Mohon tunggu...
Yosafati Gulo
Yosafati Gulo Mohon Tunggu... profesional -

Terobsesi untuk terus memaknai hidup dengan belajar dan berbagi kepada sesama melalui tulisan. Arsip tulisan lain dapat dibaca di http://www.yosafatigulo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kelompok Aksi 212 Terus Melembagakan Diri

30 November 2017   22:59 Diperbarui: 2 Desember 2017   21:26 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalang di Balik Aksi 212

Hebat benar 'kan? Apakah mereka semua orang kaya raya sehingga dengan gampang mengeluarkan duit untuk urusan demo. Nyatanya tidak. Bernard bilang ada yang sampai menggadaikan BPKP. Seberapa banyak yang begituan? Tidak disebutkan Bernard. Namun, saya yakin kalau itu benar, paling satu dua orang.

Itu pun belum tentu dipakai untuk membiayai diri ke Jakarta. Jangan-jangan untuk bayar utang karena ditagih terus sebelum berangkat. Atau mungkin sekedar jaga-jaga untuk keperluan lain. Namun, yang terang biaya semua peserta bukanlah dengan menggadaikan BPKP itu. Itu tidak cukup.

Yang patut dinilai benar adalah beredarnya proposal biaya kegiatan sebesar Rp 443 juta yang diwartakan berbagai media. Nilai itu memang dibantah oleh Bernard. Itu rancangan awal yang terlanjur beredar, katanya. Yang benar ada di tangannya tetapi tidak mau disampaikan kepada publik.

Pernyataan Bernard itu menunjukkan bahwa biaya aksi 212 bisa dilaksanakan bukan tanpa penyandang dana. Secara tidak langsung, hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Presidium Alumni 212 Slamet Ma'arif. Dikatakannya, dana kegiatan sebesar itu sangatlah wajar. Sebab dalam acara seperti itu ada banyak peralatan yang diperlukan dan perlu disewa seperti sound system dan lainnya, tegas Slamet Ma'arif.

Pertanyaannya, siapa penyandang dana mereka kali ini? Apakah masih sama dengan penyandang dana waktu aksi bela Islam berjilid-jilid sejak Oktober 2016? Apakah Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak memberi dukungan karena mereka sudah menjadi pejabat? Bagaimana dengan Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang sejak demo 4 November 2016 selalu menjadi orang terdepan dari DPR yang mendukung aksi kelompok itu? Lalu apakah Gerindra dan PKS tidak terlibat sama sekali? Ini yang selalu menjadi pertanyaan publik.

Apa pun jawabannya, satu hal yang pasti bahwa aksi unjuk rasa yang mereka sebut reuni itu tidak terjadi tanpa dalang. Inilah yang telah dibaca oleh Kapolri, Tito Karnavian. Ujung-ujungnya kepentingan politik. Para peserta aksi ini sudah paham bahwa kekuatan mereka untuk memainkan arah politik tidak bisa diremehkan. Para dalang dan tokoh yang ada di belakang mereka juga paham itu. Bagi mereka, kelompok ini perlu dipupuk agar tetap solid supaya bisa dimobilisasi pada tahun politik tahun 2018-2019.

Dengan begitu, calon yang akan diusung kelak berpeluang besar menjadi pemenang. Itulah sebabnya mereka tak pernah ragu menggelontorkan dana sebesar apa pun. Yang penting kelompok ini tetap solid dan kapan diperlukan bisa dengan mudah dimobilisasi. Bahwa Indonesia kacau balau, mereka tidak ambil pusing. Yang penting dapat kuasa. Itu saja.

Ini artinya, bangsa Indonesia perlu siap-siap menghadapi berbagai isu yang akan mereka mainkan kelak. Harus siap menghadapi isu SARA, terutama isu agama untuk menjegal siapa saja yang mereka anggap tidak sesuai dengan ideologi peserta aksi 212 itu. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun