Mohon tunggu...
Yoppie Christ
Yoppie Christ Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Pascasarjana Sosiologi Pedesaan IPB, Peneliti di Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB

orang kecil yang terlambat belajar...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pandhita Durna jadi Raja

21 Februari 2011   10:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12982845431032438619

----------------

Tanpa disadari Durna, sekitar 5 kali lompatan Kumbakarna jaraknya dari sana. Tersembunyi di pegunungan, Mbilung, sang abdi Hastina, bersama 50 perwira negeri Hastina sedang duduk rapat dengan agenda tunggal: Menggulingkan Pandhita Durna dari kursi Raja Hastina!

Mbilung: ”Tak akan kubiarkan Durna mengusai Hastina lebih dari 2 minggu. Dengan dukungan tentara sebanyak 3 juta orang, 2 juta pengemis dan gentho kecu, 5 juta mahasiswa, dibantu jutaan jin serta gendruwo di Hastina, kursi itu akan kita ambil alih. Kursi itu milik rakyat..demokrasi harus kembali ditegakkan.Titik!”

Jenderal Dawamuka: ”Kami siap membela panjenengan, kami tak rela negeri ini dikuasai oleh para munafik macam mereka. Lagaknya saja bawa-bawa iman dan tampil kayak orang suci, tapi dalam dirinya mereka menyimpan angkara yang luar biasa, mereka lebih berbahaya daripada maling karena merekanampak baik dan meyakinkan. Rakyat Hastina ini masih dungu, lulus sekolah dasar aja belum semua, akan gampang dibohongi oleh para nabi palsu macam Durna dan kawan-kawan itu.”

Mbilung: ”Maka mantaplah aku, jenderal...siapkan seluruh kekuatan kita, dalam 3 hari kita menuju alun-alun dan istana, kita hancurkan Durna dan barisan nabi palsunya!”

Jenderal-jenderal: ”Siap laksanakan!!!”

”O negeri Hastina akan menghadapi lagi masa kelam, hancur menghancurkan akan berulang, bakar membakar teman sebangsa akan terjadi, hanya karena membela apa yang dianggap benar. Apa sih yang ”benar” itu? Apakah mereka ingin memiliki dunia? Bagaimana bisa memiliki dunia jika dunia ini sendiri adalah kekacauan?” gumam Lurah Togog yang kini telah menjauhi keramaian dunia, semakin jatuh dalam kesedihannya.

Selamat malam Hastina, semoga besok masih ada sinar perak di antara mendung-mendung ini.(ll)

mangkya darajating praja

kawuryan wus sunya ruri

rurah pangrehing ukara

karana tanpa palupi

saat ini kehormatan negara

tampak telah pupus

rusak pelaksanaannya aturan

karena tanpa teladan

(Ranggawarsita)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun