Mohon tunggu...
Yostan Absalom Labola
Yostan Absalom Labola Mohon Tunggu... Guru - Sederhana

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Inses Dilihat dari Linear Umur Manusia dan Penjelasan Sains

1 Maret 2018   18:25 Diperbarui: 1 Maret 2018   18:31 2133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Suku Polahi, Sumber : Tribun Medan - Tribunnews.com

Beberapa media cetak dan elektronik beberapa waktu lalu mempublikasikan tulisan populer tentang "incest"yang terjadi di suku Polahi di pedalaman Gorontalo. Suku Polahi berada di hutan Humohulo, Pegunungan Boliyohuto, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo (Kompas, 2013 ;Tribun News, 2013 ; Pos kupang, 2015). Saya tertegun ketika membaca tiap kalimat yang ditulis dalam media-media  populer tersebut dan ingin berbagi melalui tentang "Dampak Incest Dari Pandangan Sains". Media yang melaporkan tentang incest di suku Polahi mengatakan bahwa masyarakat suku Polahi belum mengenal agama dan pendidikan serta cenderung tidak mau hidup bersosialisasi dengan warga lainnya.

Sebenarnya incest sudah berlangsung lama di suku Polahi  tetapi tidak ada generasi mereka yang cacat. Meskipun tulisan yang telah dipublikasi secara populer tentang suku Polahi mengatakan demikian tetapi penjelasan secara ilmiah melalui penelitian-penelitian terhadap suku ini belum ada (Sangat diperlukan evaluasi melalui penelitian di suku Polahi).

Studi tentang incest menjembatani beberapa disiplin ilmu seperti antropologi budaya, sosiologi, biologi dan psikologi. Incestberdampak buruk dalam setiap aspek mansuia, baik dampak sosial, agama, dan hukum. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak pembaca menelaah perubahan signifikan umur hidup manusia dari Alkitab. Diprediksi terjadinya pengurangan umur hidup manusia sebagai dampak dari  incest.

Tentunya dalam tiap agama melarang inses, termasuk agama Kristen. Jika demikian bagaimana manusia awal melakukan perkawinan? saya tidak membahas mengenai pandangan agama secara detail. Tetapi mengajak pembaca untuk melihat perubahan umur keturunan beberapa Tokoh dalam Alkitab. Dalam Alkitab  kejadian 5:1-32  tentang "Keturunan Adam" serta beberapa Tokoh tambahan dalam Alkitab seperti Abraham, Ishak, Yakub dan Daud (lihat Tabel 1 dan Gambar 1).

Tabel 1. Usia manusia dalam Alkitab

Tabel 1. Usia manusia dalam Alkitab
Tabel 1. Usia manusia dalam Alkitab
Gambar 1. Chart usia manusia dalam Alkitab
Gambar 1. Chart usia manusia dalam Alkitab
Dari tabel 1 dan gambar 1, diperoleh informasi bahwa perubahan umur hidup, dimana umur hidup makin berkurang. Walaupun terdapat lompatan umur signifikan pada Yared, Metusalah dan Lamekh namun secara keseluruhan terjadi penurunan umur signifikan dari Adam yang meninggal pada usia 930 tahun hingga Daud yang meninggal pada 70 tahun. Apa yang menyebabkan perubahan umur hidup yang sangat signifikan ini ? Apakah terjadi incest ? Kita akan tinjau pandangan sains tentang berbagai penyakit bawaan yang dapat berakhir pada kematian.

Incest/Inses

Incest atau Inses adalah hubungan seksual antara orang-orang yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hukum dan agama (KBBI). Dapat pula dipahami sebagai hubungan seksual antara anggota keluarga atau kerabat dekat dan biasanya mencakup hubungan yang tidak harmonis dan afinitas dari keluarga yang sama, keluarga dekat atau dari silsilah yang sama (RAINN, 2009 ; Bittles dan Holland, 2013).

Dalam definisi dari New Collins Dictionary menyebut Inses adalah hubungan seksual antara 2 orang yang mempunyai hubungan yang sangat dekat dan dalam kamus Oxfordmenambahkan kalimat "Untuk menikah."  Inses berasal dari istilah bahasa latin incestus berarti tidak murni. Ini dimaknai sebagai hubungan badan atau hubungan sekseual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah.

 Dari berbagai pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa inses merupakan hubungan sedarah (perkawinan sedarah) saling mencintai dan bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga yang dekat, biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri. Secara umum, perkawinan sedarah didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi dibanyak kalangan bukan saja pada manusia namun pada hewan dan tumbuhan.

Penjelasan Sains Terkait Inses

Penurunan umur saat meninggal adalah sebuah fakta bahwa perkawinan sedarah menurut pengetahuan (biologi) menjelaskan bahwa ; (a) pertemuan gen antara unsur lemah bertemu unsur lemah atau unsur dominan bertemu dominan, (b faktor resesif kemungkinan bertemunya lebih tinggi, karena satu garis yang bisa menyebabkan cacat pada anak yang diturunkannya, sumbing, cebol, idiot, lumpuh, dan penyakit bawaan lainnya. Keturunan hasil inses memiliki risiko gangguan secara genetic dimana persentase anak lahir cacat tinggi. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya frekuensi homozigot dimana anak lahir dengan dua alel dari gen yang sama dan menghasilkan mutasi gen resesif. Dalam populasi kecil gen resesif biasanya menjadi pemicu anak lahir cacat serta meninggal sedangkan populasi besar membawa gen cacat dan survive serta kawin  serta menghasilkan tingkat cacat lahir yang lebih konstan.

Studi menujukan bahwa keturunan inses mempresentasikan gangguan resesif autosomal yang diketahui, 16,0% Malformasi bawaan, 11,7% kekurangan intelektual nonspesifik yang parah dan 14,6% gangguan intelektual ringan (Bennett dkk., 2002). Di Eropa dan Jepang, misalnya, frekuensi perkawinan sepupu pertama di antara orang tua dari individu yang terkena dengan sifat resesif seperti Albinisme, fenilketonuria, ichthyosis kongenital dan microcephaly jauh lebih tinggi daripada frekuensi perkawinan sepupu pertama pada populasi umum yang sesuai (Bodmer dan Cavalli-Sforza, 1976).

Efek genetic perkawinan sedarah dari pada dasarnya inbrida individu akan lebih sering mewarisi gen dari masing-masing orang tua dari nenek moyang yang sama. Perkawinan sedarah meningkatkan jumlah homozigositas sehingga sifat resesif seperti banyak kelainan genetic manusia terjadi dengan frekuensi pada keturunan pasangan consanguineous.

Keturunan orang tua consanguineous beresiko baik untuk resesif autosom monogenic gangguan dan untuk kondisi dengan pewarisan multifaktor.  Selain itu, ada kemungkinan bahwa kedua anggota pasangan akan membawa varian resesif apapun yang ditransmisikan dalam keluarga mereka, dan ini akan terwujud dalam keadaan homozigot pada anak. 

Secara umum, keturunan dari pasangan consanguineous juga meningkatkan morbiditas dan medis yang signifikan seperti masalah malformasi mayor, anomali kongenital dan cacat lahir struktural. Selanjutnya, dikaitkan dengan kerentanan terhadap sejumlah kompleks penyakit seperti penyakit jantung, kanker, depresi, asam urat, tukak lambung, skizofrenia, epilepsy dan asma. Consanguinity juga telah terbukti menjadi faktor risiko infeksi oleh beragam patogen yang bertanggung jawab atas sejumlah penyakit menular manusia (Alvarez dkk., 2011).

Persentase dan kualitas cacat bawaan pembawa gen resesif autosomal dapat dijelaskan seperti berikut ; Misalnya penyakit Brakidaktili Kakek dan Nenek normal homozigot. Apabila seseorang mengawini saudara kandung (perhatikan penjelasan berikut).

ACBc>

AAC    =          25        %         Perempuan normal

ACAc  =         25        %         Perempuan normal carier

ACBc  =          25        %         Laki-laki normal carier

AcBc   =          25        %         Laki-laki kena penyakit Brakidaktili

Keterangan : CC, 100% normal, Cc, normal tetapi pembawa sifat penyakit tidak tampak dan cc, penderita.

Akhir ulasan ini, saya ingin mengatakan bahwa ada dampak buruk incest meliputi ; fisiologis (penyakit), psikologis, dan dari segi social. Jadi, disarankan, lakukan pencegahan meliputi, pendidikan, keagamaan, sosial dan kesehatan serta usaha-usaha lain yang berkaitan seperti pembangunan fasilitas bagi mereka yang terisolasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun