Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Periode Kedua Jokowi, Era Tancap Gas Membangun Negeri, Neraka bagi Para Pecundang

28 Mei 2019   16:27 Diperbarui: 28 Mei 2019   17:03 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saat ini Jokowi masih terus dihantam kanan-kiri oleh siapa saja yang tak suka. Disudutkan dengan berbagai hinaan, fitnahan, bahkan ancaman pembunuhan. Ada yang memersoalkan penampilan fisik, identitas dasar, maupun visi-misinya membangun Indonesia. Semuanya dianggap jelek, buruk, tidak layak, menyimpang.

Padahal pada saat yang sama, tanpa sadar dan tanpa malu, orang-orang ini mungkin tengah menikmati hasil kerja Jokowi.

Lima tahun hal itu menimpanya tanpa respon berlebihan. Tanpa merengek-rengek atau curhat minta dikasihani. Ia lebih banyak senyum dan berbicara dengan nada suara rendah. Nyaris tak pernah tampil dengan ekspresi marah tak wajar, apalagi ekspresi mengancam.

Perlu diingat, Jokowi adalah manusia seperti kita. Jangan dikira ia seperti robot yang tak punya rasa. Ia punya rasa dan bisa marah. Tanpa penataran atau seminar berhari-hari, Jokowi bisa mulakukannya.

Namun, itulah bedanya Jokowi. Marahnya khas. Ia marah bukan membalas apa yang dilakukan padanya. Kemarahan Jokowi dikonversi menjadi asupan energi untuk bekerja, bekerja, membangun, membangun, dan mengoreksi kekurangan sebelumnya. Inilah sikap jenius dalam mengelola diri.

Kemarahan Jokowi dikonversi menjadi asupan energi untuk bekerja, bekerja, membangun, membangun, dan mengoreksi kekurangan sebelumnya. Inilah sikap jenius dalam mengelola diri.

Dengan sikap seperti itu, orang yang tak suka bukannya berhenti. Malahan makin menjadi-jadi. Konversi amarah, malahan meningkatkan energi negatif mereka. Kata-kata tak senonoh makin banyak diproduksi. Aroma pesimisme ditumpahkan ke publik. Rasa dendam makin dinyalakan. Sampai-sampai ada yang minta dia didiskualifikasi padahal sudah ditetapkan sebagai pemenang Pilpres.

Jangan ditanya respon para koruptor atau calon koruptor. Pun kemarahan tokoh tertentu yang iri atas sikap dan keberhasilan Jokowi. Jangan ditanya kejengkelan para pengusaha karbitan atau yang suka lewat pintu samping atau belakang untuk mendapatkan proyek. Juga kedongkolan PNS (ASN) yang suka malas-malasan atau berhobi bikin seminar untuk menilap uang negara, uang rakyat, dengan mark up biaya atas nama peningkatan kualaitas kinerja. Atau Ormas yang hobinya demo, main hakim sendiri atas nama moral dan iman.

Kalau anda nekat, tentu boleh. Tapi, jangan harap respon yang layak. Suguhan yang didapat kemungkinannya hanya dua. Satu, kartu kuning ala Ketua BEM UI Zaadit Taqwa, Februari 2918 Dua, kartu merah dari pendukung sikap Zaadit seperti Fahri Hamzah dan Amien Rais.

Tancap Gas

Bagaimana dengan periode kedua? Jokowi akan tancap gas. Bukan lari lagi, tapi lari kencang. Pada saat itu, hukum alam otomatis berlaku. Tapi bukan hukum rimba, kuat-kuatan. Bukan itu.

Yang mampu menyesuaikan diri dengan gerak Jokowi, berpeluang ikut andil membangun negeri. Yang lamban seperti keong atau suka tolah-toleh cari aman atau cari untung diri sendiri, akan ditinggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun