, kita seluruh menguasai kalau guru memanglah dituntut supaya siswa sanggup menggapai tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam kurikulum.
Keluhan yang di informasikan oleh sebagian orangtua itu juga pada kesimpulannya disikapi oleh pemerintah dengan menghasilkan kebijakan yang berbeda dari tadinya. Buat“ liburan” selanjutnya, anak tidak lagi dibebani dengan tugas– tugas yang bertabiat akademik serta kognitif, melainkan tugas yang lebih menekankan pada kecakapan hidup dan penanaman nilai– nilai kepribadian.
Menolong tugas orangtua, membuat keahlian dari bahan yang terdapat, belajar bercocok tanam dan aktivitas produktif yang lain ialah tugas sekolah yang wajib dikerjakan oleh anak. Tidak hanya itu melakukan shalat harus serta sunnah dan menyetorkan hafalan Qur’ an pula jadi kegiatan keseharian anak yang hendak dijadikan bagaikan bahan evaluasi oleh guru. Harapannya, dengan terdapatnya tugas– tugas semacam ini, apa yang dicoba oleh anak dikala terletak di rumah hendak jauh lebih bermakna serta tidak jadi beban untuk oangtua.

Terlepas dari hiruk pikuk keadaan dikala ini, satu perihal yang bisa dijadikan pelajaran merupakan kalau Covid- 19 sudah mengarahkan kita tentang gimana jadi orangtua seutuhnya. Libur panjang sebagaimana kita lakukan dikala ini telah semestinya dimanfaatkan oleh para orangtua buat membangun ikatan emosional yang lebih baik dengan anak.
Ini ialah peluang emas dimana sebagian orangtua kita umumnya tengah padat jadwal bekerja tiap harinya sehingga cuma mempunyai sedikit waktu buat berhubungan dengan keluarga yang pada kesimpulannya tidak menguasai bermacam kasus yang dialami oleh anak. Tidak hanya itu Covid- 19 pula jadi tantangan tertentu untuk menguji sepanjang mana keahlian seseorang nakhoda( bapak) dalam mengatur bahtera di tengah ganasnya badai lautan.
Mampukah dia membawakan segala penumpangnya ke tempat tujuan dengan selamat ataukah kebalikanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun