Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Terselubung Ani Yudhoyono kepada SBY dan Megawati

3 Juni 2019   16:01 Diperbarui: 3 Juni 2019   17:28 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Sukarno Putri | Sumber: http://kupang.tribunnews.com/

Apa yang selalu ditunggu-tunggu publik kembali terjadi. Presiden ke-5 RI, Megawati Sukarno Putri (MSP) berjabat tangan dengan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyo (SBY) pada pemakaman istri tercinta, Kristiani Herawati (biasa dipanggil Ani Yudhoyono), 2 Juni 2019. Beragam sebutan media terhadap jabat tangan kedua tokoh itu. Ada yang menyebut moment bersejarah, moment menyejukkan, atau jabat tangan di balik haru pemakaman Bu Ani Yudhoyono.

Menurut catatan detik.com, setidaknya ada enam moment jabat tangan bersejarah sejak hubungan keduanya renggang akibat mundurnya SBY sebagai Menkopolhukam menjelang Pilpres 2004.

Dua kali pada tahun 2009 pada moment terkait Pilpres. Tahun 2010 satu kali pada peringatan pidato Bung Karno 1 Juni. Disusul tahun 2011 ketika MSP mendampingi suaminya Taufiq Kiemas menerima pengharagaan Bintang RI Adipradana, sekali di tahun 2012 pada saat pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soekarno, dan tahun 2013 saat wafatnya Taufiq Kiemas. Namun, semua jabat tangan tersebut terasa hambar di mata publik.

Kali ini lain. Publik menilai ada sesuatu yang lain. Jabat tangannya bukan sekedar jabat tangan, tetapi disertai kehangatan yang terbaca dari gestur, ekspresi wajah dan senyum. Melebihi jabat tangan sahabat yang sudah lama tak bertemu. Ada misteri yang tak terungkap kepada publik tetapi mereka tahu.

Bagi publik peristiwa tersebut tampak istimewa. Publik berharap peristiwa itu merupakan indikasi cairnya hubungan keduanya yang tampak sangat jauh, kaku, dingin, bahkan tegang selama belasan tahun.

Menstabilkan suhu politik

Mengapa hal tersebut sangat diharapkan? Pertama, di berbagai kesempatan, baik publik maupun para tokoh politik dan akademisi kerap menyarankan agar keduanya bertemu. Ada keyakinan bahwa pertemuan dua tokoh itu dapat menstabilkan suhu politik yang terus berfluktuasi dan sempat memuncak usai Pemilu tahun 2014.

Pasalnya, pada Pemilu tersebut Jokowi-JK terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden, tetapi yang lebih berpengaruh di Parlemen adalah Koalisi Merah Putih (KMP) di bawah pimpinan Gerindra. Sedangan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) di bawah pimpinan PDI sebagai pemenang Pemilu tak berkutik. Keadaan tersebut sempat membuat suasana politik tak menentu. Anggota DPR bersitegang beberapa bulan.

Masih segar dalam ingatan publik betapa kacaunya DPR ketika memutuskan susunan kepemimpinan DPR dengan voting. KIH dan KMP bak harimau dan singa yang tengah berhadap-hadapan. Lewat voting, posisi Ketua DPR diduduki Setya Novanto (Golkar). Empat wakilnya tediri atas Agus Hermanto (Demokrat), Taufik Kurniawan (PAN), Fadli Zon (Gerindra), dan Fahri Hamzah (PKS). PDIP sebagai pemenang Pemilu tersingkir.

KIH jelas tidak terima. Suhu politik pun mamanas. Lima fraksi yang tergabung dalam KIH (PDIP, Hanura, PKB, NasDem, dan PPP) membuat pimpinan DPR tandingan. Yang dipilih menjadi ketua adlaah Ida Fauziah (dari PKB). Wakilnya terdiri atas Effendi Simbolon (PDIP), Dossy Iskandar (Hanura), Syaifullah Tamliha (PPP), dan Supiadin Aries (Nasdem).

