Panggilan serupa berlaku bagi karyawan atau pegawai di lembaga pemerintah, sopir, guru, polisi, tentara, petani, tukang becak, presiden, anggota DPR, admin kompasiana, dan seterusnya. Mereka dipanggil oleh lembaga tempatnya bekerja dengan segala ketentuannya. Juga oleh pengguna hasil kerjanya dengan segala ketentuannya.
Singkatnya, lembaga dan pengguna hasil kerja itulah "tuan" para pekerja itu selain hidup mereka sendiri. Mereka bekerja untuk memenuhi kepentingan tuannya sebaik-baiknya, bukan sekedar mencari uang, gaji, tunjangan.
Efek Balik
Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka para pekerja tadi (karyawan, guru, polisi, sopir, dst.) sudah berada pada posisi yang benar. Melayani kepentingan para tuannya dengan kualitas prima. Efeknya ialah, langsung atau tidak, kepentingan diri pekerja akan terpenuhi juga. Mungkin saja dipromosi, diberi kepercayaan lebih besar, dan sangat mungkin diberi gaji yang lebih besar.
Sebaliknya, bila melanggar panggilan itu dengan mereduksi panggilan kerja sebagai alat mencari uang atau nafkah semata, maka besar kemungkinan sikap pekerja terhadap pekerjaannya menyimpang. Sangat mungkin mengabaikan lembaga tempatnya bekerja, Â kepentingan pengguna hasil kerja asalkan mendapatkan uang. Mungkin bekerja asal bekerja tanpa memertimbangkan kepentingan tuannya.
Jika ini yang terjadi, maka pekerja telah mengkhianati panggilannya bekerja. Konsekuensinya tentu banyak. Bisa berakibat pada rendahnya kualitas kerja, proses dan kualitas produk, yang pada akhirnya mengecewakan pemberi kerja dan konsumen.
Akibat lanjutannya bisa banyak. Mungkin tidak lagi dipercaya oleh pemberi kerja, kemudian disisihkan, posisi digeser, didemosi, atau malah dipecat.
Di sinilah berlaku hukum tabur-tuai. Apa yang ditabur kini, pada saat lain akan dituai. Kebaikan menghasilkan kebaikan dan keburukan menghasilkan keburukan. Yang dilakukan kini, besok atau lusa, akan berbalik, entah menjadi berkat atau sebaliknya menyerang diri sendiri. Oleh sebab itu, kalau mau hidup baik, janganlah bermain-main dengan pekerjaan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H