Mohon tunggu...
Yopi Rismayady
Yopi Rismayady Mohon Tunggu... karyawan swasta -

It's just me.. With jeans and black t-shirt... Founder of #RomanticIndonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar dari Bondi...

22 Juni 2011   07:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bondi namanya. Singkat, padat, dan jelas. Tanpa ada nama panjang, cukup panggil saja "Bondi". Kalau ditanya, "nama panjangnya apa, Pak?". "Bondiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..." Katanya sambil tertawa ala Mbah Surip,"Ha ha ha...".

Bondi adalah salah satu pekerja di kantorku. Jabatannya berlipat-lipat. Ya Driver, OB, Kurir, Kontraktor, IT, bahkan tukang masak kalau perlu.

Dari berbagai pekerjaannya. Bondi sudah cukup layak mendapat gelar "The most valuable asset in the office" hehe. Dia bisa melakukan kerjaan kita, namun kita belum tentu bisa dan mau mengerjakan pekerjaan dia.

Satu yang paling menonjol adalah peran dia sebagai Driver. Pengalamannya sebagai supir taksi dan kendaraan lainnya membuatnya menjadi GPS hidup buat kami semua. Jangan takut nyasar kalau jalan di Jakarta dengan dia. Ke ujung-ujung yang anehpun, dia tau (yang ini memang patut dicurigai asal muasalnya…haha).

Jalan bersama Bondi bisa menjadi tour Jakarta yang menyenangkan. Kita yang hidup lama di Jakartapun belum tentu pernah melihat semua di Jakata. Nah bila anda ingin tau seluk beluk Jakarta, just call Bondi, dia akan menunjukannya dalam minimal 3 route berbeda yang bisa jadi pilihan. Keren bukan?

Bondi tergolong masih muda, namun “keperkasaannya” sangat teruji. Anaknya ada 6 orang! Cocok katanya buat Klub Basket plus satu orang pelatih. Kalau kejar Klub Sepakbola katanya “Udah cape ah. 6 anak cukup.” Busyeeettt..

Bondi juga kreatif. Pokoknya untung lah bisa berteman dengan Mr. Bondi ini. Karya-karya Bondi banyak tersebar di beberapa penjuru kantor ini. Simple-simple namun banyak manfaatnya.

Tapi Bondi bukan selamanya menjadi orang yang menyenangkan. Tahan dulu persepsinya. Maksudnya adalah dia ga selamanya mau diajak kompak. Kalau udah keluar sensinya, ga perduli siapapun dia bisa lawan, bisa ga nurut, bisa kabur dan susah dicari padahal lagi butuhhhhhh banget. Disaat itulah kadang antara marah dan kesel, kita baru tahu kalau kita butuh sekali sekali sosok Bondi.

Menjadi pejuang di keluarga besarnya, membuat dia rajin banting tulang bekerja. Maklum untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang banyak ditambah dengan sebagian sudah bersekolah, tentu banyak sekali yang harus dia keluarkan.

Terlepas dari memang manusia terlahir dengan nasib-nasibnya sendiri yang kita memang kadang tak bisa lepas dari situ kecuali dengan berjuang keras. Bondi adalah salah satu contoh kesederhanaan yang bisa dicontoh.

Sikapnya yang kadang meledak-ledak, emosi, sensitive. Itu tak lebih dari suasana bagaimana saat itu dia sedang berjuang untuk keluarganya. Siapapun akan seperti itu. Apapun akan dilakukan, dibela, diperjuangkan kalau atas nama kebutuhan keluarga.

Disitulah justru ilmunya. Kita yang agak mudaan harus melihat, bahwa perjuangan atas nama keluarga, oleh siapapun juga. Tak perduli manusia terkaya di duniapun, pasti akan melakukan apa saja asalkan keluarganya terus hidup. Dan yakin bahwa Tuhan memberikan jalan untuk itu.

Kalau melihat logika. Penghasilan sosok Driver di Jakarta mungkin tidak sebanding dengan kebutuhan seorang Bondi dengan 6 orang anak. Tapi pada kenyataannya jalan itu selalu ada. Katanya sering dia dapat permintaan bantu ini bantu itu dan dapat penghasilan tambahan yang sebenarnya tidak seberapa tapi selalu pas waktunya. Hmmmm, Tuhan berahasia disini.

Bondi tidak pernah mengeluh. Ya, cerita sih sering tentang bagaimana perjuangannya menghidupi keluarga ya membuatku terus menerus mengucap syukur atas rezeki yang selama ini kuterima yang kadang dengan seenaknya kuhamburkan.

Bondi selalu percaya bahwa masing-masing anaknya membawa jalan rezeki masing-masing, dan darimanapun jalannya, itu adalah hak anak dan istrinya. Seru kalau dia cerita bagaimana keluarganya makan di piring super besar, dan semua makan bareng-bareng. Seru bagaimana dia tidak memotong ayam menjadi potongan-potongan seperti yang kita makan, namun justru disuwir agar semua keluarganya terbagi adil dan lebih menghemat tentunya. Seru dan lucu bagaimana triknya dulu menarik hati sang pujaan hati agar mau menjadi istrinya.

Bondi dan saya berbeda keyakinan, saya Muslim dan dia Nasrani. Namun pendapat kami soal rezeki dari Tuhan adalah sama. Buat kami, semakin banyak memberi kepada orang lain sesuai hak dan yang diluar hak seperti sedekah, akan membuat Tuhan juga baik dan banyak member kepada kita. Beberapa keajaiban rezeki membuktikan itu. Bayangkan, dengan banyak kekurangan saja, seorang Bondi masih mencoba berbagi, karena percaya keajaiban dari memberi itu.

Banyak kita lihat orang kehilangan rezeki, apakah itu ditipu, kecurian, atau hilang begitu saja. Lepas dari itu adalah musibah, bisa juga diartikan sebagai peringatan Tuhan agar senantiasa kita selalu memberi bukan hanya rajin dan mau menerima.

Belajar dari sosok Bondi, yang mungkin andai Tuhan memberikannya nasib lain, dia akan jadi seorang sosok yang penuh talenta. Tapi dengan adanya dia seperti ini, membuat kita faham bahwa tak sepantasnya kita tak menghargai rezeki kita disaat orang lain sekeping demi sekeping mencarinya. Tak sepantasnya kita mengecilkan arti orang kecil, disaat kita bisa menjadi besar justru dengan bantuan tangan-tangan orang-orang kecil ini. Tak sepatutnya kita memperlakukan semena-mena orang kecil, dimana di hatinya hanya ada niat tulus untuk mencari rezeki demi keluarganya.

Kesederhaan, keikhlasan, usaha keras, dan tetap bersabar. Saya selalu senang belajar dari seorang Bondi… Untuk kekurangannya dan untuk kelebihannya…

(Sebagian fiksi, sebagian nyata…)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun