Kedatangan Prabowo di Cikeas untuk menyatakan berbelasungkawa atas meninggalnya Bu Ani Yudhoyono, mulanya berjalan lancar, wajar. Ia menceritakan alasannya mengapa baru datang. Selama beberapa hari ia di luar negeri untuk urusan bisnis dan cek kesehatan.
Namun, apa yang semula terkesan wajar itu, ternyata berakhir tak elok. Malahan menyakitkan. Bukan saja bagi SBY dan keluarga besarnya, tetapi juga bagi membaca berita.
Pasalnya, ketika wartawan menanyakan kesan Prabowo kepada Bu Ani, ia tidak hanya bicara soal kedekatannya dengan keluarga bu Ani Yudhoyono atau tentang Sarwo Edhi Wibowo ayah Bu Ani. Prabowo malah bicara politik. Ia bicara pilihan almarhumah Bu Ani Yudhoyono saat Pilpres.
Saat memberi keterangan itu, SBY berdiri di belakang Prabowo. Awalnya SBY memain-memainkan jari telunjuk dan jempolnya, namun tiba-tiba berhenti. Ia fokus mendengarkan keterangan Prabowo dengan tenang seperti kebiasaanya.
SBY tampaknya tidak suka. Tapi tidak ia perlihatkan. SBY tetap menjaga tata krama ketika menerima tamu. Namun, setelah memersilahkan Prabowo pergi, SBY mendekati kerumunan wartawan dari berbagai media dan meminta agar tidak memberitakan hal tersebut.
"Ini hari penuh ujian bagi saya, Ibu Ani jangan dikaitkan dengan politik. Please, saya mohon (pernyataan) Pak Prabowo, Bu Ani pilih apa pilih apa, tentu tidak tepat, tidak elok disampaikan," kata SBY kepada wartawan (tribunnews.com).
Saking tak nyamannya SBY atas pernyataan Prabowo, ia meminta wartawan memahami perasaan duka yang mereka alami.
"Tolong mengerti perasaan kami yang berduka, Ibu Ani yang baru saja berpulang. Beliau tidak ingin dikaitkan dengan politik apa pun," pintanya kepada watawan.
Media menolak permintaan SBY
Aneh bin Ajaib. Pernyataan tak elok Prabowo dan permintaan SBY malahan diberitakan ramai-ramai oleh media. Orang yang tak tahu menahu, seperti saya, pun jadi tahu. Komentar di berbagai media bermunculan dengan tambahan bumbu rupa-rupa rasa.