Syukur bahwa konflik itu bisa diatasi. Bisa diselesaikan dengan lima poin kesepakatan damai dalam pertemuan 17 November 2014 antar dua koalisi (Kompas.com). Dua hal penting di antaranya ialah revisi beberapa ayat dalam Pasal 74 dan 98 UU MD3 yang mengatur mengenai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat dan KIH diberi jatah 21 pimpinan alat kelengkapan Dewan.

Sebelum kejadian tersebut, sempat ada upaya memertemukan SBY dan MSP, namun gagal. Menurut Pramono Anung, SBY maunya bertemu dulu baru bicara, tetapi MSP berharap bersama dulu baru bertemu (Kontan.co.id).

Kedua, untuk membangun bangsa sebesar Indonesia hanya mungkin mencapai hasil maksimal apabila para tokoh dari berbagai bidang kompak. Pada titik ini posisi SBY dan MSP dinilai sangat strategis. Bukan saja karena keduanya memimpin dua partai besar dan berpengaruh, tetapi karena  para tokoh berpengaruh pendukung keduanya relatif banyak di bebagai kalangan.

Ketiga, dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara publik menilai tidak ada alasan bagi kedua tokoh itu untuk tidak berdamai. Sebab titik perjuangan mereka sama, baik SBY dan MSP secara pribadi maupun dalam partai masing-masing. Hal lain yang sifatnya privat diharapkan tak perlu dijadikan penghalang berkepanjangan dalam membangun kepentingan bersama.

Pesan terselubung

Pada titik itulah kita dapat menangkap pesan terselubung Bu Ani Yudhoyono atas kepergiannya. Kepergian yang menyedihkan hati SBY dan keluarga besarnya, pun rakyat pada umumnya telah "memaksa" MSP dan SBY bertemu, kemudian berjabat tangan. Tetapi, bukan sekedar kebiasaan, apalagi basa basi, tetapi jabat tangan hangat yang menyimbolkan rekonsiliasi bermakna.

Pesan terselubung tersebut ternyata terpunuhi. Senyum penuh empati dari MSP dan gengggaman tangan hangat SBY yang diiringi timpalan tangan kiri menutupi jabatan tangan mereka adalah simbol yang mereka tunjukkan kepada publik, yang bisa ditangkap dengan pendekatan analisis bahasa tubuh.

Menurut Traci Brown, seorang ahli bahasa tubuh, jabat tangan seperti itu kerap dilakukan oleh pemimpin dunia pada saat bertemu. Membalikkan telapak tangan ke bawah merupakan genggaman klasik. Presiden Rusia, Vladimir Putin sering melakukan ini kepada Mantan Presiden AS, Michael Obama. (Tribunjogja.com)

Bagi Traci, jabat tangan seperti itu mengandung makna kemauan dan kesiapan membangun hubungan dan kerja sama yang baik. Dalam hal ini, SBY dan MSP. Timpalan tangan kiri memberi pesan keseriusan SBY untuk memulihkan dan memertahankan hubungan baik itu demi kepentingan yang lebih besar bagi bangsa dan negara.

Tanpa ditanya, Bu Ani Yudhoyono diyakini setuju kalau kekakuan hubungan dapat dipulihkan demi bangsa dan negara. Sikap setianya mendamping SBY sejak menikah sampai pada jabatan Presiden merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa Bu Ani Yudhoyono memiliki cita-cita yang sama dengan rakyat pada umumnya. Menghendaki agar para tokoh bersatu dan kompak dalam membangun bangsa dan negara.

Kepergian Bu Ani Yudhoyono secara terselubung mengingatkan kita semua, dan terutama MSP dan SBY bahwa sakit hati tak perlu disimpan berlama-lama. Kesempatan meminta maaf dan memafkan secara tulus hanya mungkin semasih hidup.

Kita berharap pesan terselubung Bu Ani dapat ditangkap sungguh-sungguh oleh MSP dan SBY. Senyum empati dan jabat tangan hangat yang ditampilkan pada moment tersebut diharapkan menjadi jawaban tulus dari kedua tokoh itu atas kehendak Bu Ani Yudhoyono dan rakyat selama belasan tahun. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun