Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Amien Rais, Ketua Tim Sukses Prabowo pada Pilpres 2024-2029

25 April 2019   14:39 Diperbarui: 25 April 2019   17:44 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal produksi istilah, Amien Rais adalah jagonya. Ketika mengomentari apa saja yang ada di depannya hampir pasti ia mengeluarkan istilah aneh. Tidak heran istilah itu segera menjadi perbincangan di media sosial.

Sebelum Piplres 2014 yang lalu ia kerap memproduksi istilah tak lazim bagi Jokowi. Ia bilang Jokowi antek PKI, keturunan Cina, keislamannya diragukan, dan banyak lagi. Ia menyebut  kompetisi antara Jokowi dan Prabowo pada Pilpres itu sebagai perang badar. Perang yang menghasilkan pemenang dan kalah, yang membuat ada terkapar karena dibantai oleh pemenang untuk hidup jaya.

Waktu itu, ia yakin Jokowi terkapar. Tak bakalan menang. Nazar berjalan kaki Jogja-Jakarta apabila Jokowi terpilih pada Pipres 2014 adalah simbol keyakinannya. Ternyata hanya bual. Hanya sebatas produksi bunyi dari hasil kerja sama antara bibir-lidah-ludah, gigi, dan getar pita suara.

Pilpres 2019 ini, Amien mengibaratkannya seperti Armagedon atau perang Baratayuda. Bahkan menyebut bangsa Indonesia sebagai bangsa pekok atau bodoh. Partai yang ada di dalamnya ada partai setan dan partai Tuhan. Saat ini, katanya, umat harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Lha, sejak kapan Allah, Tuhan berpartai? 

"Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? untuk melawan hizbusy syaithan. Orang-orang yang anti-Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya," ungkap Amien dalam tausiyah usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat 13 April 2018.

Selama empat tahun lebih Jokowi memerintah, Amien terus dan terus memroduksi istilah yang bernada merendahkan Jokowi. Entah kebijakan, entah kepemimpinan, gaya berkomunikasi, dan lainnya.

Singkatnya, Jokowi di mata Amien Rais sama sekali tidak bermanfaat. Bagi dia Jokowi tak lebih dari sekedar lurah, tapi otoriter. Terakhir malahan dia ibaratkan bebek lumpuh. Jokowi dianggapnya merusak bangsa dan negara, merusak demokrasi, merusak masa depan Indonesia.

Segudang Predikat

Di kalangan pendukungnya, Amien memang hebat. Apa saja yang dikatakannya mirip Sabda Tuhan. Itulah sebabnya banyak anak muda yang rela menyerahkan hidup dan nasibnya untuk memerjuangkan apa yang dikatakan Amien.

Sikap itu bukan tak beralasan. Segudang predikat yang disandang Amien tentu menjadi pembenar, pengukuh sikap anak-anak muda itu. Baik dalam ligkungan PAN, PKS, HTI, FPI, maupun lainnya. Lihat saja, ia pernah menjadi ketua MPR RI, pendiri dan sekarang Penasehat PAN, berpendidikan sangat tinggi dengan gelar Doktor (Ph.D) dan jabatan fungsional akademik profesor.

Dengan predikat itu, orang bisa grogi bila berhadapan dengan Amien. Itulah sebabnya para pendukungnya tidak lagi berani (atau tepatnya) tidak bisa berpikir kritis, termasuk Rocky Gerung, terhadap lontaran-lontarannya. Mereka selalu bersikap, apa yang dikatakan Amien pasti benar.

Lihat saja pernyataannya terhadap hasil quick count (QC) Pilpres 2019. Dengan trend data yang menunjukkan posisi Jokowi menang atas Prabowo, Amien dan konco-koncoya bilang hasil QC bohong. Lembaga survey disebut menyesatkan. Jangan dipercaya. Dia pura-pura lupa kebenaran hasil QC pada Pilkada DKI 2017 yang menunjukkan kemenangan Anies Baswedan atas Ahok yang akhirnya nyaris sama dengan hasil real count.

Prabowo tidak boleh Kalah

Untuk menghibur diri, kubu Prabowo lantas mengumumkan data kemenangan Prabowo sebanyak 62%, walaupun terbatas pada suara di wilayah pendukung Prabowo. Dengan data hiburan ini, Prabowo pun berhasil mereka dorong untuk mendeklarasikan kemenangan berkali-kali. Bersama Ketua tim pemenangan Prabowo, Joko Santoso, Amien bahkan sudah menginstruksikan seluruh relawannya agar menggelar syukuran di seluruh Indonesia.

Nalar sudah tidak jalan. Amien tidak mau tahu bahwa bila data yang 62% dari internal itu disandingkan dengan data nasional, sudah pasti Prabowo belum bisa disebut menang.

Tapi yang namanya Amien, tidak mengenal istilah kalah. Jika fakta menunjukkan Prabowo kalah pun ia malas menggunakan nalar. Pokoknya Prabowo harus menang. Kalau perlu people power. Entah people yang mana yang dia maksud.

Kalau nyatanya kalah, itu artinya Pemilu tidak benar, KPU curang. Ia tak ambil pusing perhitungan nyata dari KPU. Ia tak perduli ketentuan undang-undang yang mengatur pemenang Pemilu.

Juga pura-pura tidak sadar bahwa 38% di internal Prabowo itu merupakan pendukung Jokowi. Artinya, ditambahkan dengan suara eksternal Prabowo, data nasional pendukung Jokowi, sudah pasti akal sehat (tapi bukan akal sehat ala Rocky Gerung), akan berkata Prabowo masih harus bersiap-siap berkompetisi lagi pada Pilpres 2024-2029.

Kalau saja ia mau, maka yang diperlukan Amien dan para pendukung Prabowo sebenarnya nyeruput kopi sejenak. Sambil nyeruput kopi, mereka membentuk tim sukses Prabowo untuk Pilpres 2024-2029. Ketuanya bisa Amien Rais, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Rocky Gerung, atau Dahniel A. Simanjuntak.

Waktu lima tahun ke depan mereka bisa membuat tim yang sangat solid untuk memenangkan Prabowo. Mungkin saja pada saat itu dia akan berhadapan dengan Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Risma Tri Rismaharini, Mahfud MD, atau lainnya. Tapi tidak apa-apa. Kalau nantinya kalah, toh masih ada Pilpres 2029-2034 atau Pilpres 2034-2039 lagi. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun